PROPOSAL FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN TONSILITIS



FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN TONSILITIS
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LAMADDUKELLENG SENGKANG

A.    Latar Belakang
Penyakit tonsilitis merupakan masalah kesehatan masyarakat, dimana penyakit ini banyak ditemukan pada keluarga dan masyarakat terutama pada anak usia sekolah. Oleh karena itu dibutuhkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan keluarga tentang hal-hal yang menyangkut masalah kesehatan seperti cara pencegahan, cara perawatan dan pengobatan dasar pada keluarga yang terkena tonsilitis, karena keluargalah yang pertama dan selalu berinteraksi dengan klien, juga dibutuhkan pemahaman keluarga terhadap faktor pendukung seperti status gizi, imunisasi, lingkungan dan perumahan yang sehat.
Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya tonsilitis yaitu dalam keadaan normal virus bakteri masuk ke dalam tubuh melalui hidung dan mulut sehingga saluran pernafasan sering infeksi kemudian disaring di amandel. Infeksi juga mungkin ada di tenggorokan dan sekitarnya menyebabkan peradangan pada faring. Kadang-kadang, tonsilitis juga disebabkan oleh infeksi dari spirochaeta dan treponema.
Kualitas hidup anak dapat dinilai dari hasil atau prestasi belajarnya, salah satu indikasi tonsilektomi adalah jika tonsilitis kronik menyebabkan penurunan kualitas hidup. Hasil analisis registrasi logistik menunjukan bahwa


tonsilitis kronik dan tingkat kecerdasan siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar.
Tonsilitis kronik dan prestasi belajar berdasarkan data epidemiologi penyakit THT di 7 provinsi (Indonesia) pada tahun 2011-2013, prevelensi Tonsilitis kronik tertinggi setelah nasofaringitis akut (4,6%), yaitu sebesar 3,8%. Insiden tonsilitis kronik di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang 23,36% dan 47% di antaranya pada usia 6-15 tahun. Sedangkan di Rumah Sakit Umum Dr. Hasan Sadikin Bandung pada periode April 1997 sampai dengan Maret 2014 ditemukan 1.024 pasien tonsilitis kronik atau 6,75 % dari seluruh jumlah kunjungan.
Angka kesakitan penduduk Kabupaten Wajo didapat dari data yang berasal dari masyarakat (community based data) yang diperoleh melalui studi morbiditas, serta hasil pengumpulan data dari bidang terkait Dinas Kesehatan Kabupaten Wajo, serta dari data pelayanan kesehatan (facility based data) data yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan tingkat puskesmas yang dilaporkan secara berkala oleh petugas kesehatan. Berdasarkan data yang diperoleh dari bidang pelayanan kesehatan, Dinas Kesehatan Kota Makassar diperoleh gambaran 10 penyakit utama untuk semua golongan umur di kota Makassar tahun 2013 diperoleh data bahwa penyakit Tonsilitis berada pada urutan ke-10 dengan jumlah 21.801 (3,4%).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Daerah Lamaddukelleng Sengkang pada satu tahun terakhir, didapatkan bahwa penyakit tonsilitis yang merupakan bagian dari penyakit rongga mulut merupakan urutan kedua dari penyakit yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Lamaddukelleng Sengkang setelah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Pada periode Januari sampai Desember 2013 jumlah penderita penyakit rongga mulut sebanyak 74 orang dari jumlah pengunjung sebanyak 283 pertahun.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan juga meningkatnya jumlah penderita Tonslitis bahkan menduduki urutan kedua dari sepuluh penyakit terbesar yang dapat menyerang semua tingkatan usia, maka penulis membatasi permasalahan penyusunan proposal ini tentang “Faktor yang mempengaruhi kejadian tonsillitis di Rumah Sakit Umum Daerah Lamaddukelleng Sengkang.
C.    Tujuan Penelitian
1.      Untuk melihat faktor yang berhubungan dengan kejadian tonsilitis di Rumah Sakit Umum Daerah Lamaddukelleng Sengkang.
2.      Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan dan umur dengan terjadinya tonsilitis di Rumah Sakit Umum Daerah Lamaddukkelleng Sengkang.
D.    Manfaat Penelitian
1.      Manfaat Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi dan sebagai bahan masukan bagi pelaksana atau penanggung jawab program kesehatan dalam perencanaan penanggulangan penyakit Tonsilitis serta manjadi salah satu bahan pertimbangan bagi Puskesmas dan Dinas Kesehatan terkait.
2.      Manfaat Praktis
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan tekhnologi di bidang kesehatan dan keperawatan serta manjadi bahan bacaan bagi peneliti berikutnya.
E.     Tinjauan Pustaka
1.      Pengertian Tonsilitis
Tonsilitis adalah perdangan pada organ tosil atau amandel bersama pengumpulan loekosit bakteri pathogen, dan juga sel- sel epitel mati. (Brunner dan Suddarth, 2010:33).
Tonsilitis adalah inflamasi atau infeksi tonsil atau pembengkakan  pada tonsil atau sering juga dikatakan dengan amandel. (Effendi Nasrul  EGC Edisi 2, 2010:113).
Tonsillitis merupakan infeksi (virus atau bakteri) dan inflamasi pada tonsil. (Muscari, M. 2000:217).
Tonsilitis merupakan peradangan pada tonsil yang disebabkan oleh bakteri atau kuman streptococcus beta hemolyticus, streptococcus viridans dan streptococcuspyogenes dapat juga disebabkan oleh virus.         (Sidarta, 2010:78).
Tonsil terdiri atas jaringan limfatik dan terletak pada kedua sisi orofaring. Keduanya sering menjadi tempat terjangkitnya infeksi akut, streptococcus grup A adalah organisme paling umum yang berkaitan dengan tonsilitis dan adenoditis, tonsilitis kronik kurang umum dan mungkin disalahartikan dengan kelainan lain seperti alergi, asma dan sinusitis. (Brunner &Suddarth, 2011:50).

