PROPOSAL PENELITIAN GAMBARAN AKTIFITAS FISIK PADA PASIEN STROKE SETELAH PEMBERIAN TERAPI



GAMBARAN AKTIFITAS FISIK PADA PASIEN STROKE SETELAH PEMBERIAN TERAPI DI RSUD LAMADDUKELLENG SENGKANG


A.    Latar Belakang
Stroke merupakan penyebab kematian ketiga tersering di negara maju, setelah penyakit jantung dan kanker. Insidensi tahunan adalah 2 per 1000 populasi (Ginsberg, 2010).
Stroke telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin penting, dengan dua pertiga stroke sekarang terjadi di negara-negara yang sedang berkembang. Secara global, pada saat tertentu sekitar 80 juta orang menderita akibat stroke. Terdapat sekitar 13 juta korban stroke baru setiap tahun, dimana sekitar 4,4 juta di antaranya meninggal dalam 12 bulan. Terdapat sekitar 250 juta anggota keluarga yang berkaitan dengan para pengidap stroke yang bertahan hidup. Selama perjalanan hidup mereka, sekitar 4 dari 5 keluarga akan memiliki salah seorang anggota mereka yang terkena stroke (Feigin, 2009).
Projodisastro (2010) dalam Juniarti (2009) memperkirakan penyakit jantung dan stroke akan menjadi penyebab utama kematian di dunia pada tahun 2020.
World Health Organisation (WHO) menyatakan bahwa sekitar 5,5 juta orang di dunia meninggal akibat stroke pada tahun 2020 (Juniarti, 2010).


Konferensi Stroke Internasional tahun 2010 yang diadakan di Wina, Austria, mengungkapkan bahwa jumlah kasus stroke di kawasan Asia terus meningkat (Stroke Jurnal, 2011).
Data stroke yang dikeluarkan oleh Yayasan Stroke Indonesia menyatakan bahwa penderita stroke di Indonesia jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun (Stroke Jurnal, 2010).
Berdasarkan penelitian Riset Kesehatan Dasar tahun 2011 di 33 provinsi dan 440 kabupaten di Indonesia diperoleh hasil bahwa penyakit stroke merupakan pembunuh utama di kalangan penduduk perkotaan dan secara kasar, setiap hari ada dua orang Indonesia mengalami serangan stroke (Riskesdas, 2011).
Pada penderita stroke gangguan keseimbangan sering menjadi permasalahan utama, dimana tanpa keseimbangan tidak dapat melakukan aktifitas gerakan normal (Trisnowiyanto, 2012)
Penderita stroke tidak dapat disembuhkan secara total. Namun, apabila ditangani dengan baik maka dapat meringankan beban penderita, meminimalkan kecacatan, dan  mengurangi ketergantungan pada orang lain dalam beraktivitas, kira-kira dua juta orang penderita stroke yang mampu bertahan  hidup mempunyai beberapa kecatatan.
Sekitar 40% dari mereka memerlukan bantuan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari (Smeltzer & Suzane, 2011).
            Program rehabilitasi secara menyeluruh yang dimulai pada saat di rumah sakit dengan latihan fisik, terapi kerja dan terapi wicara       jelas bermanfaat bagi penderita stroke. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan menunjukkan adanya manfaat secara fungsional yang tidak terlihat pada pemulihan spontan ( Weiner dkk, 2013)
Penelitian Van Excel, dkk (2010) terhadap 151 penderita stroke dan keluarganya menunjukkan bahwa anggota keluarga yang merawat penderita stroke rata-rata menghabiskan waktu 3,4 jam sehari untuk bersama penderita stroke (misalnya, mengantar ke dokter, mandi, dan berpakaian) dan 10,8 jam sehari untuk tugas mengawasi penderita stroke (misalnya, mengawasi saat jalan dan makan) (Bethesda Stroke Center, 2010).
Seringkali ketika pulang dari rumah sakit, pasien pasca stroke masih mengalami gejala sisa, misalnya keadaan kehilangan fungsi motorik (hemiplegi), kehilangan komunikasi atau kesulitan berbicara (disatria), gangguan persepsi, kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik, atau disfungsi kandung kemih, bahkan pasien pulang dalam keadaan bedrest total. Oleh karena itu, perawatan yang diberikan kepada penderita stroke harus dilakukan secara terus-menerus. Perawatan ini bertujuan agar kondisi klien membaik, risiko serangan stroke berulang menurun, tidak terjadi komplikasi, atau kematian mendadak. Oleh karena itu, perawat perlu mengkaji kebutuhan pasien dalam perawatan di rumah sehingga perawatan mampu dilakukan secara optimal oleh keluarga maupun pasien sendiri di rumah secara terus-menerus demi tercapainya keadaan fisik yang maksimal (Smeltzer & Suzane, 2011).
Penderita stroke membutuhkan penanganan yang komprehensif, termasuk upaya pemulihan dan rehabilitasi dalam jangka lama, bahkan sepanjang sisa hidup penderita. Keluarga sangat berperan dalam fase pemulihan ini sehingga keluarga diharapkan terlibat dalam penanganan penderita sejak awal perawatan (Mulyatsih, 2013).
 Penderita stroke cenderung dapat mempertahankan kemampuannya untuk melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari jika mereka menerima pelayanan terapi dan perawatan di rumah. Terapi dan perawatan di rumah dapat menurunkan risiko kematian atau kemunduran dalam kemampuan melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari (Outpatient Service Trialist, 2013).
Friedman (1998) menyatakan bahwa keluarga sangat mendukung masa penyembuhan dan pemulihan.
David Reiss (1981) dalam Friedman (1998) berpendapat bahwa keluarga memiliki struktur nilai, norma dan budaya yang mempengaruhi segala tindakan yang akan dilakukan oleh keluarga. Keluarga juga
dapat menciptakan paradigmanya sendiri, yaitu struktur yang menyangkut keyakinan-keyakinan bersama, ketetapan, dan asumsi-asumsi tentang dunia sosial. Keyakinan-keyakinan ini berasal dari pengalaman masa lalu keluarga. Sebuah nilai dari keluarga dan sistem keyakinan membentuk pola-pola tingkah lakunya sendiri dalam menghadapi masalah-masalah yang ada dalam keluarga. Keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai keluarga menentukan bagaimana sebuah keluarga akan mengatasi masalah kesehatan.
Di Indonesia, menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi nasional stroke yaitu sebanyak 0,8% dan di Sul-Sel prevalensi stroke yaitu sebanyak 7,4% sedangkan di Kabupaten wajo prevalensi stroke lebih tinggi dari prevalensi nasional dan Sul-Sel yaitu sebanyak 9,4%. Di Rumah Sakit Umum Daerah Lamaddukelleng Sengkang  jumlah pasien strok sebanyak 96 orang
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Gambaran aktivitas fisik pada pasien stroke setelah pemberian terapi di ruang poliklinik  Rumah Sakit Sakit Umum Daerah Lamaddukelleng Sengkang.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran aktifitas fisik pada pasien stroke setelah pemberian terapi di ruang Poliklinik  Rumah Sakit Sakit Umum Daerah Lamaddukelleng Sengkang.
C.    Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran aktifitas fisik pada pasien stroke setelah pemberian terapi di Ruang Poliklinik Rumah Sakit Umum Daerah Lamaddukelleng Sengkang
2.      Tujuan Khusus
a)         Untuk mengidentifikasi kemampuan pasien strok di Rumah Sakit Daerah Lamaddukelleng Sengkang
b)        Untuk mengetahui terapi-terapi yang diberikan pada pasien stroke di Sakit Umum Daerah Lamaddukelleng Sengkang
c)         Untuk mengidentifikasi aktifitas fisik pasien stroke di Sakit Umum Daerah Lamaddukelleng Sengkang

D.    Manfaat Penelitian
1.  Bagi Peneliti
Menambah pengalaman dan pengetahuan serta wawasan yang lebih luas dalam penelitian ilmiah. 
       2. Bagi Peneliti Lain
           Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang gambaran aktifitas fisik pada pasien stroke setelah pemberian terapi dan diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan untuk penelitian.
3.      Manfaat Praktis
            Melengkapi informasi bagi pihak pengambil kebijakan dalam menyusun dan merencanakan berbagai program tindakan yang lebih berdaya guna dalam upaya menangani dalam menghadapi persalinannya.
4.      Institusi Pendidikan
              Sebagai bahan bacaan mahasiswa Stikes Puangrimaggalatung. Bone yang sementara dalam proses belajar khususnya yang  menyangkut proses asuhan keperawatan pada kasus stroke serta sebagai evaluasi keberhasilan program pendidikan dan merealisasikan tujuan institusi dalam membentuk tenaga keperawatan professional.


                                                                                                  
5.      Rumah Sakit
Sebagai acuan dan sumber informasi bagi perawat yang ada di Rumah Sakit dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan kesehatan.
6.      Klien
Klien mendapatkan perawatan melalui pendekatan proses keperawatan.
E.     Tinjauan Pustaka
1.      Tinjauan Umum Tentang Stroke
a.      Defenisi Stroke
Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan atau gejala hilangnya fungsi sistem saraf pusat fokal (atau global) yang berkembang cepat (dalam detik atau menit). Gejala-gejala ini berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian (Ginsberg, 2010).
Menurut WHO Strok adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular.
Fakta penting tentang strok menunjukkan bahwa strok merupakan satu masaalah kesehatan paling serius Dalam kehidupan modern saat ini. Penyakit ini adalah salah satu penyebab utama kematian dan kelumpuhan permanen di dunia. Di indonesia diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan strok, sekitar 2,5% atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya cacat ringan maupun berat.    
b.      Etiologi Stroke
Penyebab strok dapat dibagi menjadi 4 yaitu:
1)      Trombosis serebral
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan trombosis otak adalah aterosklerosis, hiperkoagulasi pada polisitemia, arteritis (radang pada arteri) dan emboli
2)      Hemoragi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang subaraknoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena aterosklerosis dan hipertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam parenkin otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan sehingga terjadi infark otak, edema, dan mungkin hernisi otak.



3)      Hipoksia umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah hipertensi yang parah, henti jantung-paru, curah jantung turun akibat aritmia.
4)      Hipoksia setempat
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah spasme arteri serebral yang disertai perdarahan subarachnoid, vasokonstriksi arteri otak disertai sakit kepala migren. (Arif 2011)
Berdasarkan penyebabnya stroke dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu :
a)      Stroke Iskemik adalah stroke yang terjadi sebagai akibat dari adanya sumbatan pada arteri sehingga menyebabkan penurunan suplai oksigen pada jaringan otak sehingga menimbulkan nekrosis. 87% kasus stroke disebabkan karena adanya sumbatan yang berupa trombus atau embolus. Trombus adalah gumpalan yang berasal dari pembuluh darah otak sedangkan embolus dalah sumbatan yang berasal dari tempat lain misalnya jantung atau arteri besar lainnya.
b)      Stroke Hemoragic adalah stroke yang terjadi sebagai akibat pecahnya pembuluh darah yang rapuh diotak. Dua tipe pembuluh darah otak yang dapat menyebabkan stroke hemoragic yaitu aneurysms dan arteriovenous malformations (AVMS). neurysms adalah pengembangan pembuluh darah otak yang semakin rapuh sehingga darah pecah . arteiovenous malformations adalah pembuluh darah abnormal sehingga mudah pecah dan menimbulkan perdarahan otak (www artikel keperawatan 2012)
c.       Klasifikasi strok
Strok dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu:
1)      Strok non hemoragik yang mencakup:
a)      TIA (transien iskemik attak)
b)      Strok in evolutian
c)      Trombotik strok
d)     Emboli strok
e)      Strok akibat kompresi arteriole proses di luar arteri seperti tumor, abses, dan granuloma.
2)      Strok hemoragik. (Marjono dkk 2010)
d.      Patofisiologi Stroke
Stroke adalah penyakit gangguan peredaran darah ke otak baik yang disebabkan karena penyumbatan maupun perdarahan, keduanya sangat membahayakan sel otak yang disuplai darah oleh arteri tersebut. Pada stroke iskemik, penyumbatan dapat mengakibatkan terputusnya aliran darah keotak sehingga menghentikan suplai oksigen, glukosa dan nutrisi lainnya kedalam sel otak yang mengalami serangan. Bila terhentinya suplai darah ini selama 1 menit dapat mengarah kepada gejala-gejala yang dapat pulih, seperti kehilangan kesadaran, jika kekurangan oksigen hampir berlanjut lebih dari beberapa menit dapat menyebabkan nekrosis mikroskopis neuron-neuron, areanekrotik disebut infark.
Pada perdarahan intra kranial darah berasal dari robeknya pembuluh darah yang kemudian masuk kedalam sel otak dan mengisi ruangan di sekelilingnya. Bila darah yang terkumpul banyak, dapat menyebabkan meningkatnya intra kranial, pada saat yang sama perdarahan juga dapat menyebabkan terhentinya suplai oksigen dan nutrisi ke daerah yang terkena.
Fase akut dari stroke umumnya dihitung sejak pasien dirawat sampai keadaan umum pasien stabil yang biasanya 42 jam pertama sejak pasien masuk rumah sakit, tetapi kadang-kadang bisa lebih dari 20 jam. Selama fase ini, kegiatan perawatan terutama ditujukan untuk mempertahankan fungsi vital pasien dan mencegah terjadinya kerusakan sel otak lebih lanjut. Selain kedua hal tersebut diatas, tindakan keperawatan juga bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi berupa kecacatan fisik mental dan sosial.
Stroke karena embolus dapat merupakan akibat bekuan darah, plak enteromatosa fragmen, lemak atau udara. Emboli pada otak kebanyakan berasal dari jantung, dengan infark miokard atau fibrilasi atrium. Sindrom neurovaskuler yang lebih sering terjadi pada strok trombolitik dan embolitik adalah karena keterlibatan arteria serebral mediana. Jika etiologi strok adalah hemorgik, maka faktor pencetusnya biasanya adalah hipertensi abnormalitas faskuler seperti APM dan aneurisma serebral lebih rentang terhadap ruptur dan menyebabkan hemoragik pada keadaan hipertensi.
Sindrom neorovaskuler yang lebih sering terjadi pada stroke trombotik dan embolitik adalah karena keterlibatan arteri serebral mediana. Arteri ini terutama mensuplai aspek lateral hemisper serebri infark pada bagian tersebut dapat menyebabkan defisit kolateral motorik dan sensorik. Jika infark hemisfer adalah dominan, maka akan terjadi masalah bicara dan timbul disfagia.
Dengan strok trombotik atau embolik, maka besarnya bagian otak yang mengalami iskemia dan infark sulit ditentukan. Ada peluang dimana strok akan meluas setelah serangan pertama. Dapat terjadi udema serebral masif dan peningkatan tekanan intrakrnial (TIK) pada titik herniasi dan kematian setelah trombotik terjadi pada area yang luas. Prognosisnya tergantung pada daerah otak yang terkena dan luasnya saat serangan. Karena strok trombotik sering disebabkan aterosklerosis, maka ada resiko untuk terjadi strok dimasa mendatang pada pasien yang sudah pernah mengalaminya. Dengan strok embolik, pasien juga mempunyai kemungkinan untuk mengalami strok hemoragik jika penyebabnya tidak ditangani. Jika luas jaringan otak yang rusak akibat stroke hemorhagik tidak besar dan bukan pada tempat yang vital, maka pasien dapat pulih dengan defisit minimal. Jika hemorhagik luas atau terjadi pada daerah yang vital, pasien mungkin tidak dapat pulih (www. artikel keperawatan, 2012).
e.       Faktor Resiko Stroke
1)        Faktor resiko stroke adalah:
a)      Hipertensi merupakan faktor resiko utama
b)      Peyakit kardiovaskuler – embolisme serebral berasal dari jantung
c)      Kolesterol tinggi
d)     obesitas
e)      peningkatan hematokrit meningkatkan resiko infark serebral
f)       diabetes- terkait dengan aterogenesis terakselerasi
g)      kontrasepsi oral (khususnya dengan hipertensi, merokok, dan kadar estrogen tinggi
h)      merokok
i)        Penggunaan alkohol
j)        Penggunaan obat- obatan terlarang. (Arif 2011)
2)        Faktor resiko stroke yang tidak dapat dimodifikasi adalah:
a)         Usia, dari berbagai penelitian diketahui bahwa semakin bertambah usia, semakain besar pula resiko terkena strok
b)        Jenis kelamin laki laki mempunyai resiko lebih besar untuk menderita strok dibandingkan wanita. Ini terkait laki-laki cenderung merokok
c)         Herediter
Hal ini terkait dengan riwayat strok pada keluarga
d)        Ras/etnik
Dari berbagai penelitian bahwa ras kulit putih memiliki peluang lebih besar untuk terkena strok dibandingkan ras kulit hitam. (Russel 2011)
f.       Manifestasi Klinik Stroke
Banyak yang mengatakan strok sering tidak menunjukkan tanda-tanda sehingga ada yang menyebut sebagai “silent Killer”, yaitu penyakit yang dapat mematikan secara diam-diam. Masalahnya adalah gejala yang timbul tidak terlalu signifikan, bahkan dokter yang bukan spesialis dibidang ini tidak mengenalinya. Secara fisik gejala-gejalanya dapat berupa:
1)      Mulut mencong ke kiri atau ke kanan
2)      Separuh badan teasa baal, kesemutan, panas, seperti terkena cabai atau terbakar
3)      Lidah mencong bila dijulurkan
4)      Bicara pelo tidak jelas bahkan bicara tidak lancar tidak jelas apa yang dikatakan
5)      Sulit menelan atau saat makan/minum mudah tersedak
6)      Tidak bisa atau sulit membaca dan menulis ada beberapa hal hilang dari ingatan
7)      Penglihatan terganggu (sebagian lapangan pandang terganggu atau penglihatannya rangkap)
8)      Kemunduran pendengaran (tuli satu telinga)
9)      Acap kali vertigo (merasa seperti berputar  atau pusing kepala
10)  Mendadak lumpuh setengah badan (kiri atau kanan) Strok dapat mengakibatkan tanda dan gejala yang kompleks tergantung dari topis lesi atau letak kerusakan dan derajat lesi. Adapun gejala yang timbul akibat lesi pada strok antara lain:
a)      Gangguan motorik, berupa abnormalitas tonus otot, gangguan gerak volunter, gangguan refleks, serta gangguan keseimbangan dan koordinasi
b)      Gangguan sensorik, berupa gangguan interoseptik, gangguan propioseptik, gangguan eksteroseptik
c)      Gangguan kognitif dan memori
d)     Gangguan psikiatrik atau emosi, penderita cenderung depresi. (Russel 2011)        
Pasien dengan penyakit vaskular dapat menunjukkan TIA (transien iskhemik attak). Ini merupakan defisit neurologi yang dapat sembuh dalam 24 jam, durasi rata-rata adalah 10 menit, setelah itu gejala-gejala hilang. Pasien juga dapat menunjukkan defisit neurologik iskemik reversible. Peristiwa ini dapat terjadi TIA yang berlangsung lebih dari 24 jam, tetapi akhirnya dapat sembuh sempurna.
Gejala-gejala sangat tergantung pada pembuluh yang terkena. Jika arteri karotis dan serebral yang terkena, maka pasien dapat mengalami kebutaan pada salah satu matanya, hemiplegi, hemianestesia, gangguan bicara, dan kekacauan mental. Jika yang terkena arteri vertebrobasilas, maka akan terjadi pening, diplopia, semutan, kelainan penglihatan pada salah satu atau kedua bidang pandang, dan di satria (ganggun pada otot bicara). Kemungkinan kecacatan yang berkaitan dengan stroke:
1)      Stroke hemisfer kiri:
a)      Hemiparesis atau Hemiplegia sisi kanan
b)      Perilaku lambat dan sangat Hati-hati
c)      Kelainan bidang Pandang kanan
d)     Ekspresif, reseptif,atau disfagia global
e)      Mudah frustasi

2)      Stroke hemisfer kanan:
a)      Hemiparesis atau Hemiplegia sisi kiri
b)      Defisit Spasial-perceptual
c)      Penilaian Buruk
d)     Memperlihatkan ketidak sadaran defisit pada bagian yang sakit oleh karenanya mempunyai kerentanan untuk jatuh atau cidera lainnya
e)      Kelainan bidang visual kiri.
g.      Pemeriksaan Diagnostik
1)      Angiografi serebral, membantu menentukan penyebab strok secara spesifik misalnya pertahanan atau sumbatan arteri
2)      Skan tomografi komputer, untuk mengetahui adanya tekanan normal dan adanya trombosis emboli serebral, dan tekanan intra kranial(TIK). Penigkatan TIK dan cairan yang mengandung darah menunjukkan adanya perdarahan subarahnoid dan perdarahan intrakranial.
3)      Magnetik Resonan Imaging (MRI) menunjukkan daerah infark, perdarahan, malformasi arteriovena (MAV)
4)      Ultrasonografi doppler (USG doppler) mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah sistem arteri karotis (aliran darah atau timbulnya plak) dan arteriosklerosis
5)      Elegtroensefalogram   (EEG) Mengidentifikasi masaalah pada golombang otak dan memperlihatkan daerah lesi yang sfesifik
6)      Sinar tengkorak. Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang berlawanan dari massa yang meluas, klasifikasi karotis interna terdapat pada trombosis serebral; klasifikasi parsial dinding aneurisma pada perdarahan subaraknoid.(Batticaca 2011)     
h.      Pemeriksaan laboratorium
1)      Darah rutin
2)      Gula darah
3)      Urine rutin
4)      Cairan serebrospinal
5)      Analisa gas darah (AGD)
6)      Biokimia darah
7)      Elektrolit (Batticaca 2011)

Tabel 1.
Diagnosis banding dan perbedaan bentuk stroke
Kriteria perbedaan
Stroke hemoragic
Stroke iskemik
Parenchymatous Hemorhage
Subarachnoid Hemorhage
Trombosis
Embolism
Usia
45 – 60 th
20 – 40 th
50 th
Tidak penting pada sumber emboli
Tanda awal
Sakit kepala menetap
Sakit kepala sementara
Serangan TIA
Tidak sakit kepala
Wajah
Hiperemi pada wajah, injeksi konjungtiva
Hiperemi pada wajah, tampak blefrosipasme
Pucat
Pucat
Saat timbulnya penyakit
Mendadak, kadang pada saat melakukan aktivitas & adanya tekanan mental
Mendadak merasa ada tiupan dikepala
Secara perlahan, sering pada malam hari atau menjelang pagi
mendadak
Gangguan kesadaran
Penurunan kesadaran mendadak
Gangguan kesadaran yang reversible
Kecepatan menurunnya sesuai dengan memberatnya defisit neurologis
Sering pada awal kejadian atau perubahan yang terjadi sesuai dengan beratnya defisit neurologis
Sakit kepala kadang-kadang
Kadang-kadang
Kadang-kadang
Jarang
Jarang
Motor exitation
Kadang-kadang
Kadang-kadang
Jarang
Jarang
Muntah
30    – 80%
>50%
Jarang 2-5%
Kadang-kadang (25-30%)
penafasan
Irreguler, mengorok
Kadang cheyne-stokes kemungkinan bronchorea
Jarang terjadi gangguan pada kasus proses hemisfer
Jarang terjadi gangguan pada kasus proses hemisfer
Nadi
Tegang, Bradikardia lebih sering terjadi dari pada trachikardia
Kecepatan nadi 80 – 100x/ menit
Mungkin cepat dan halus
Bergantung pada etiologi penyakit jantung
Jantung
Batas jantung mengalami dilatasi, tekanan aorta tredengar pada bunyi jantung II

Patologi jantung jarang
Lebih sering kardioklero-sis, tanda hipertonik jantung
Alat jantung, endokarditis, aritmia kardiak
Tekanan darah
Hipertensi arteri
Jarang meningkat
Bervariasi
Bervariasi
Paresis ekstremitas
Hemiplegia denan aktivitas berlebih, ekstensi abnormal
Bisa tidak ada jarang pada lutut
Hemiparises lebih prominen pada salah satu ekstremitas bisa mengarah ke hemiplegia
Hemiparesis, kelemahan disalah satu ekstremitas lebih tampak dari pada yang lainnya. Kadang-kadang mengarah ke hemiplegia
Tanda patologi
Kadang-kadang bilateral, tampak lesi pada salah satu sisi  serebral
Kadang-kadang mengarah ke bilateral
Unilateral
Unilateral
Rata – rata perkembangan penyakit
Cepat
Cepat


Secara perlahan
Cepat
Serangan
Jarang
30 %
Jarang
Jarang
Tanda awal iritasi meningeal
Kadang-kadang
Hampir selalu

Jarang
Jarang pada gejala awal penyakit
Pergerakan mata
Kadang-kadang
Kadang-kadang
Kadang-kadang
Jarang
Cairan cerebrospinal
Berdarah atau xanthocromic dengan peningkatan tekanan
Kadang-kadang perdarahan
Tidak berwarna dan jernih
Tidak berwarna dan jernih
Fundus mata
Kadang-kadang perdarahan & perubahan pembuluh darah
Jarang perdarahan
Perubahan sklerotik pembuluh darah
Perbedaan perubahan pembuluh darah
Echo – EG
Terdapat tanda pergantian M-echo dan hematoma
Tidak terdapat tanda pergantian M-echo di edema otak dan hipertensi intrakranial
Tidak terdapat tanda  pergantian M-echo /  kemungkinan pergantian hingga 2 mm keutuhan hemisfer pada hari pertama serangan stroke
Tidak terdapat tanda pergantian M-echo atau kemungkinan pergantian hingga 2 mm keutuhan hemisfer pada hari pertama serangan stroke

i.        Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan strok hemoragik pada serangan akut adalah:
1)      Saran operasi diikuti dengan pemeriksaan
2)      Memasukkan klien ke unit perawatan saraf untuk dirawat dibagian bedah saraf
3)      Penatalaksanaan umum di bagian saraf

4)      Pentalaksanaan khusus pada kasus:
a)        Subarachnoid hemorhage dan intraventrikuler hemorrhage
b)        Kombinasi antara parenchymatous dan subarachnoid hemorrhage.
c)        Parenchymatous hemorrhage
5)      Neurologis
a)      Pengawasan tekanan darah dan konsentrasinya
b)      Kontrol adanya edema yang dapat menyebabkan kematian jaringan otak
6)      Terapi perdarahan dan perawatan pembuluh darah
a)   Antifibrinolitik acid 100-150 ml% dalam cairan isotonikkali selama 3-5 hari, kemudian satu kali selama 1-3 hari
b)  Antagonis untuk pencegahan permanen: gordox dosis pertama 300.000 ATU, kemudian 10.000 ATU x 2per hari selama 5-10 hari
c)   Natri eamsylate (Dynone) 250 mg x 4 hari IV sampai 10 hari.
d)  Kalsium mengandung obat; Rutinium, Vicasolum, Ascorbikum (Batticaca 2011).










Gambar 1.
Emergensi (tim darurat neurologis)
Tahap penanganan strok iskemik akut


   
Ruang rawat
Ruang pemeriksaan saraf 2-4 mg setelah serangan
Unit perawatan intensif strok ruang saraf 3-5 hari pertama setelah serangan
Pengkajian status neurologis jika diperlukan tindakan pembedahan
 



                                                       

Pusat Rehabilitasi
Pemeriksaan berkala  (follow up) secara teratur dibagian rawat jalan penyakit saraf
 





j.        Pencegahan Komplikasi
Perawat akan memegang peranan yang signifikan dalam pencegahan komplikasi yang berhubungan dengan immobilitas,  hemiparese, atau defisit neurologi yang disebabkan oleh stroke. Tindakan pencegahan adalah penting, terutama pada infeksi saluran kemih, pneumonia aspirasi, nyeri karena tekanan, kontraktur, tromboplebitis, dan abrasio kornea.
k.      Pencegahan stroke         
Mengetahui faktor resiko strok dan mengadopsi gaya hidup sehat merupakan langkah terbaik yang dapat diambil untuk mencegah strok. Yang dimaksud dengan gaya hidup sehat adalah sebagai berikut:
1)      Kontrol tekanan darah tinggi (hipertensi)
Dengan menjaga teknan darah dapat memantu  mencegah serangan transient aschemic berikutnya. Adapun obat hipertensi yang biasa diresepkan  adalah diuretik, ACE (angiotensin-converting enzyme) inhibitor dan angiotensin reseptor beta bloker.
2)      Turunkan kolesterol dan lemak jenuh
3)      Jangan merokok
4)      Kontrol diabetes
5)      Menjaga berat badan
6)      Olah raga secara teratur
7)      Kelola stres
8)      Jauhkan minuman beralkohol
9)      Jangan gunakan obat-obat terlarang
10)  Lakukan diet pola makan sehat
Diet sehat otak mencakup lima atau lebih porsi harian buah dan sayuran, yang mengandung zat gizi seperti  kalium, folat, dan antioksidan. Makanan kaya serat larut seperti kacang kacangan, makanan kaya akan kalsium dan mineral, produk kedelai seperti tempe,tahu dan susu kedelai yang dapat mengurangi law-density lipoprotein (LDL) kolesterol dan meningkatkan kadar kolesterol HDL. Makanan kaya omega-3 asam lemak, termasuk ikan air dingin seperti salmon, makarel tuna.  (Sandina 2011)
l.        Komplikasi Stroke
Ada tiga komplikasi utama pada hemorhagik subarakhnoid yang mungkin di sebabkan oleh stroke, kelainan pembuluh darah, aneurisme. Kondisi-kondisi ini adalah vasospasme, hidrosefalus, dan distritmia. Selain itu pasien dengan stroke yang mendapat terapi antikogulasi beresiko untuk mengalami perdarahan di tempat lain, kewaspadaan dan intervensi ini di butuhkan untuk mencegah komplikasi yang serius (Batticaca, 2009).
2.      Tinjauan Umum Tentang Terapi
a.      Terapi Obat
Penanganan pada pasien strok iskemik bertujuan untuk mempertahankan fungsi otak yang terganggu. Pada kesempatan untuk menyelamatkan fungsi sel otak dalam waktu yang singkat. Dalam menangani gangguan sel otak kita dibatasi oleh waktu yang disebut dengan “time window (Junaidi 2011)
Pada time window inilah kesempatan yang terbaik bagi kita untuk menyelamatkan sel saraf yang walaupun fungsinya terganggu namun strukturnya masih utuh yang disebut “penumbra”. Menurut ott, jaringan penumbra ini bisa bertahan sampai 12 jam oleh sebab itu dapat diberikan hasil optimal apabila strok iskhemik diobati sebelum 12 jam setelah onset (menurut Baron)
Obat-obat untuk mengatasi strok yang tersedia umumnya adalah golongan anti koagulan , antitrombotik, dan fibrinolitik yang digunakan untuk mengobati sumbatan pada aliran darah. Jadi obat ini berfungsi untuk mencegah pembentukan bekuan atau yang menghancurkan bekuan pada dinding pembuluh darah. (Junaidi 2011).

Tabel 2.
Nama obat dagang pada penderita stroke dan komposisi dosis perhari dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Nama Dagang
Komposisi
Dosis/hari
Aggravan (veron)
Cilastasol
2 x 50 mg/hari
Aggrenox(boehringer 1)
Diphyridamole 200 mg, asam salisilt 25 mg
2 x 1 kapsul/hari
Agulan (daria varia)
Ticlopidine hcl
1 – 2 x tab/heri sesudah makan
Aptor (nicholas)
Asam salisilat
1 -  2 x 1 tab / hari
Arixtra (glaxo)
Fondaparinux Na
2,5 mg sk 6 jam pas caoperasi lalu 2,5 mg/hari selama 5 – 9 hari
Ascardia (pharos)
Asam salisilat
1 – 2 x 1 tab /hari
Aspilets (united american)
Asam salisilat
1 – 2 x 1 tab/hari
Aspimec (mecosin)
Asam salisilat
1 – 2 x 1 tab/hari
Atica (ikapharmindo)
Aspirin 100 mg
Sehari 1 tablet

Untuk memastikan jenis strok yang diderita perlu pemeriksaan dengan Computerized Tomographi (CT Scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI). Obat obat yang biasa digunakan untuk penanganan strok iskemic adalah Aktivator plasminogen (tissue plasminogen activator/tPA). Obat ini dapat melarutkan gumpalan darah yang menyumbat pembuluh darah, melalui enzim plasmin yang mencerna fibrin (komponen pembekuan darah).
Pada pasien strok hemorragik tindakan medis yang diambil pertama tama adalah menghentikan perdarahan dengan obat-obatan (seperti nimodipin, aminocaproic acid, dan traexamidacid) atau dengan bedah. Tujuan terapi bedah pada strok hemorragik adalah mengeluarkan darah yang tercurah ke otak yang dapat merusak jaringan saraf otak.
Obat-obat untuk penderita strok hemoragic biasanya adalah:
1.         Nimodipin. Obat ini mencegah penyempitan pembuluh darah pada strok dengan perdarahan subarkhnoid
2.         Aminocaproid acid. Obat ini melawan activator plasminogen,  merupakan kebalikan tPA. Perdarahan sub arakhnoid dapat berkurang 13-20 persen dengan terapi obat ini.
3.         Tranexamid acid. Obat ini menghambat pembentukan plasmin. mencegah terjadinya perdarahan ulang.(S. Wiwit 2010)
Aspirin atau asam salisilat selain berfungsi sebagai analgetik juga digunakan sebagai antiplatelat untuk terapi strok. Aspirin bekerja dengan menghambat pembentukan tromboksan. Tromboksan merupakan senyawa yang berperan dalam pembekuan darah.dengan dihambatnya tromboksan terjadi hambatan pembekuan. Hambatan dalam proses pembekuan darah diharapkan dapat melancarkan aliran darah menuju otak yang tersumbat.(S. Wiwit 2010)
 Tahapan proses pemuluhan pada strok akut terdiri dari fase akut adalah tahapan kritis yang berlangsung antara 4-7 hari, fase pemulihan setelah fase akut berlangsung fase pemulihan antara 2-4 minggu. Obyektifnya pasien belajar lagi keterampilan motorik yang terganggu dan belajar penyesuaian baru untuk mengatasi keterbatasan yang terjadi. (Junaidi Iskandar 2011).
b.      Terapi Fisik
Rehabilitasi obyektifnya adalah untuk melanjutkan proses pemulihan untuk mencapai perbaikan maksimal dalam hal kemampuan fisik, mental,sosial, kemampuan bicara  dan sebagainya. 
Setelah keadaan pasien membaik dan kondisinya telah  stabil, maka rehabilitasi dini dapat segera dilakukan secepatnya ditempat tidur. Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya kekakuan otot (kontraktur), mengoptimalkan pengobatan sehubungan masalah medis dan menyediakan bantuan psikologis pasien dan keluarganya.
Terapi fisik harus dimulai dalam 2 hari dari saat terjadinya stroke bahkan pasien koma sekalipun dengan menggerakkan anggota tubuhnya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada perawatan dan mobilisasi dini pasien stroke adalah :
1)      Tata ruang
Kamar pasien harus ditata sedemikian rupa sehingga kepekaan sensorik pasien ditingkatkan dan pasien harus mendapatkan rangsangan maksimal pada sisi yang lumpuh sehingga segala kegiatan dikerjakan pada sisi yang lumpuh
2)      Posisi berbaring
Ranjang tempat pasien datar seluruhnya, kepala ditinggikan 30 derajat dengan posisi yang nyaman, posisi tidur diusahakan dilakukan secara dinamis, posisi pasien harus diubah-ubah beberapa waktu, satu saat terlentang dan disaat lain berbaring pada sisi yang lumpuh dan pada saat lain lagi dengan posisi berbaring pada sisi yang sehat dan seterusnya diubah-ubah.
3)      Duduk
Pasien diusahakan untuk dapat duduk secepat mungkin. Bila belum mampu mengubah posisi dari berbaring keposisi duduk maka perawat atau anggota keluarga dapat membantunya, pada saat duduk posisi kepala bebas bergerak dan tidak bersandar, pinggul ditekuk 90 derajat dan berat badan dibebankan pada kedua pinggul, lengan diluruskan ke depan dengan disandarkan pada meja di atas ranjang
4)      Terapi bicara
Pasien dianjurkan untuk secepatnya memulai mengadakan dan memulihkan kemampuan bicaranya dengan jalan mengemukakan segala hal yang ingin ia katakan dengan ucapan yang terdengar walaupun timbul berbagai kesulitan dalam mengemukakannya keorang lain.
5)      Fisioterapi
Segera setelah mobilisasi dini dan pasien telah mampu duduk maka pasien diusahakan untuk segera duduk dikursi dengan melakukan sendiri atau melalui bantuan orang lain. Setelah pasien mampu duduk, pasien dilatih untuk mampu berdiri dan berjalan, lengan yang lumpuh diletakkan diatas bahu perawat, perawat meletakkan tangannya dibawah bahu yan lumpuh sambil menopang lengan yang lumpuh.
6)      Psikoterapi
Hal-hal yang dirasakan oleh penderita yang selamat dari stroke beberapa tahun kemudian, diantaranya adalah kehilangan minat pada aktifitas rekreasi, perasaan capai yang berlebihan, jadi pemarah, depresi dan stres (Junaidi, 2011).
Terapi fisik yang harus dilakukan pada padpasiea  stroke yaitu :
a)      Anjurkan pasien terbiasa berbaring dengan posisi miring untuk mengeluarkan sekresi pada mulutnya.
b)      Selimuti pasien setiap kali beristirahat agar merasa lebih nyaman
c)      Usahakan pasien selalu diam dan tenang
d)     Gunakan kain basah / dingin untuk menyeka bagian kepala
e)      Jangan memberikan makan dan minuman yang terlalu banyak karena dapat menyebabkan pasien muntah dan tersedak.
Rehabilitasi penderita strok sangat dibutuhkan untuk mereka dalam masa penyembuhan. Rehabilitasi ini berupa latihan melemaskan anggota tubuh yang sudah terbiasa kaku akibat terkena penyakit strok yang mengakibatkan kelumpuhan pada sebagian anggota tubuh si penderita.
Manfaat rehabilitasi bagi penderita strok adalah untuk membantu para penderita agar dapat mempelajari kembali keterampilan dan keluasan yang hilang akibat dari strok yang selama ini dialami sehingga pasien akan lebih mandiri dan memiliki kualitas hidup yang lebih baik.
Beberapa tahapan rehabilitasi strok adalah:
a)      Anggota keluarga sebaiknya memberikan perhatian dan motivasi dalam bentuk sentuhan dan tetap melakukan komunikasi meskipun si penderita mengalami kesulitan dalam bicara.
b)      Memberikan pelatihan untuk menggerakkan persendian yang kaku.
c)      Memperhatikan penyakit yang menyertainya, misalnya diabetes, hipertensi dan sebagainya.
d)     Memperhatikan kecukupan gizi penderita.
Jika kondisi sudah sangat memungkinkan untuk mengerjakan kemandirian, penderita strok dapat dibiasakan melakukan aktivitas sehari-hari.(S.Wiwit 2010).
Para peneliti di Universitas Rutgers, New Jersey mengembangka media yang lebih canggih dan murah daripada alat rehabilitasi strok di rumah sakit. Yaitu dengan menggunakan sarung tangan bernama “Essential Reality P5. Media ini disebut sebgai salah satu contoh dari rehabilitasi virtual.
XBOX dan glove controller tersebut digunakan untuk mengembalikan fungsi tangan dengan cara “memainkan “ sebuah program melalui XBOX tentang kegiatan yang biasa dilakukan sehari-hari dengan melibatkan terapi strok tradisional.
Untuk memulihkan kondisi penderita pasca serangan strok biasanya akan dilakukan beberapa terapi antara lain sebagai berikut:
a)    Terapi A I U E O.
Terapi ini bertujuan untuk memperbaiki cara bicara penderita strok. Terapi ini banyak dilakukan di rumah sakit atau pusat rehabilitasi strok di seluruh indonesia, khususnya di kota-kota besar.
b)   Hidroterapi.
Kolam hidroterapi memungkinkn pasien untuk berlatih menggerakkan anggota tubuh tanpa resiko cedera karena terjatuh.


c)    Terapi Sonolisis
Terapi ini untuk mencegah sumbatan pada pembuluh darah agar menjadi partikel-partikel kecil yang sangat halus sehingga tidak menjadi resiko untuk timbulnya sumbatan-sumbatan baru di tempat lain.
d)   Senam khusus
Dengan tujuan untuk mengembalikan fungsi otot dan saraf, gerakan-gerakannya yang ringan dan tidak menyakitkan bagi penderita. Sangat tepat untuk melatih otot yang kaku.
e)    Terapi  musik
Dilakukan dengan tujuan untuk mengembalikan fungsi meningkatkan pemulihan daya kognitif dan mencegah munculnya perasaan negatif. Penelitian mengungkapkan bahwa dengan mendengarkan musik setiap hari, penderita akan mengalami peningkatan pada ingatan verbalnya dan memiliki mood yang lebih baik dibandingkan dengan penderita strok yang tidak mendengarkan musik. (S.Wiwit 2010)
Alunan musik dapat mempercepat pemulihan penderita strok. Hasil riset yang melibatkaan 60 arang sukarelawan yang baru sja mengalami strok pada pembuluh darah tengah (middle cerebral arteri) dibelahan kanan dan kiri otak. Strok semacam ini dapat mempengaruhi kendali motorik, kemampuan bicara dan sejumlah fungsi kognitif lainnya.
Para sukarelawan dibagi menjadi dua kelompok satu kelompok diminta mendengarkan musik favorit setiap hari edangkan kelopok lain tidak mendengarkan musik apapun.
Tiga bulan pasca serangan strok, kelompok pendengar musik menunjukkan peningkatan ingatanverbalmereka masing-masing 60% dan 18% lebih baik ketimbang kelompok linnya. Kemampuan dalam memfokuskan perhatian juga meningkat 17%pada mereka yang mendengarkan musik. (Russel 2011)
Pada dasarnya pasien strok dapat melakukan latihan secara mandiri. Hal ini dtujukan untuk membantu proses pembelajaran motorik. Setiap gerakan yang dilakukan hendaknya secara perlahan dan anggota gerak yang mengalami kelumpuhan ikut aktif melakukan gerakan seoptimal mungkin sedangkan anggota gerak yang tidak mengalami kelemahan hendaknya dapat membantu proses terbentunya gerakan. (Irfan 2010)
Gerakan-gerakan pada latihan aktif adalah:
(1)   Gerakan pertama
(a)    Posisi awal pasien tidur terlentang
(b)   Berikan bantuan lengan yang mengalami kelemahan dengan menggunakan sisi lengan yang sehat dengan pegangan pada pergelangan tangan
(c)    Lakukan gerakan ke atas secara perlahan kemudian kembali keposisi awal
(d)   Lakukan pengulangan gerakan sebanyak 7 kali
(2)   Gerakan kedua
(a)    Posisikan lengan yang lemah (bahu 90 derajat dan siku 90 derajat)
(b)   Berikan bantuan dengan tangan yang sehat, letakkan pegangan pada pergelangan tangan
(c)    Lakukan gerakan keatas dan kebawah (eksternal rotasi dan internal roatasi)
(d)   Lakukan secara perlahan dengan 7 kali pengulangan
(3)   Gerakan ketiga
(a)    Genggam jari-jari pada tangan yang lemah
(b)   Lakukan gerakan membuka secara perlahan
(c)    Berikan tahanan minimal jika memungkinkan dengan  tangan yang sehat
(d)   Lakukan dengan 7 kali pengulangan
(4)   Gerakan keempat
(a)    Genggam jari 2-5 tangan yang lemah
(b)   Lakukan gerakan membuka pada tangan yang lemah sampai pada sudut 90 derajat
(c)    Lakukan secara perlahan, kemudian lanjutkan dengan mobilisasi pasien kearah ekstensi pergelangan tangan hingga membentuk sedut 90 derajat
(d)   Lakukan dengan 7 kali pengulangan
(5)   Gerakan kelima
(a)    Posisi awal fleksi siku 90 derajat
(b)   Berikan pegangan pada sisi luar ibu jari
(c)    Kemudian berikan gerakan ke dalam dan keluar (fleksi ekstensi thumb)secara perlahan
(d)   Hindari penguluran berlebihan saat gerakan ekstensi dilakukan
(e)    Berikan pula gerakan pronasi dan supinasi pada lengan bawah
(6)   Gerakan keenam
(a)    Gunakan tali atau alat bantu lainnya
(b)   Posisi lengan tidak lebih dari 90 derajat
(c)    Tekuk lutut dan hip 90 derajat untuk mengurangi tekanan abdominal
(d)   Lakukan gerakan kearah bawah dengan perlahan
(e)    Saat gerakan dilakukan bersama dengan meniup napas (ekspirasi)


(7)   Gerakan ketujuh
(a)    Posisikan punggung kaki yang sehat dibawah lutut tungkai yang lemah
(b)   Angkat lutut dengan menggunakan punggung kaki hingga membentuk sudut optimal
(c)    Lakukan secara perlahan dengan 7 kali pengulangan
(8)   Gerakan kedelapan
(a)    Posisi pasien strok duduk ditepi bed
(b)   Lakukan koreksi pada postur, aligment tungkai dan penempatan telapak kaki
(c)    Gunakan tongkat sebagai alat bantu
(d)   Lakukan gerakan mengangkat lengan ke atas dengan bantuan lengan yang sehat. Fungsi tangan begitu penting dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan merupakan bagian yang paling aktif, maka lesi pada bagian otak yang mengakibatkan kelemahan akan sangat menghambat dan mengganggu kemampuan dan aktivitas sehari-hari seseorang. Latihan fungsional tangan terdiri dari Fungsi menggenggam (grip) melalui 3 tahap yaitu:
(1)   Membuka tangan
(2)   Menutup jari-jari untuk menggenggam objek
(3)   Mengatur kekuatan menggenggam
Salah satu masalah yang paling sering muncul pada pasien strok dengan kondisi strok adalah menurunnya kemampuan bicara dan ekspresi wajah.
            Pasien strok mungkin tidak memahami pembicaraan orang lain atau mengalami kesulitan mengekspresikan diri dengan jelas secara verbal. Beberapa bentuk masaalah berbicara adalah ketidak mampuan menemukan kata yang tepat, pemakaian kata-kata yang tanpa arti, atau ketidak mampuan melakukan koordinasi gerak pada mulut dan lidah
Anggota keluarga senantiasa mengajak pasien untuk berdiskusi mengenai berbagai hal, walaupun dalam diskusi tersebut mengalami kesulitan komunikasi, hal ini akan memelihara kondisi psikologis insan strok mengenai masalah gangguan komunikasinya.
            Beberapa bentuk latihan wajah dan mulut yang dapat diberikan antara lain:
(a)    Bentuklah bibir anda menjadi hurup O
(b)   Buatlah bentuk seperti tersenyum
(c)    Lakukan secara bergantian bibir membentuk hurup O dan bibir seperti tersenyum, sehingga seolah-olah mengucapkan “O”-“e”
(d)   Bukalah mulut lebar-lebar, kemudian lakukan gerakan pada lidah ke arah kiri dan kanan
(e)    Tutup bibir seakan-akan mengucapkan “emm”
(f)    Ucapkan “ma ma ma ma” dengan cepat
(g)   Tutup kedua bibir dengan rapat, kemudian kebungkan salah satu pipi dengan udara. Tahan selama 5 detik dan kemudian keluarkan. Lakukan secara bergantian pada sisi yang lainnya
(h)   Julurkan lidah sejauh mungkin, kemudian coblah untuk menyentuh dagu dan coba pula untuk menyentuh hidung.
Pada pasien strok, fungsi-fungsi pernapasan mengalami penurunan. Hal ini disebabkan adanya kelemahan otot, gangguan koordinasi, gangguan sensorik serta akibat dari kurang gerak/kurang aktivitas.
            Latihan pernapasan diperlukan untuk meningkatkan suplai oksigen ke jaringan tubuh, termasuk kebutuhan pada sel otak. Latihan-latihan pernapasan terdiri dari:
(a)    Posisi pasien dengan half laying
(b)   Tempatkan tangan pada bagian perut (abdominal)
(c)    Berikan instruksi untuk menarik napas (inspirasi) secara perlahan dengan mengembangkan perut
(d)   Kemudian lakukan ekspirasi secara perlahan dan panjang
(e)    Lakukan pengulangan hingga beberapa kali.
Latihan fungsional sehari-hari sering disingkat ADL (aktivity Daily Living), perlu diberikan untuk meningkatkan kemandirian pasien Beberapa aktivitas fungsional yang diberikan tentu saja memerlukan penyesuaian dengan kemampuan pasien. Awali latihan  dengan kegiatan yang sederhana seperti aktivitas mengenakan baju, mandi, naik turun tangga. (Irfan 2010).
F.     Kerangka Konsep

1.      Dasar Pemikiran Variabel Penelitian

Orang yang kurang aktif secara fisik (yang berolahraga kurang dari 3 kali atau kurang per minggu, masing-masing selama 30 menit) memiliki hampir 50% peningkatan resiko terkena stroke dibandingkan dengan mereka yang aktif. Kurangnya aktifitas fisik dapat menyebabkan masalah berat badan dan meningkatkan tekanan darah merupakan faktor stroke.

Faktor-faktor yang diduga  mempengaruhi stroke meliputi beberapa faktor antara lain faktor terapi obat, dan terapi fisik.

a.       Terapi fisik

Terapi fisik merupakan proses pemulihan untuk mencapai perbaikan maksimal dalam hal kemampuan fisik, mental,sosial, kemampuan bicara  dan sebagainya, perawatan yang dilakukan pada pasien yang terserang penyakit dengan menggunakan berbagai cara untuk memulihkan kesehatannya kembali. Biasanya dilakukan Rehabilitasi obyektifnya yaitu untuk melanjutkan proses pemulihan untuk mencapai perbaikan maksimal dalam hal kemampuan fisik, mental, sosial, kemampuan bicara  dan sebagainya.

b.      Terapi Obat

Terapi obat adalah suatu tindakan pengobatan yang dilakukan untuk mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan suatu penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan dengan menggunakan obat. Obat-obat untuk mengatasi strok yang tersedia umumnya adalah golongan anti koagulan, antitrombotik, dan fibrinolitik yang digunakan untuk mengobati sumbatan pada aliran darah. Jadi obat ini berfungsi untuk mencegah pembentukan bekuan atau yang menghancurkan bekuan pada dinding pembuluh darah. (Junaidi 2011).

 

2.      Bagan Kerangka Konsep

Aktifitas Fisik


Terapi Fisik
Terapi Obat
 






Keterangan :
: Variabel Independent
: Variabel Dependent

: Variabel yang diteliti

G.    Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1.      Aktivitas fisik merupakan gerakan fisik yang dilakukan oleh tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang melakukan pengeluran energi.

Kriteria Objektif :

a.       Resiko Tinggi       :    Olahraga 1 jam perhari

b.      Resiko Rendah     :    Olahraga 15 menit dalam sehari                                   

2.      Terapi fisik merupakan tindakan pengobatan/pemulihan yang dilakukan untuk memperbaiki kondisi pasien.

a.       Terapi fisik                :    Duduk

b.      Bukan terapi fisik      :    Melihat

3.      Terapi Obat merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan suatu penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan dengan menggunakan obat.

a.       Resiko tinggi             :    Pemberian jamu herbal

b.      Resiko rendah           :    Pemberian Antitrombotik

 

H.    Metode  Penelitian
1.      Jenis penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan tujuan untuk mengetahui gambaran aktifitas fisik pada pasien stroke setelah pemberian terap di RSUD Lamaddukelleng Sengkang.
2.      Lokasi dan Waktu penelitian
a.      Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di ruang Poliklinik Rumah Sakit Umum Lamaddukelleng Sengkang, dengan alasan angka kesakitan berdasarkan data riskesdas itu tinggi dibanding di Rumah Sakit lain.
b.      Waktu Penelitian
      Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2014.

3.      Populasi dan Teknik  Sampel
a.       Populasi
Populasi pada Penelitian ini adalah pasien stroke di Rumah Sakit umum daerah Lamaddukelleng sengkang.
b.      Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien strok di Rumah Sakit Umum Daerah Lamaddukelleng sengkang yang memenuhi karakteristik stroke yaitu sebanyak  96 orang. 
Pengambilan sampel dilakukan secara non random sampling dengan tehnik pengambilan sample yaitu dengan metode purposive sampling (Notoadmojo, 2011).
4.      Tekhnik Pengumpulan  Data
a.       Data  Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan dalam proses penelitian melalui wawancara dengan para responden yang menjadi objek penelitian dengan menggunakan kuesioner.
b.      Data  Sekunder
Data  sekunder  adalah  data  yang  diperoleh  dari pihak rumah sakit yang meliputi data jumlah pasien dan gambaran umum rumah sakit.
5.      Pengolahan  Data
Pengolahan data Pengolahan data dilakukan dengan program SPSS kemudian data tersebut disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi  dan disertai penjelasan.
6.      Analisis Data
Metode analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi sehingga menghasilkan distribusi dan persentase dari setiap variabel penelitian.


Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment