GAMBARAN
POST PARTUM ATEREM LETAK BELAKANG KEPALA DENGAN EPISIOTOMI
DI
RUANG PERAWATAN NIFAS DI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LAMADDUKELLENG
SENGKANG KABUPATEN WAJO
A. Latar
Belakang
Dewasa ini bangsa Indonesia
telah menyonsong Indonesia Sehat 2010 yang mana
bertujuan untuk dapat menigkatkan kualitas cara hidup sehat masyarakat
Indonesia dan peningkatan kesejahteraan ibu dan anak.
Pada saat ini angka kematian
ibu (AKI) bersalin di Indonesia masih
cukup tinggi hal ini dapat dilihat dari survey demografi kesejahteraan
Indonesia (SDKI), angka kematian ibu yaitu 373 / 100.000 kelahiran hidup.
Bahkan AKI di Indonesia merupakan tertinggi di ASEAN menempatkan upaya
penurunan AKI sebagai program prioritas, penyebab kematian ibu adalah
terjadinya infeksi post partum karena
penanganan keperawatan yang
kurang memadai pada saat perawatan sendiri oleh ibu di rumah. Hal
ini diduga kurangnya pengetahuan ibu dalam melakukan perawatan
perineum secara mandiri. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan perawatan
perineum diperlukan bagi ibu post partum sebagai tambahan pengetahuan dalam
melakukan perawatan perineum. (Rubrik BKKBN,
2011).
Dari data yang diperoleh
penulis di Medikal Record Rumah Sakit Umum Daerah Lamaddukelleng Sengkang
Kabupaten Wajo, jumlah pasien
yang dirawat dengan post partum pada bulan Januari–Desember 2012 tercatat 600 diantaranya SC 216 orang (35,8%), dengan episiotomi 108 orang (18%), Letak Belakang Kepala 275 (45,8%)
orang, ekstruksi vacum 2 orang (0,3%)
dan pada bulan Januari-Juli 2013 tedapat 400 orang dengan post partum di
antaranya Seksio Cesaria 175 orang (43,8%), dengan episiotomi 72 orang (18%), Letak Belakang Kepala 152 orang (38%) dan dengan ektraksi vacum 1 orang (0,25%).
Berdasarkan hal tersebut di
atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat masalah dalam bentuk karya tulis ilmiah yang berjudul “Gambaran Kejadian Post Partum Aterem Letak
Belakang Kepala dengan Episiotomi di Ruang Perawatan Nifas Rumah Sakit Umum Daerah
Lamaddukelleng Sengkang Kabupaten Wajo”.
B. Rumusan
Masalah
Bagaimana gambaran kejadian post partum
aterem letak belakang kepala dengan episiotomi
di ruang perawatan nifas Rumah Sakit Umum Daerah
Lamaddukelleng Sengkang Kabupaten Wajo?
C. Tujuan
Penulisan
Untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman secara nyata dalam
melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Post Partum
Aterem Letak Belakang Kepala
dengan Episiotomi di ruang perawatan nifas Rumah Sakit Umum Daerah Lamaddukelleng Sengkang
Kabupaten Wajo.
D. Manfaat
Penelitian
1. Manfaat
Teoritis
Sebagai
salah satu sumber informasi, memperkaya wawasan ilmu pengetahuan
dan bahan acuan bagi peneliti selanjutnya dalam proses belajar khususnya yang
menyangkut gambaran kejadian post partum aterem Letak Belakang Kepala
dengan episiotomi serta sebagai evaluasi
keberhasilan program pendidikan dan merealisasikan tujuan institusi dalam membentuk
tenaga keperawatan profesional.
2. Manfaat
Praktis
Melengkapi
informasi bagi pihak pengambil kebijakan dalam menyusun dan merencanakan
berbagai program tindakan yang
lebih berdaya guna dalam upaya menangani Ibu dalam menghadapi
persalinannya.
E. Tinjauan
Pustaka
1.
Konsep
Dasar Episiotomi
a. Pengertian
1) Episiotomi adalah insisi perineum
untuk memperlebar ruang pada
lubang keluar jalan lahir sehingga memudahkan kelahiran
anak.
(Fielding Dudi, 2009:31).
2) Episiotomi adalah suatu tindakan insisi pada perineum
yang
menyebabkan terpotongnya selaput lendir vagina
cincin selaput darah, jaringan pada sputum
rekto vaginal otot dan fasia perineum dan
kulit sebelah depan perineum.
(Wiknjosastro Hanifa, 2011:27).
b. Tipe Episiotomi.
1)
Episiotomi Median
Dalam melakukan insisi, dua
buah jari diletakkan dalam
vagina antara bayi dan perineum.
Perineum diletakkan ke arah luar menjauhi janin untuk menghindari
cidera pada bayi.
2) Episiotomi
Mediolateralis
Adalah insisi yang di lakukan
kearah median mulai dari
kira kira pada jam 3 atau 9 menurut jarum jam.
3) Episiotomi Lateralis
Adalah insisi yang dilakukan
kearah lateral mulai dari
kira kira pada jam 3 atau 9 menurut jarum jam.
c.
Indikasi Episiotomi
Indikasi untuk melakukan episotomi
dapat timbul dari pihak ibu maupun pihak janin.
1)
Indikasi janin
a)
Sewaktu
melahirkan janin prematur, tujuan
untuk mencegah terjadinya trauma pada kepala janin.
b)
Sewaktu janin
letak sunsang melahirkan janin dengan
cunan ekstraksi vacum, dan janin besar.
2)
Indikasi Ibu
Apabila terjadi perenggangan perineum
yang berlebihan sehingga ditakutakan terjadi robekan perineum, umpama pada primipara,
persalinan sunsang, persalinan dengan
cunam, ekstraksi vacum,
dan anak besar.
d.
Keuntungan episiotomi.
1)
Keuntungan bayi ibu.
a)
Memperlebar rima puden sehingga memperpendek kala
II.
b)
Dengan membuat
irisan sebelum otot dan fasia dasar
panggul mengalami renggangan yang berlebihan, ini akan mengurangi insiden dan retokes.
c)
Menghindari
robekan sampai rektum.
2)
Keuntungan bagi
anak.
Memudahkan kelahiran dan mengurangi penekanan kepala
pada perineum sehingga membantu
mencegah kerusakan otak.
e.
Teknik episiotomi.
1) Episiotomi
Medialis
Dalam melakukan insisi, dua buah jari tangan di letakkan dalam vagina antara kepala bayi dan perineum, perineum ditekan kearah luar menjauhi janin untuk menghindari
cidera pada bayi. Gunting ditempatkan sedemikian rupa sehingga salah satu
daunnya menghadap mukosa vagina dan
daun lainnya pada kulit. Insisi
di lakukan pada garis tengah dari fourchette
hamper menyentuh tapi jangan sampai memotong serabut externa m. spinterani.
Untuk menjauhi luka episotomi medialis mula-mula otot
perineum kiri dan kanan dirapatkan
dengan beberapa jahitan, kemudian fasia
di jahit dengan beberapa jahitan, lalu selaput lendir vagina dijahit pula dengan beberapa jahitan kemudian perineum dijahit
dengan empat atau lima jahitan. Jahitan dapat di lakukan dengan terputus-putus atau jelujur, benang yang dipakai untuk
menjahit otot fasia dan selaput
lendir darah catgut khiomik, sedang
untuk perineum dipakai benang sutra.
2) Episiotomi
Medialis
Insisi dimulai dari vagina dan sudut yang menjauh dari
rektum kearah panggul, insisi dapat dilakukan kearah kanan
ataupun kiri panjang insisi kira kira 4 cm.
Teknik menjahit luka episotomi
mediolateralis hampir sama dengan teknik menjahit episotomi medialis,
penjahitan di lakukan sedemikian rupa sehingga setelah penjahitan selesai
hasilnya harus
simetris.
3) Episiotomi
Lateralis
Insisi
dilakukan ke arah lateral mulai dari kira-kira jam 3 atau
jam 9 menurut arah jarum jam. Teknik ini dilakukan lagi oleh
karena banyak menimbulkan komplikasi luka, insisi
dapat melebar ke arah
dimana terdapat pembuluh darah pudenda
internal sehingga dapat menimbulkan perdarahan banyak. Selain itu parut
yang terjadi dapat menimbulkan rasa nyeri yang mengganggu penderita.
2.
Konsep Dasar
Nifas
a.
Pengertian
1)
Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah partus
selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. (Arif Mansjoer, 2009:63).
2)
Masa nifas adalah di mulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat alat
kandungan seperi keadaan sebelum hamil.
(Sarwana Prawiraharadjo,
2000:21).
3)
Masa nifas adalah setelah melahirkan dan
merupakan perawatan lebih lanjut bagi wanita setelah melahirkan. (Cristina S. Ibrahim,
1996:19).
b.
Tujuan Perawatan
Nifas
1)
Untuk
mempercepat proses involusi (untuk
memulihkan alat-alat
kehamilan atau reproduksi seperti
pada keadaan sebelum hamil).
2)
Untuk mencegah
terjadinya infeksi.
3)
Untuk
mengembalikan rahim atau uterus pada posisi dalam ukuran yang
normal.
4)
Untuk
memperbanyak pruduksi Air Susu Ibu (ASI).
c.
Pembagian Masa Nifas
Masa nifas dibagi 3 periode, yaitu:
1)
Puerpenium Dini.
Yaitu kepulihan dimana ibu telah di perbolehkan berdiri dan berjalan
jalan, dalam agama islam di anggap telah bersih dan
boleh bekerja setelah 40 hari.
2)
Puerperium Intermedial.
Yaitu menyeluruh alat genetalia yang
berlangsung 6-8 minggu.
3)
Remole puerperium.
Adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
bila ibu selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.
d.
Perubahan
Fisiologis Masa nifas
1)
Sistem Reproduksi
a) Involusi
Rahim
Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat uang keras
karena kontraksi dan reaksi otot-ototnya. Fundus
uteri + 3 jari di bawah pusat selama dua kali berikutnya, tetapi dua
hari ini uterus mengecil dengan cepat
tercapai lagi ukuran yang normal sesudah palsenta
lahir beratnya rahim 1.000 gr, seminggu
kemudian 500 gr, 2 minggu post partum 350 gr. Dan
pada akhir puerperium atau post partum 50 gr. 8 minggu post partum 30 gr.
b)
Involusi Tempat Plasenta.
Setelah persalinan tempat plasenta
merupakan tempat dengan periknaan yang
kasar, tidak rata dan kira-kira sebesar
telapak tangan luka ini dengan cepat mengecil pada
akhir minggu kedua hanya sebesar 3–4 cm dan pada akhir
nifas 1–2 cm.
c)
Perubahan
pembuluh darah rahim.
Dalam kehamilan uterus
mempunyai banyak pembuluh
darah yang besar, tetapi karena persalinan tidak
dibutuhkan lagi peredaran darah yang banyak maka arteri harus mengecil lagi
dalam masa nifas.
d)
Perubahan pada servixs dan vagina.
Beberapa hari setelah persalinan ostium
eksternum dapat dilalui oleh dua jari pinggir-pinggirnya tidak rata tapi
retak-retak
karena robekan dalam persalinan pada akhir minggu pertama hannya dapat dilalui
satu jari saja, pada minggu ketiga rughae
nampak kembali vagina saat
direngangkan saat persalinan lambat laun akan mencapai ukurannya yang normal.
e)
Dinding perut peritoneum
Setelah persalinan dinding perut longgar karena direnggang begitu lama tetapi biasanya pulih kembali setelah 6
minggu kadang-kadang
pada wanita yang diastacis dari otot rectus abdominalis sehingga sebagian
dari dinding perut dibagian tengahnya hanya terdiri dari peritoneum fasia sipis dan kulit tempat yang
lemah ini tampak menonjol saat berdiri atau mengejang buah dada.
f)
Saluran kencing
Dinding kandung kemih memperlihatkan oedema
dan
hyperanemia. Kadang kadang oedema dari tri gonum, menimbulkan obstruksi
dari uretra sehingga terjadi retensio urine.
Kandung kemih dalam puerperium kurang
sensitive dan kapasitasnya bertambah, sehingga kandung kemih penuh atau sesudah kencing masih
tertinggal urine residual, dilatasi ureter dan pyelum normal
kembali dalam waktu dua minggu.
g)
Laktasi
Masing masing buah dada terdiri dari 12 – 24 lobus yang terletak radial
dan terpisahkan satu sama lain oleh jaringan lemak pada masa kehamilan karena pengaruh hormone ekstrogen dan progestron yang di
hasilkan oleh
plasenta akan mempengaruhi kelenjar mammae.
h) Lochia
Lochia
adalah cairan yang dikeluarkan uterus
melalui
vagina dalam masa nifas, lochia di bagi atas beberapa
jenis :
(1) Lochia
rubra (cruenta)
Berisi darah segar, sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua,
veknik kaseosa lanuga dan mekoneum
selama dua hari pasca persalinan.
(2)
Lochia sanguinolenta.
Adalah berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir, hari 3–7 post partum.
(3)
Lochia serosa.
Adalah berwarna merah kuning, cairan tidak berdarah lagi pada hari ke 7–14
post partum.
(4)
Lochia alba.
Adalah cairan putih mengandung leukosit,
desidua, sel epitel, muscus, serum
dan bakteri setelah 2 minggu.
(5)
Lochia purulenta.
Adalah terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
(6)
Lochiostasis,
yaitu lochia yang tidak lancar
keluar.
2)
Sistem Endokrin.
Sistem endokrin mulai dari
mengalami perubahan pada
kala 4 persalinan, mengalami lahirnya plasenta,
terjadi penurunan yang cepat dan estrogen,
progesterone dan
proklatin kadar proklatin pada ibu
yang tidak menyusui akan
beda dalam batas normal sampai beberapa hari post partum. Sedang pada ibu yang menyusui kadar proklatin akan meningkat respon terhadap
ransangan dari isapan bayi.
3)
Sistem kaerdiovaskuler.
a)
Bradikardi
sementara dalam 24–28 jam setelah persalinan mungkin menetap sampai hari ke 6–8.
b)
Volume darah
menurun hingga mencapai keadaan seperti
sebelum hamil, dalam 2 minggu setelah persalinan.
c)
Hematokrit
meningkat pada hari 3–7 post partum.
d)
Terjadi leukositosis (20.000–25000
/ ml) berlanjut sampai
beberapa hari setelah persalinan guna mencapai infeksi.
4)
Sistem respirasi
Fungsi respirasi
kembali seperti keadaan semula.
5)
Sistem respirasi
Dinding kandung kemih memperlihatkan oedema
dan
hiperimia kadang-kadang menimbulkan obstruksi
uretra sehingga
terjadi retensi urine. Kandung
kencing dalam peurperium kurang
sensitive dan kapasitasnya bertambah, sehingga kandung kemih penuh dan setelah kencing masih tertinggal urine resi
dua. Sisa urine ini memudahkan
terjadinya infeksi urine, urine biasanya bertambah antara hari
kedua dan hari kelima, hal ini di sebakan karena
berlebihan cairan sebagai akibat retensi
air dalam kehamilan dan sekarang dikeluarkan.
6)
Sistem Gastrointestinal.
Biasanya ibu mengalami obstifasi
setelah melahirkan anak, hal ini di sebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan
mendapatkan tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong pengeluaran cairan
berlebihan pada waktu persalinan kurang makan, haemoroid dan laserasi
jalan lahir.
7) Sistem
muskuleskeletal
a)
Ambulasi
pada umumnya mulai 1–8 jam setelah ambulasi
dini untuk mempercepat involusi rahim.
b)
Peningkatan
pergerakan dan mobilitas dari sendiri panggul terjadi
dalam 6–8 minggu.
8) Sistem
integument
a)
Penurunan melanin setelah persalinan penyebab
berkurangnya hyperpegmentasi kulit.
b)
Perubahan
pembuluh darah pada kulit yang tampak karena
kehamilan akan menghilang pada saat kadar estrogen
menurun.
9)
Adaptasi psikologi masa nifas.
a)
Periode masa nifas merupakan waktu terjadinya stres
trauma bagi ibu primipara, dapat
membuat perubahan psikologis yang
hebat.
b)
Faktor yang
mempengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi menjadi orang tua
termasuk:
(1)
Respon dan
support dari keluarga dan teman.
(2)
Hubungan yang
baik antara pengalaman hamil dan melahirkan dengan harapan, keinginan dan aspirasi ibu.
(3)
Riwayat dan
pengalaman melahirkan yang lalu periode ini dipersepsikan oleh reva rubin menjadi 3 tahap, yaitu:
(a) Taking in
period
1.
Terjadi pada
hari 1–3 post partum.
2.
Dalam memenuhi
kebutuhannya sangat bergantung pada orang lain.
3.
Sulit mengambil
keputusan.
4.
Tuntutan makan
tidur berlebihan
(b) Taking hoid
period
1.
Terjadi pada
hari 4–10 post partum.
2.
Tenaga ibu sudah
lebih sehat dan meningkat serta
merasa lebih nyaman.
3.
Masih ada rasa
kurang percaya diri.
(c) Letting 60
period
1.
Terjadi pada
hari 10 post partum.
2.
Mulai menjalan
perannya dan
sudah punya konsep.
3.
Mampu merawat
bayinya, dirinya sendiri dan
bertanggung jawab sebagai ibu.
10) Perawatan dan Pengayaan Masa Nifas
a)
Suhu
Harus diawasi terutama pada minggu pertama dari
masa nifas karena kenaikan suhu tubuh
adalah tanda pertama infeksi.
b)
Nadi
Denyut nadi pada orang dewasa 60–80 x/I, sehabis
melahirkan denyut nadi akan lebih cepat karena kelelahan atau adanya perdarahan dan rasa nyeri infeksi.
c)
Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan akan rendah setelah ibu melahirkan
karena ada perubahan.
d)
Pernafasan
Keadaan pernafsan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut
nadi.
e) Fundus
uteri
Tinggi fundus uteri diukur dan
dicatat setiap hari, fundus uteri
juga di palpasi dua kali sehari untuk
memastikan bahwa uterus mengalami kontraksi dengan kuat serta terletak ditengah. Tinggi fundus
berkurang sebanyak + 1 cm perhari sampai fundus uteri tidak teraba lagi lewat abdomen yang biasanya pada hari ke 11 atau hari ke 12.
f)
Perineum
Perineum
diperiksa 2 kali sehari dengan penerangan yang baik, observasi untuk menetukan eritema, oedema
monitor atau tarikan pada bekas jahitan.
g)
Lochia.
Lochia
yang mencakup darah, jaringan desidua
dan
hasil pembuahan yang masih tertahan harus di observasi 1
kali sehari. Bau lochia yang normal
tidak berbeda dengan bau haid yang busuk, keadaan ini harus segera di laporkan karena
dapat menunjukkan sepsis nifas.
h) Mobilisasi
Karena lelah setelah bersalin ibu harus beristirahat terutama setelah 8
jam pasca persalinan kemudian boleh miring ke kanan dan ke kiri untuk mencegah
terjadinya trombosit dan
tromboembulus.
i)
Defekasi.
Buang air besar harus dilakukan 3-4 kali pasca persalinan. Bila masih sulit buang air besar terjadi obstipasi apalagi feces keras dapat diberikan obat laksan
per oral
atau per rectal. Jika belum bisa, maka dilakukan klisma.
j)
Miksi.
Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-kadang wanita sulit kencing karena sfingter uretra ditekan
oleh kepala janin dan oleh iritasi
muskulus sfingter ani selama persalinan. Bila kandung kemih penuh, wanita sulit kencing dan sebaiknya
dilakukan kateterisasi.
k)
Perawatan payudara
Dalam masa nifas, perawatan payudara dilakukan
dengan:
(1) Secara rutin, artinya payudara tidak mengalami kelainan dan dilakukan sehari-hari selama ibu menyusui.
(2) Perawatan payudara
yang mengalami kelainan, misalnya
bengkak, lecet, dan sebagainya.
(3) Perawatan payudara
yang khusus untuk memperbanyak
Air
Susu Ibu (ASI).
Adapun cara melakukan perawatan payudara dapat diuraikan sebagai
berikut:
a)
Secara rutin
Dimulai setelah ibu melahirkan, dilakukan pada waktu mandi payudara dibersihkan dengan sabun cair
dan air bersih. Puting susu diulas
dengan minyak pengulas ditutup dengan
kain kasa, kemudian memakai BH yang sesuai besarnya agar menahan payudara sehingga bila payudara membesar tidak tertekan oleh BH
yang kurang sesuai.
b)
Perawatan
(1)
Pembengkakan payudara
Perawatan untuk pembengkakan yang disebabkan permulaan pembentukan Air
susu Ibu (ASI) biasanya hanya diberi kompres, ada yang menggunakan
kompres hangat adapula yang menggunakan kompres dingin. Penderita
diberi obat untuk menurunkan panas dan menghilangkan nyeri. Pembengkakan payudara dapat
pula disebabkan karena Air Susu Ibu (ASI) yang tidak dapat keluar dengan lancar, tidak habis dihisap oleh
bayi sedangkan produksi baru sudah ada pencapitan payudara yang menuju ke puting
susu.
(2)
Kelainan puting susu
Pada puting susu yang masuk
kedalam atau rata dengan bulat payudara
diatasi dengan menggunakan “nipple Sheila”
pada waktu menetek nipple shela ini
merupakan alat penyambung saja sebab bila bayi mengisap dengan tepel hoed yang ditempel pada payudara
ibu, air susu akan mengalir. Penekanan tepel hoed ini pada
areola mammae diharapkan dapat
menarik puting susu
keluar.
c)
Perawatan payudara untuk memperbanyak Air
Susu Ibu (ASI)
Perawatan payudara untuk
memperbanyak ASI ada 2 cara, yaitu: dengan cara pengurutan dan dengan cara menyiram
payudara.
(1)
Dengan cara
pengurutan atau massase
Pengurutan diadakan dengan tujuan memberikan rangsangan pada kelenjar Air
Susu Ibu (ASI) agar dapat memproduksi
Air
Susu Ibu (ASI). Pengurutan dilakukan pagi dan sore, sebaiknya
sebelum mandi dan diteruskan dengan penyiraman yang dilakukan bersama mandi.
(2)
Alat-alat yang
diperlukan untuk mengurut dan penyiraman payudara adalah :
(a)
Bahan pelumas
kulit, biasanya digunakan minyak
kelapa, taik, sabun dapat dipilih mana yang disenangi ibu.
(b)
Handuk kecil
atau waslap ataupun kain tua yang bersih, lunak yang cukup tebal dan menyerap
air, dibutuhkan dua lembar untuk menggosok payudara
sesudah diurut.
(c)
Handuk besar dua
lembar. Satu lembar lembar untuk
menutup punggung dan satu lembar untuk
mengencangkan payudara sesudah dicuci dengan
air dan sabun yang dapat dipakai juga untuk
mandi.
(d)
2 (dua) buah kom
besar untuk menampung air panas dan air dingin.
(e)
BH yang bersih
sesuai dengan ukuran payudara ibu, serta perlengkapan lainnya.
(3)
Cara mengerjakan
:
(a)
Alat-alat
diletakkan dekat ibu
(b)
Perawat mencuci
tangan
(c)
Melakukan
pengurutan, caranya :
1.
Kedua telapak
tangan diberi minyak
2.
Buah dada kiri
diurut oleh tangan kanan dan buah dada kanan diurut oleh tangan kiri
3.
Pengurutan dari
tengah berputar kesamping terus ke bawah dikerjakan berulang-ulang antara 10-15 kali
4.
Bagian samping
buah dada diurut dari pangkal keputing 10-15 kali
5.
Pengurutan bagian buah dada ke arah puting susu 10-15
kali
6.
Penderita duduk,
pakaian atas dibuka, punggung ditutup dengan handuk
7.
Com air panas
dan dingin disiapkan
8.
Kompres payudara dengan waslap dengan menggunakan air hangat dan dingin secara
bergantian 3-5 menit.
(4)
Setelah pengurutan
dilakukan dengan penyiraman
(a)
Penderita duduk atau
berdiri, pakaian atas dibuka, punggung ditutup dengan handuk
(b)
Kom air panas
dan dingin disediakan sebaiknya di
kamar mandi
(c)
Mula-mula
disiram dengan air panas, sepanas kulit dapat menahan. Penyiraman dengan kain
atau kain keci; di atas kom air panas itu, jadi air dapat ditampung
kembali
(d)
Penyiraman
dilakukan dengan cepat dan sampai ±
10 kali, dengan disiram lagi dengan iar panas. Begitu
seterusnya bergantian panas dan dingin sampai
air panas turun suhunya
(e)
Penyiraman atau
pengurutan terakhir ialah dengan air
panas. Setelah itu diteruskan dengan mandi biasa. Dengan demikian pengurutan
dan penyiraman payudara ini dilakukan
bersama sewaktu mandi pagi dan sore, lebih praktis dan tidak melelahkan.
11) Anatomi Sistem Reproduksi
Wanita
Sistem reproduksi wanita dibagi dalam 2
golongan yaitu :
a) Genetalia
Eksterna
Meliputi
semua organ-organ yang terdapat di antara OS
pubis rumus inferior dan perineum, yaitu :
(1) Mons
Veneris
Adalah bagian yang menonjol diatas simpisis
dan
pada wanita dewasa ditutupi oleh rambut kemaluan.
(2)
Labia Mayora
(bibir besar)
Berbentuk lonjong dan menonjol barasal dari
mons veneris. Kedua bibir ini
dibagian bawah bertemu membentuk perineum.
(3)
Labia Minora
(bibir-bibir kecil)
Adalah suatu lipatan tipis dari
kulit sebelah dalam bibir besar. Lipatan ini tidak berambut tapi mengandung kelenjar sebasea dan beberapa kelenjar
keringat.
(4) Klitoris
Merupakan suatu tanggul yang erectile,
mengandung banyak urat-urat syaraf sensori dan
pembuluh-pembuluh darah.
(5) Vestibulum
Area yang dikelilingi oleh labia
minora. Vestibulum menutupi mulut
uretra, mulut vagina dan duktus kelenjar bartholin (vestibular besar).
(6) Kelenjar
Bartholin
Merupakan kelenjar yang terpenting di daerah vulva dan vagina yang
mengeluarkan sekret mucus terutama pada
waktu koitus.
(7)
Hymen
(selaput darah)
Berupa lapisan yang tipis dan menutupi sebagian
besar dari introitus vagina. Bersifat
rapuh dan mudah robek. Hymen
berlobang sebesar jari sehingga
menjadi saluran dari lendir yang dikeluarkan uterus dan darah saat menstruasi.
(8) Hiatus
Himenalis
Adalah lubang selaput darah berukuran dari yang seujung jari sampai yang
mudah dilalui oleh dua jari.
(9) Perineum
Adalah yang terletak antara vulva
dan anus, yang
panjangnya rata-rata 4 cm.
Gambar 2. Genetalia Eksterna.
b)
Genetalia
interna
(1) Vagina (liang kemaluan)
Merupakan saluran muskulo membrane nens yang menghubungkan rahim pada vulva. Vagina
terletak antara kandung kemih dan rectum pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang.
(2)
Rahim
Merupakan jaringan otot yang kuat
terletak diantara kandung kemih dan
rectum. Bentuknya seperti buah pir dan
gepeng, terdiri atas korpus, serviks
uteri dan fundus
uteri.
(3)
Tuba
fallopi
Tuba fallopi
terdirri atas 4, yaitu :
(a) Pars interstitialik
(bagian yang terdapat di dinding uterus)
(b) Pars ismika
(merupakan medial tuba yang sempit
seluruhnya)
(c) Pars ampularis
(bagian yang berbentuk sebagai saluran agak lebar tempat konsepsi terjadi)
(d) Pars infudibulum
(bagian ujung tuba yang
terbuka ke arah abdomen dan mempunyai fibria)
(4) Ovarium (indung telur)
Wanita pada umumnya mempunyai 2 indung
telur kanan dan kiri, terdiri dari kortex
ovarii dan medulla ovarium.
Gambar
3. Genetalia Interna
(www.google.com)
e. Fisiologi Alat-alat Reproduksi
Wanita
Dalam masa kanak-kanak ovarium dikatakan masih dalam keadaan istirahat belum manunaikan
faalnya dengan baik, baru jika tercapai masa pubertas maka terjadilah perubahan-perubahan besar pada seluruh
badan wanita tersebut.
Pubertas
tercapai pada umur 12-16 tahun dan dipengaruhi oleh keturunan, bangsa, iklim dan
lingkungan. Kejadian yang terpenting dalam puberitas
adalah timbulnya haid yang petama
kali (menarche).
Walaupun begitu, menarche merupakan gejala pubertas
yang lambat awal terjadinya
pertumbuhan payudara. Kemudian tumbuh
rambut kemaluan (pubarche),
disusul dengan tumbuhnya rambut
diketiak, barulah terjadi menarche
dan sesudah itu haid datang secara
klinik dari uterus sebagai tanda
bahwa kandungan menunjukkan faalnya.
3.
Konsep
Dasar Keperawatan
a. Pengertian
Proses keperawatan adalah suatu metode
yang sistematis untuk adan rasional
dalam merencanakan dan
memberikan asuhan keperawatan
dengan menggunakan suatu metode pendekatan. Problem-solving
yang memerlukan ilmu, teknik dan keterampilan interpersonal dan ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan klien.
b. Tujuan
1) Mengidentifikasi
kebutuhan baik yang aktual maupun yang potensial.
2) Menetapkan
perencanaan untuk memenuhi kebutuhan yang teridentifakasi.
3) Melakukan
intervensi yang spesifik.
c. Langkah-langkah
proses keperawatan
Langkah-langkah
proses keperawatan terdiri
dari :
1) Pengkajian
2) Diagnos
keperawatan
3) Perencanaan
4) Implementasi/pelaksanaan
5) Evaluasi
F. Kerangka
Konsep
1.
Dasar Pemikiran Variabel
Episiotomi adalah suatu tindakan insisi pada perineum yang
menyebabkan terpotongnya selaput lendir vagina
cincin selaput darah,
jaringan pada sputum rekto vaginal otot
dan fasia perineum dan kulit sebelah
depan perineum. (Wiknjosastro Hanifa, 2011:41).
Upaya penurunan AKI sebagai
program prioritas, penyebab kematian ibu adalah terjadinya infeksi post partum karena penanganan keperawatan yang kurang memadai pada saat perawatan
sendiri oleh ibu di rumah. Hal ini diduga kurangnya pengetahuan ibu dalam
melakukan perawatan perineum secara
mandiri.
Faktor yang diduga
mempengaruhi dilakukannya episiotomi meliputi faktor ibu, faktor anak, faktor penolong.
a.
Faktor Umur
Ibu
Penelitian yang telah dilakukan di beberapa Rumah Sakit Pendidikan di
Indonesia periode 2002–2011 disimpulkan bahwa usia terbaik dan paling aman bagi
ibu melahirkan ialah umur 20 sampai
35 tahun, sehingga resiko/bahaya kematian neonatal sangat
kecil bila ibu melahirkan pada usia di antara 20-35 tahun. Wanita yang melahirkan
di bawah usia 20 tahun mempunyai resiko
tinggi karena kemungkinan aurcus pubis
masih sempit, dan
perenium masih kaku sehingga dilakukan
episiotomi.
b.
Faktor Anak
Tindakan
episiotomi dilakukan apabila perenium telah menipis dan kepala janin
tidak masuk ke dalam vagina. Pada
persalinan anak
besar sehingga mempunyai resiko pada ibu yaitu robekan perenium
yang tidak tidak bisa beradaptasi terhadap
regangan yang berlebihan karena bayi lahir premature,
janin
letak sungsang, dan ada indikasi
mempersingkat kala II seperti
gawat janin.
c.
Faktor Penolong
Penolong persalinan tidak sebagaimana
mestinya, penolong persalinan biasanya dilakukan dengan tidak teliti atau kadang
tergesa-gesa dengan dorongan fundus
yang berlebihan. Atau pertolongan persalinan dilakukan oleh dukun tanpa
bantuan
atau kerja sama
dengan bidan. Dalam tindakan episiotomi
di butuhkan tenaga bidan yang profesional dalam memberikan pelayanan kesehatan
terhadap pasien.
2.
Gambaran kejadian Post partum aterem Letak Belakang Kepala dengan episiotomi
|
- Faktor umur ibu
- Faktor anak
- Faktor penolong
|
Keterangan
:
: Variabel independent
:
Variabel dependent
: Penghubung antar variabel
a.
Variabel
Independen (Bebas)
Variabel
bebas adalah variabel yang menyebabkan atau memengaruhi, yaitu
faktor-faktor yang diukur, dimanipulasi atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan
hubungan antara fenomena yang diobservasi atau diamati. Yang menjadi variabel
independen pada penelitian ini yakni (Umur ibu, anak, Penolong).
b.
Variabel
Dependen (Terikat)
Variabel
terikat adalah faktor-faktor yang diobservasi dan diukur untuk menentukan adanya
pengaruh variabel bebas, yaitu
faktor yang muncul, atau tidak muncul, atau berubah sesuai dengan yang diperkenalkan oleh
peneliti.
Yang
menjadi variabel dependen pada penelitian ini yakni kejadian post partum
aterm
Letak
Belakang Kepala dengan episiotomi.
G. Definisi
Operasional dan Kriteria Objektif
1.
Umur ibu
Umur adalah usia responden sejak
dilahirkan sampai saat di lakukan penelitian dengan
kategori :
a.
Resiko Tinggi : Bila
umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari
35 tahun.
b.
Resiko Rendah : Bila
umur ibu 20-35 tahun.
2.
Anak
Anak adalah anugrah terindah
yang diberikan oleh Allah untuk dijaga
termasuk Janin dalam kandungan ibu sementara dalam proses kelahiran dengan
kategori :
a.
Abnormal : Bayi
lahir dengan presentase bokong.
b.
Normal : Bayi
Lahir dengan presentase belakang kepala.
3.
Penolong
Penolong adalah seorang
tenaga kesehatan/bidan yang telah melaksanakan proses pembelajaran dan telah di
akui kemampuannya untuk menolong proses Persalinan seorang ibu.
a.
Resiko Tinggi : Persalinan
ditolong secara tergesa-gesa.
b.
Resiko Rendah : Persalinan
ditolong secara teliti.
H. Metode
Penelitian
1.
Jenis dan Metode Penelitian
Penelitian
ini merupakan jenis penelitian deskriptif yaitu bertujuan untuk mengetahui
gambaran kejadian post partum
aterm Letak Belakang Kepala dengan episiotomi di Ruang Perawatan Nifas Rumah Sakit
Umum Daerah Lamaddukkelleng Sengkang Kabupaten Wajo.
2.
Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober
2014.
3.
Tempat Penelitian
Tempat
Penelitian Penelitian ini dilakukan di Ruang Perawatan
Nifas Rumah Sakit Umum Daerah Lamaddukkelleng Sengkang Kabupaten Wajo dengan alasan mudah
mendapatkan responden, mudah
dijangkau, dan terdapat banyak pasien dengan
kasus episiotomi.
4. Populasi
dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah merupakan seluruh
objek atau subjek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti. (Alimul Aziz, 2007).
Populasi dalam penelitian ini adalah
semua ibu yang bersalin di Ruang Perawatan
Nifas Rumah Sakit Umum Daerah
Lamaddukelleng Sengkang Kabupaten Wajo sebanyak
50 orang.
b. Sampel
Sampel
merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Jumlah sampel pada penelitian ini
adalah sebanyak 33 orang responden. (Hidayat, 2007 : Hal. 88). Cara perhitungan sampel menggunakan
rumus:
Dimana
:
n : Jumlah sampel
N : Jumlah
populasi
d : interval
kepercayaan (0,1) (Nursalam, 2008).
Jadi
jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 33 responden.
5.
Teknik
pengambilan sampel
Pengambilan
sampel ini dilakukan dengan cara random
sampling, yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. (Sugiyono, 2010:64).
a.
Kriteria inklusi
1)
Ibu Bersedia
menjadi responden
2)
Ibu yang Inpartu dengan episiotomi yang sementara
dirawat di Ruang Perawatan Nifas Rumah
Sakit Umum Daerah Lamaddukkelleng Sengkang Kabupaten Wajo.
b.
Kriteria eksklusi
1)
Tidak bersedia menjadi
responden
2)
Ibu yang hamil dengan episiotomi tidak dirawat di Ruang Perawatan Nifas Rumah
Sakit Umum Daerah Lamaddukkelleng Sengkang Kabupaten Wajo.
6. Metode
Pengumpulan Data
Data yang diambil adalah data sekunder dengan
mengambil pada buku register
persalinan di Ruang Perawatan Nifas Rumah Sakit Umum Daerah Lamaddukelleng Sengkang Kabupaten Wajo tahun
2014, instrument
penelitian ini menggunakan format pengumpulan data manual.
7. Pengolahan
Data dan Pengajian Data
Data
yang diperoleh dikumpulkan kemudian diolah melalui tahap sebagai
berikut
:
a.
Edit (Editing)
Editing
atau penyuntingan dimulai dilakukan pada saat penelitian yakni memeriksa semua
lebar kuesioner yang telah diisi mengenai kekurangan dan cara pengisian,
kemudian setelah data
terkumpul dilakukan pemeriksaan lengkap data dan keseragaman data.
b.
Pengkodean (Koding)
Koding
yaitu mengklasifikasi jawaban dari responden menurut macamnya dilakukan untuk
memudahkan pengolahan data yaitu memberi kode atau simbol dari setiap
jawaban.
c.
Tabulasi (Tabulating)
Tabulasi
adalah mengelompokkan data
dalam
bentuk tabel yaitu hubungan antara variable independent dan dependen. Setelah itu data di
analisis dengan menggunakan kalkulator dan computer untuk mendapat distribusi frekuensi dan
proporsi responden menurut variabel yang diteliti dan disajikan dalam bentuk
naskah dan tabel.
Blogger Comment
Facebook Comment