2.      Klasifikasi Tonsilitis
a.      Tonsilitis Akut
Tonsilitis akut adalah peradangan pada tonsil yang terjadi secara cepat dan adanya pembengkakan dimana gejalanya lebih menyerupai commond cold yang di sertai rasa nyeri tenggorok, pada dasarnya tergolong penyakit yang dapat sembuh sendiri, terutama jika daya tahan tubuh baik.
b.      Tonsilitis Kronik
Merupakan hasil serangan tonsillitis akut yang berulang.Kuman penyebab tonsillitis sama dengan penyebab tonsilitis akut (Herawati S,:46).


3.      Penyebab
          Disebabkan oleh kuman streptococcus beta hemolyticus, streptococcus viridans dan streptococcus pyogenes yang menjadi penyebab terbanyak dapat juga disebabkan oleh  virus.
Faktor predisposisi adanya rangsangan kronik (rokok dan makanan), pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat dan hygiene, mulut yang buruk. (Harmoko, 2012:77).
Penyebab tersering tonsilitis akut adalah streptococcus beta hemolyticusgrup A. Bakteri lain yang juga dapat menyebabkan tonsilitisakut adalah Haemophilus influenza dan bakteri dari golongan pneumucoccus dan stafilococcus. Virus juga kadang-kadang ditemukan sebagai penyebab tonslitis akut. (Ginsberg,  2010:92).

a.       Pada Tonslitis Akut
Penularan terjadi melalui droplet dimana kuman menginfiltrasi lapisan Epitel kemudian bila Epitel ini terkikis maka jaringan Umfold superkistal bereaksi dimana terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfo nuklear.
b.      Pada Tonsilitis Kronik
Terjadi karena proses radang berulang maka Epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limpoid, diganti oleh jaringan parut. Jaringan ini akan mengerut sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus proses ini meluas hingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengketan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris.           (Arif, 2011:96).

Jadi tonsil meradang dan membengkak, terdapat bercak abu-abu atau kekuningan pada permukaannya, dan jika berkumpul maka terbentuklah membran. Bercak-bercak tersebut sesungguhnya adalah penumpukan leukosit, sel epitel yang mati, juga kuman-kuman baik yang hidup maupun yang sudah mati.
Keluhan pasien biasanya berupa nyeri tenggorokan, sakit menelan, dan kadang-kadang pasien tidak mau minum atau makan lewat mulut. Penderita tampak loyo dan mengeluh sakit pada otot dan persendian. Biasanya disertai demam tinggi dan nafas yang berbau. (Mansjoer Arif, 2000:118), yaitu:

1)          Suhu tubuh naik sampai 40 °C
2)          Rasa gatal atau kering ditenggorokan
3)          Lesu
4)          Nyeri sendi, odinofagia
5)          Anoreksia dan otolgia
6)          Bila laring terkena suara akan menjadi serak
7)          Tonsil membengkak
8)          Pernapasan berbau

4.      Komplikasi
a.        Otitis media akut
b.        Abses parafaring
c.         Abses peritonsil
d.        Bronkhitis,
e.         Nefritis akut, artritis, miokarditis
f.          Dermatitis
g.        Pruritis
h.        Furunkulosis

5.      Patofisiologi
Bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut.Amandel atau tonsil berperan sebagai filter, menyelimuti organisme yang berbahaya tersebut. Hal ini akan memicu tubuh untuk membentuk antibody terhadap infeksi yang akan datang akan tetapi kadang- kadang amandel sudah kelelahan menahan infeksi atau virus.
Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial mengadakan reaksi.Terdapat pembendungan radang dengan filtrasi leukosit poli morfonuklear. Proses ini secara klinik tampak pada korpus tonsil yang berisi bercak kuning yang disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas, suatu tonsillitis akut dengan detritus disebut tonsillitis falikularis., bila bercak detritus berdekatan menjadi satu maka terjadi tonsillitis lakunaris. Tonsilitis dimulai dengan gejala sakit tenggorokan ringan hingga menjadi parah.Pasien hanya mengeluh merasa sakit tenggorokannya sehingga berhenti makan.(Marjono dkk, 2010:78).

6.      Manifestasi Klinik
a.       Gejala tonsillitis antara lain : sakit tenggorokan, demam, dan kesulitan dalam menelan.
b.      Gejala Tonsilitis Akut : Gejala tonsilits akut biasanya di sertai rasa gatal atau kering ditenggorokan, lesu, nyeri sendi, anoreksia, suara serak, tonsil membengkak.
c.       Dimulai dengan sakit tenggorokan yang ringan hingga parah, sakit menekan hinggah muntah. Pada tonsillitis dapat mengakibatkan kekambuhan sakit tenggorokan dan keluar nanah pada lekukan tonsil.
d.      Gambaran tonsillitiskronis : nyeri telan, bahkan dapat menginfeksi telinga bagian tengah, misalnya proses berjalannya kronis, tingkat rendahnya yang yang pada akhirnya menyebabkan ketulian permanen. (Baughman, 2012:57).




7.      Pemeriksaan Diagnostik    
Dilakukan pemeriksaan fisik menyeluruh, dan pengumpulan riwayat kesehatan yang cermat untuk menyingkirkan kondisi sistemik atau kondisi yang berkaitan. Usap tonsilar dikultur untuk menentukan adanya infeksi bakteri. Jika tonsil adenoid ikut terinfeksi maka dapat menyebabkan otitis media supuratif yang mengakibatkan kehilangan pendengaran, pasien harus diberikan pemeriksaan audiometik secara menyeluruh sensitivitas atau resistensi dapat dilakukan jika diperlukan. (Russel M               Dorothy, 2011:96).
8.      Penatalaksanaan
Pada penderita tonsillitis, terlebih dahulu harus diperhatikan pernapasan dan status nutrisinya.Jika perbesaran tonsil menutupi jalan nafas, maka perlu dilakukan tonsilektomi, demikian juga jika pembesaran tonsil menyebabkan kesulitan menelan dan nyeri saat menelan, menyebabkan penurunan nafsu makan atauanoreksia. Pada penderita tonsillitis yang tidak memerlukan tindakan operatif(Tonsilektomi), perlu dilakukan oral hygiene untuk menghindari perluasan infeksi, sedangkan untuk mengubahnya dapat diberikan antibiotic, obat kumur dan vitamin C dan B.
Pemantauan pada penderita pasca tonsilektomi secara continu diperlukan karena resiko komplikasi hemorraghi. Posisi yang paling memberikan kenyamanan adalah kepala dipalingkan ke samping untuk memungkinkan drainage dari mulut dan faring untuk mencegah aspirasi. Jalan nafas oral tidak dilepaskan sampai pasien menunjukkan reflek menelannya telah pulih.
Jika pasien memuntahkan banyak darah dengan warna yang berubah atau berwarna merah terang pada interval yang sering, atau bila frekuensi nadi dan pernapasan meningkat dan pasien gelisah, segera beritahu dokter bedah. Perawat harus mempunyai alat yang disiapkan untuk memeriksa terhadap perdarahan, sumber cahaya, cermin, kasa, nemostat lengkung, dan basing pembuang. Jika tidak terjadi perdarahan berlanjut beri pasien air dan sesapan es. Pasien diinstruksikan untuk menghindari banyak bicara dan batuk karena hal ini menyebabkan      nyeri tenggorokan.
F.     Kerangka Konsep
1.      Dasar Pemikiran Variabel Penelitian
         Penyakit tonsilitis merupakan masalah kesehatan masyarakat, dimana penyakit ini banyak ditemukan pada keluarga dan masyarakat terutama pada anak usia sekolah. Oleh karena itu dibutuhkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan keluarga tentang hal-hal yang menyangkut masalah kesehatan seperti cara pencegahan, cara perawatan dan pengobatan dasar pada keluarga yang terkena tonsilitis, karena keluargalah yang pertama dan selalu berinteraksi dengan klien, juga dibutuhkan pemahaman keluarga terhadap faktor pendukung seperti status gizi, imunisasi, lingkungan dan perumahan yang sehat.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya tonsillitis meliputi umur  dan pendidikan :
1.      Umur
              Penelitian yang telah dilakukan di beberapa Rumah Sakit di Indonesia periode 2008–2013 disimpulkan bahwa usia 3–7 tahun  sangat mudah terkena amandel atau tonsilitis. Sebab, pada usia tersebut amandel mengalami penurunan kekebalan dan lebih mudah      terserang virus.
2.      Pendidikan
              Tingkat pendidikan sangat berpengaruh pada resiko terjadinya tonsilitis. Tingkat pendidikan erat kaitannya dengan pengetahuan seseorang. Kurangnya pengetahuan seseorang tentang faktor kesehatan menyebabkan mudah terinfeksi penyakit atau virus. Hal ini karena seseorang yang berpendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan yang luas serta memiliki kemampuan untuk menerima informasi lebih tinggi.





2.      Bagan Kerangka Konsep Penelitian
Tonsilitis
-       Pengetahuan
-       Umur
 



Keterangan :
                                  : Variabel independent
                                  : Variabel dependent
                                  : Penghubung antar variabel
a.       Variabel Independen (Bebas)
Variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan atau memengaruhi, yaitu faktor-faktor yang diukur, dimanipulasi atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungan antara fenomena yang diobservasi atau diamati.Yang menjadi variabel independen pada penelitian ini yakni pendidikan dan umur.
b.      Variabel Dependen (Terikat)
Variabel terikat adalah faktor-faktor yang diobservasi dan diukur untuk menentukan adanya pengaruh variabel bebas, yaitu faktor yang muncul, atau tidak muncul, atau berubah sesuai dengan yang diperkenalkan oleh peneliti.Yang menjadi variabel dependen pada penelitian ini yakni tonsillitis.


3.      Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

a.       Tonsilitis merupakan peradangan pada tonsil yang disebabkan oleh  bakteri atau kuman streptococcus beta hemolyticus, streptococcus viridans dan streptococcuspyogenes dapat juga disebabkan oleh virus.

Kriteria objektif :

Tonsilitis                :   Peradangan pada tonsil

Bukan tonsilitis      :   Tonsil sehat dan tidak ada gangguan.

b.      Umur merupakan lamanya hidup seseorang dihitung dari sejak lahir sampai ia meninggal dunia sesuai  dalam kalender,

Kriteria objektif :

Resiko tinggi       :  3 –7 tahun

Resiko rendah     : > 3 tahun dan  < 7 tahun

c.       Pendidikan

Yang dimaksud dalam pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah diikuti oleh seseorang dengan memiliki ijazah yang datanya tercatat lengkap di rekam medik Rumah Sakit Umum Lamaddukelleng Sengkang.

Kriteria Objektif :

Resiko Tinggi         :    Jika seseorang telah menyelesaikan Pendidikannya hanya sampai tingkat SMP dan sederajat ke bawah.

Resiko rendah         :    Jika seseorang telah menyelesaikan Pendidikannya hingga tingkat SMA dan sederajat ke atas.

G.    Metode  Penelitian
1.      Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan cross-sectional untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kejadian tonsilitis.
2.      Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2014.
3.      Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Lamaddukelleng Sengkang, dengan alasan angka kesehatan berdasarkan data riskesdas itu tinggi dibanding di Rumah Sakit lain.
4.      Populasi dan Sampel
a.       Populasi
Populasi pada Penelitian ini adalah pasien tonsillitis di Rumah Sakit Umum Daerah Lamaddukelleng Sengkang tahun 2013 sebanyak 283 orang.


b.      Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien tonsillitis di Rumah Sakit Umum Daerah Lamaddukelleng Sengkang yang memenuhi karakteristik tonsillitis, yaitu sebanyak  74 orang. 
Pengambilan sampel dilakukan secara non random sampling dengan tehnik pengambilan sample yaitu dengan metode purposive sampling. Pengambilan sampel secara Purposive didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2010:124).

5.      Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel ini dilakukan dengan cara random sampling yaitu peneliti menentukan sendiri sampel yang akan diteliti dan memenuhi syarat sesuai kriteria inklusi dan eksklusi serta dating saat penelitian dilaksanakan.
a.       Kriteria inklusi
1)      Bersedia menjadi Responden
2)      Pasien dengan diagnosa tonsilitis di Rumah Sakit Umum Daerah   Lamaddukelleng Sengkang.



b.      Kriteria eksklusi
1)      Tidak bersedia menjadi responden
2)      Pasien yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Lamaddukelleng Sengkang dengan diagnosa bukan tonsilitis.
6.      Metode Pengumpulan Data
Data yang diambil adalah data sekunder dengan mengambil pada buku register Tonsilitis di Rumah Sakit Umum Daerah Lamaddukelleng Sengkang pada tahun 2013, instrumen penelitian ini menggunakan format pengumpulan data manual.
7.      Pengolahan dan Pengkajian Data
Data yang diperoleh dikumpulkan kemudian diolah melalui tahap sebagaiberikut :
a.       Edit (Editing)
Editing atau penyuntingan dimulai dilakukan pada saat penelitian yakni memeriksa kuesioner yang telah diisi mengenai kekurangan dan cara pengisian, kemudian setelah data terkumpul dilakukan pemerksaan lengkap data dan keseragaman data.
b.      Pengkodean (Coding)
Coding yaitu mengklasifikasikan jawaban dari responden menurut macammnya dilakukan untuk memudahkan pengolahan data yaitu memberi kode atau symbol dari setiap jawaban.

c.       Tabulasi (Tabulating)
Tabulating adalah mengelompokkan data dalam bentuk table yaitu hubungan antara variabel independent dan dependen.Setelah itu data di analisis dengan menggunakan kalkulator dan komputer untuk mendapat distribusi frekuensi dan proporsi responden menurut variabel yang diteliti dan disajikan dalam bentuk naskah dan tabel.
8.      Analisa Data
Berdasarkan jenis penelitian yang dipilih yaitu penelitian deskriptif maka analisa data dapat dilakukan menggunakan formulasi distribusi frekuensi dengan rumus :
P =  x 100%

Keterangan :
P = Presentase yang di cari
f = frekuensi variabel yang diteliti
N = jumlah sampel. (Eko Budianto, 2011:37).

H.    Etika Penulisan (Perlindungan Subjek Manusia)
Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya rekomendasi dari pihak institusi atas pihak lain dengan mengajukan permohonan izin kepada instansi tempat penelitian dalam hal ini Rumah Sakit Umum Daerah Lamaddukkelleng Sengkang.
Setelah mendapat persetujuan barulah dilakukan penelitian dengan menekankan masalah etika penelitian yang meliputi :

a.         Informed consent (persetujuan setelah mendapat penjelasan)
Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian. Bila subjek menolak, maka peneliti tidak akan memaksakan kehendak dan tetap menghormati hak-hak subjek.
b.        Anonymity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden, tetapi lembar tersebut diberikan kode.        
c.         Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil peneliti.
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment