Gambaran Pengetahuan Kepala Keluarga tentang
Katarak
di Wilayah Kerja Puskesmas Tempe
Kelurahan Watalippue
A.
Latar Belakang
Perkembangan di bidang
kesehatan yang pesat dengan ditemukannya banyak metode tentang penatalaksanaan
pada pasien katarak memungkinkan setiap pasien merespon positive temuan
tersebut. Namun kondisi tersebut juga diikuti oleh tren pengobatan alternative
dan perawatan yang lebih murah. Hal
tersebut merupakan suatu tantangan tersendiri bagi petugas kesehatan agar dapat
tetap eksis dan dipercaya masyarakat umum dengan memberikan mutu pelayanan yang
optimal dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. Secara konsep medis
katarak memerlukan tindakan yang serius untuk mencegah timbulnya komplikasi
(Vaughan, Dale. 2008)
Katarak merupakan
kelainan mata yang terjadi akibat adanya perubahan lensa yang jernih dan tembus
cahaya sehingga keruh. Akibatnya mengalami mengalami gangguan penglihatan
karena abjek menjadi kabur. Gangguan penglihatan yang terjadi tidak secara
spontan. Melainkan secara perlahan dan dapat menimbulkan kebutaan. Meski tidak
menular, namun katarak dapat terjadi di kedua mata secara bersama (Rahmi,2008)
Menurut data organisasi
kesehatan dunia atau World Healt Organisasi (WHO) dapat 50 juta kebutaan di
dunia akibat katarak dan yang paling banyak adalah mereka yang tinggal di
Negara miskin dan berkembang yaitu Asia dan
Afrika. Pendududk yang tinggal di Negara berkembang
beresiko 10 kali liapat mengalami kebutaan dibandingkan penduduk di Negara
maju. Sedangkan menurut Institute Kesehatan Nasional atau National Institute of
Health (NIH) di Negara maju seperti Amerika serikat terdapat 4 juta orang
beresiko menjadi buta karena proses kemunduran muscular (titik kuning retina)
yang berhubungan dengan factor usia sehingga pada akhirnya menyebabkan
kebutaan, sebagai perbandingan di Bangladesangka kebutaan mencapai 1%, di India
0,1-0,3%.
Tingkat kebutaan yang di
akibatkan oleh katarak di Indonesia
merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara yaitu sebesar 1,5% sedangkang
di catatan WHO tingkat kebutaan di Indonesia berada diurutan ketiga di dunia
yaitu sebesar 1,47%. Tingginya katarak di Indonesia dipengaruhi oleh letak
geografis yang berada di daerah garis khatulistiwa sehingga berdasarkan
penelitian menilai resiko 15 tahun lebih cepat terkena katarak dibanding
penduduk di Eropa (Rahmi, 2008)
Katarak tidak dapat
dicegh kecuali pada kebutaaannya yaitu dengan tindakan operasi. Katakak
merupakan penyakit degenerative namun saat ini katarak juga telah ditemukan
pada usia mudah (35-40 tahun). Selama ini katarak dijumpai pada orang yang
berusia diatas 55 tahun sehingga sering diremehkan kaum muda. Hal ini
disebabkan kurangnya asupan gizi dan nutrisi yang dibutuhkan tubuh (Irawan,
2008)
Kebutaan yang terjadi
akibat katarak akan terus meningkat karena penderita katarak tidak
menyadarinya, daya penglihatan baru terpengaruh setelah katarak berkembang
sekitar 3-5 tahun dan menyadari penyakitnya setelah memasuki stadium kritis.
Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan mengenai gejala katarak. Salah satu
penyebab tingginya kasus kebutaan yang diakibatkan oleh katarak karena
kurangnya perhatian masyarakat terhadap kesehatan mata.
Dari data yang di peroleh
di poliklinik mata RS pada tahun 2010-2013 penderita katarak berjumlah 72
orang, yang telah di operasi berjumlah 27 orang sedangkan yang tidak di operasi
45 orang di karenakan oleh factor ekonomi.
Berdasarkan hasil survey
yang didapatkan di dokumentasi dan arsip Lurah Watallipue bahwa jumlah KK 1140
dan yang menderita katarak 35 orang, yang telah dioperasi berjumlah 15 orang
(Profil kelurahan Waliipue, 2013)
Dari uraian di atas
penulis tertarik untuk megetahui “Bagaimana
gambaran pengetahuan Kepala Keluarga tentang Katarak di Wilayah Kerja Puskesmas
Tempe Kelurahan Watallipue”
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis merumuskan permasalahan pada
penelitian ini adalah “Bagaimana
gambaran pengetahuan Kepala Keluarga tentang Katarak di Wilayah Kerja Puskesmas
Tempe Kelurahan Watallipue”.
C.
Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan Kepala
Keluarga tentang Katarak di Wilayah Kerja Puskesmas Tempe Kelurahan Watallipue”
2.
Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan Kepala
Keluarga tentang Katarak berdasarkan umur
di Wilayah Kerja Puskesmas Tempe Kelurahan Watallipue”
b. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan Kepala
Keluarga tentang Katarak berdasarkan pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas
Tempe Kelurahan Watallipue”
D.
Manfaat Penelitian
1.
Bagi Peneliti
Sebagai bahan masukan dan menambah pengetahuan
peneliti dalam penerapan mata kuliah riset keperawatan dan sebagai syarat untuk
menyelesaikan program Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Puangrimaggalatung Bone.
2.
Bagi Institut
Pendidikan
Sebagai bahan masukan guna menambah wawasan dan
sekaligus sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Puangrimaggalatung Bone.
3.
Bagi
Responden
Menambah pengetahuan responden mengenai katarak dan
memberi informasi bagi responden akan pentingnya deteksi dini sebagai tindakan
prefentif.
E.
Tinjauan Pustaka
1.
Konsep Dasar
Katarak
a. Definisi
Katarak merupakan kelainan mata yang terjadi akibat adanya perubahan
lensa yang jernih dan tembus cahaya sehingga keruh. Akibatnya mengalami mengalami
gangguan penglihatan karena objek menjadi kabur. Gangguan penglihatan yang
terjadi tidak secara spontan. Melainkan secara perlahan dan dapat menimbulkan
kebutaan. Meski tidak menular, namun katarak dapat terjadi di kedua mata secara
bersama (Rahmi,2008)
Katarak merupakan suatu keadaan patologis lensa, dimana lensa akan
menjadi keruh akibat terjadinya hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein,
kekeruhan akan mengenai kedua mata dan berjalan secara progresif dan tidak
mengalami perubahan dalam waktu yang lama, kekeruhan pada lensa dapat terjadi
sejak lahir dan akan mulai terlihat pada usia 1 tahun sampai pada usia lebih
dari 50 tahun (Sidarta, 2010)
Kebutaan merupakan suatu keadaan yang sangat menakutkan bagi klian
karena dapat menyebabkan keterbatasan dalam beraktivitas. Penglihatan sangatlah
penting untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Respon individu terhadap penyakit berbeda-beda, sebagian kecil ada
yang merasa tidak begitu penting memeriksakan kesehatan mata kedokter mata,
walaupun dengan jelas penderita dapat merasakan gejala-gejalayang abnormal pada
dirinya yaitu pandangan mulai kabur (Sidarta Ilyas, 2009)
b. Etiologi
1) Ketuaan / Usia (Katarak Senilis)
Usia adalah salah satu penyebab utama munculnya katarak. Protein lensa
Anda akan semakin menurun ketika usia Anda bertambah. Selain faktor tersebut,
faktor lingkungan juga dapat menyebabkan katarak.
2) Trauma
Trauma akan mengakibatkan pembengkakan, penebalan, dan munculnya warna
putih di serat lensa. Warna putih yang terbentuk pada akhirnya dapat
menyebabkan katarak.
3) Genetika
Genetika juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya
kataraka. Sebab kelainan kromosom mampu mempengaruhi kualitas lensa mata Anda.
4) Infeksi
Jenis infeksi tertentu seperti kusta, toksoplasmosis, dan cysticercosis
dapat memicu timbulnya katarak. Oleh karena itu, apabila Anda mengalaminya,
sebaiknya segera obati penyakit tersebut sebelum infeksi penyakit ini menyebar.
5) Defek kongenital (salah satu kelainan herediter
sebagai akibat dari infeksi virus prenatal, seperti German Measles)
c. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah
struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti kancing
baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar.
Lensa mengandung tiga komponen anatomis.
Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yan
mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami
perubahan warna menjadi coklat kekuningan .
Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan
poterior nukleus. Opasitas pada kapsul poterior merupakan bentuk katarak yang
paling bermakna seperti kristal salju.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan
hilangnya traansparansi. Perubahan dalam
serabut halus multipel (zonula) yang memaenjang dari badan silier ke sekitar
daerah di luar lensa. Perubahan kimia
dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan
dengan menghambat jalannya cahaya ke retina.
Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai
influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar. Teori lain
mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim akan menurun
dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita
katarak.
Katarak bisa terjaadi bilateral, dapat disebabkan oleh
kejadian trauma atau sistemis (diabetes) tetapi paling sering karena adanya
proses penuaan yang normal. Faktor yang
paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar UV,
obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam
jangka waktu yang lama.
d. Manifestasi Klinik
Katarak didiagnosis terutama
dengan gejala subjektif. Biasanya klien
melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional
sampai derajat tertentu yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.
Temuan objektif biasanya meliputi pengembunann seperti mutiara keabuan pada
pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan
dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus
pada retina. Hasilnya adalah pendangan
menjadi kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi
bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam akan
tampak abu-abu atau putih.
e. Pemeriksaan Diagnostik
1)
Kartu mata snellen /mesin
telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa,
akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke
retina.
2)
Lapang Penglihatan : penurunan
mngkin karena massa tumor, karotis,
glukoma.
3)
Pengukuran Tonografi : TIO (12 –
25 mmHg)
4)
Pengukuran Gonioskopi membedakan
sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
5)
Tes Provokatif : menentukan adanya/
tipe gllukoma
6)
Oftalmoskopi : mengkaji struktur
internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan.
7)
Darah lengkap, LED : menunjukkan
anemi sistemik / infeksi.
8)
EKG, kolesterol serum, lipid
9)
Tes toleransi glukosa : kotrol
DM
f. Penatalaksanaan
Bila penglihatan dapat dikoreksi
dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke titik di mana pasien melakukan
aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya konservatif.
Pembedahan diindikasikan bagi
mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja ataupun keamanan.
Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang dapat
dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandang mempengaruhi
keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi segmen posterior sangat perlu
untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina atau saraf optikus,
seperti diabetes dan glaukoma.
Ada 2 macam teknik pembedahan ;
1) Ekstraksi katarak intrakapsuler
Adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu
kesatuan.
2) Ekstraksi katarak ekstrakapsuler
Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai
sampai 98 % pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata
selama pembedahan.
2.
Konsep Dasar
Pengetahuan
a.
Defenisi
Pengetahuan adalah merupakan penginderaan
manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang
dimilikinya seperti mata, hidung, telinga, dan lain sebagainya (Taufik, 2007).
b.
Tingkat pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain
kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:
1)
Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu
materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat
ini adalah mengingat kembali (Recall)
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan
sebagainya.
2)
Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan
untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham
terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3)
Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenaranya). Aplikasi disini
diartikan sebagai atau pengguanaan hukum–hukum, rumus, metode, prinsip, dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4)
Analisa (Analysis)
Analisa adalah suatu
kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen–komponen,
tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu
sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,
seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya.
5)
Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan
untuk meletakkan atau menghubungkan bagian–bagian didalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain
sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi–formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat
menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan–rumusan yang
telah ada.
6)
Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan
untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini
berdasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan
kriteria yang telah ada (Notoadmodjo, 2003)
c.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan.
Menurut Lukman, ada beberapa yang
mempengaruhi pengetahun yaitu:
1)
Umur
Semakin tua umur seseorang maka proses–proses perkembangan mentalnya
bertambah baik akan tetapi pada umur tertentu bertambahnya proses perkembangan
mental tidak secepat ketika umur belasan tahun (Singgih 2000).
Bertambahnya umur seseorang dapat
berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada
umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau
mengingat suatu pengetahuan akan berkurang (Ahmad 2008).
Menurut Hurlock, usia
dewasa (18–40 tahun) merupakan masa dimana seseorang secara maksimal dapat mencapai
prestasi yang memuaskan dalam karirnya.
Pada usia tengah (41-60 tahun) seseorang tinggal mempertahankan prestasi yang
telah dicapainya pada usia dewasa. Sedangkan pada usia tua (> 60 tahun)
adalah usia tidak produktif lagi dan hanya menikmati hasil dari prestasi.
2)
Pendidikan
Pendidikan secara umum adalah segala upaya
yang di rencanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau
masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang di harapkan oleh pelaku
pendidikan (Notoadmodjo, 2003)
Tingkat pendidikan berperan menentukan
mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh,
pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah menerima
informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya
pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap cukup seseorang
(Herawati 2001).
3)
Pekerjaan
Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan sehari–hari. Jenis pekerjaan
dapat dikategorikan sebagai berikut: pegawai negeri, wiraswasta, petani, ibu
rumah tangga. Dalam hubungan bidang pekerjaan pada
umumnya diperlukan adanya hubungan sosial, hubungan dengan orang lain setiap
orang harus dapat bergaul dengan teman sejawat maupun berhubungan dengan atasan
(Notoadmodjo, 2003)
3.
Konsep Dasar
Keluarga
a.
Defenisi
1) Departemen Kesehatan RI (1998)
Keluarga
merupakan unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat di bawah suatu
atap dalam keadaan saling ketergantungan (Harmoko, 2012).
2) WHO (1969)
Keluarga
adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah,
adopsi atau perkawinan (Harmoko, 2012)
3) Bailon dan Maglaya (1978)
Keluarga
adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya
hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan
yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan
suatu budaya (Jhonson, 2010)
4) Logan’s (1979)
Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan kumpulan dari beberapa komponen
yang saling beriteraksi satu dengan yang lainnya (Jhonson, 2010)
b. Tipe keluarga
1) Tradisional
a) Keluarga inti adalah suatu rumah tangga yang
terdiri dri suami, istri dan anak (kandung/angkat).
b) Keluarga besar adalah keluarga inti ditambah
keluarga lain yang mempunyai hubungan darah missal kakak, nenek, paman bibi.
c) Single parent adalah suatu rumah tangga yang
terdiri dari satu orang tua dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat
disebabkan karena kematian/perceraian.
d) Single adult adalah suatu rumah tangga yang terdiri
dari satu orang dewasa.
e) Keluarga lanjut usia adalah terdiri dari suami
istri lanjut usia.
2) Non tradisional
a)
Commune family adalah lebih satu keluarga tanpa pertalian darah hidup serumah
b)
Cohabitating couple adalah orang dewasa yang hidup bersama di luar
ikatan pernikahan karena beberapa alasan tertentu.
c)
The unmarried teenage mother adalah keluarga yang terdiri dari orang tua
(terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
d)
Homosexual adalah dua individu yang sejenis hidup bersama dalam satu rumah tangga.
(Harmoko, 2012)
c. Peranan keluarga
1) Ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi
anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi
rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya
serta sebagai anggota masyrakat dari lingkungannya.
2) Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu
mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik
anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya
serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu
dapat berperan sebai pencari nafkah tambahan daam keluarganya.
3) Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai
dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
d. Tugas keluarga
Pada dasarnya tugas keluarga ada 8 tugas pokok sebagai berikut :
1)
Pemeliharaan
fisik keluarganya dan para anggotanya
2)
Pemeliharaan
sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga
3)
Pembagian
tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-masing
4)
Sosialisasi
antar anggota keluarga
5)
Pengaturan
jumlah anggota keluarga
6)
Pemeliharaan
ketertiban anggota keluarga
7)
Membangkitkan
dorongan dan semangat para anggotanya
(Jhonson, 2010)
e. Fungsi keluarga
1)
Fungsi
pendidikan dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan menyekolahkananak untuk
mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak.
2)
Fungsi
sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi
anggota masyarat yang baik.
3)
Fungsi
perlindungan dilihat dari bagaimana keluarga melindungi anak sehingga anggota
keluarga merasa terlindung dan merasa aman.
4)
Fungsi
perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instutif merasakan perasaan dan suasana anak dan
anggota yang lain dalam berkomunikasi
dan berinteraksi antara sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian
satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.
5)
Fungsi agama
dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota
keluarga lain melalui kepala keluarga menanamkan keyakinan yang mengatur
kehidupan kini dan kehidupan lain setelah dunia.
6)
Fungsi
ekonomi dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari penghasilan, mengatur
penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan
keluarga.
7)
Fungsi
rekreatif dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam
keluarga, seperti acara nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman
masing-masing dan lainnya.
8)
Fungsi
biologis diliat dari bagaimana keluarga meneruskan keturunan sebagai genersi
selanjutnya. Menberikan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman di atara
keluarga serta membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga (Jhonson, 2010).
f. Struktur keluarga
1)
Patrineal :
keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.
2)
Matrineal :
keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudarah sedarah dala beberapa
generasi dimana hungan itu disusun melalui garis ibu.
3)
Martilokal :
sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu.
4)
Patrilokal :
sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
5)
Keluarga
kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar dari pembilangan keluarga, dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hungan dengan
suami atau istri.
(Harmoko, 2012)
g. Tahap-tahap Perkembangan Keluarga
1)
Pasangan baru
(keluarga baru),keluarga baru di mulai saat masing-masing individu laki-laki
dan perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan
(psikologis) keluarga masing-masing:
a)
Membina
hubungan intim yang memuaskan
b)
Membina
hubungan dengan keluarga lain,teman, kelompok sosial
c)
Mendiskusikan
rencana memiliki anak
2)
Keluarga
child, bearing (kelahiran anak pertama),
keluarga yang menantikan kelahiran,di mulai dari kehamilan sampai kelahiran anak
pertama dan berlanjur sampai anak pertama berusia 30 bulan:
a)
Pesiapan
menjadi orang tua
b)
Adaptasi
dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi,hubungan sexual dan
kegiatan kelaurga
c)
Mempertahankan
hubungan yang memuaskan dengan pasangan
3)
Keluarga
dengan anak prasekolah.Tahap ini di mulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir saat anak
berusia 5 tahun:
a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti
kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman
b) Membantu anak untuk bersosialisasi
c) Beradaptasi dengan anak yang baru
lahir,sementara kebutuhan anak yang lain
juga harus terpenuhi
d) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam
maupun di luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar).
e) Pembagian waktu untuk individu, pasagan dan anak
(tahap yang paling repot),
f) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga,
g) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tubuh dan
kembang anak.
4)
Keluarga dengan
anak sekolah, tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun
dan berakhir pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah anggota
keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk:
a)
Membantu
sosialisasi anak
b)
Mempertahankan
keintiman pasangan
c)
Memenuhi
kebutuhan dan biaya kehidupan untuk yang
semakin meningkat, termasuk kebutuhsn untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
5)
Keluarga
dengan anak remaja, dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan
biasanya berakhir sampai 6-7 tahun kemudian yaitu pada saat anak meninggalkan
rumah orang tuanya. Tujuan keluarga ini adalah melepas anak remaja dan member
tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk yang lebih besar untuk
mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa :
a) Memberikan kebebasan yang seimbang denga tanggung
jawap, mengingat remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya,
b) Mempertahankan hubuangan yang intin dalam keluarga,
c) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan
orang tua. Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan keluarga.
d) Perubahan sistem peran dan peraturan untu tumbuh
kembang keluarga
6)
Keluarga
dengan anak dewasa(pelepasan), tahap ini dimulai saat anak pertama meninggalkan
rumah dan berakhir pada saat ank terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini
tergantung dari jumlah anak dalam keluarga dan tetap tinggal bersama orang tua
:
a)
Memperluas
keluarga inti menjadi keluarga besar
b)
Mempertahankan
keintiman pasangan
c)
Membantu
orang tua suami/ istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua
d)
Membantu anak
untuk mandiri di masyarakat
e)
Penataan
kembali peran dan kegiatan rumah tangga
7)
Keluarga usia
pertengahan, tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah
dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal :
a)
Mempertahankan
kesehatan
b)
Mempertahankan
hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak- anak
c)
Meningkatkan
keakraban pasangan
8)
Keluarga usia
lanjut, tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu
pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal dan keduanya
meninggal :
a) Mempertahankan
suasana rumah yang menyenangkan,
b) Adaptasi dengan perubahan kehilagan pasangan,
teman, kekuatan fisik dan pendapatan,
c) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling
merawat
d) Mempertahankan hubungan dengan hubungan anak dan
sosial masyarakat
e) Melakukan life review (merenungkan hidupnya)
F.
Dasar pemikiran Variabel yang Diteliti
Katarak merupakan kelainan mata yang terjadi akibat adanya perubahan
lensa yang jernih dan tembus cahaya sehingga keruh. Akibatnya mengalami
mengalami gangguan penglihatan karena abjek menjadi kabur. Gangguan penglihatan
yang terjadi tidak secara spontan. Melainkan secara perlahan dan dapat
menimbulkan kebutaan. Meski tidak menular, namun katarak dapat terjadi di kedua
mata secara bersama (Rahmi,2008)
Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui
pertalian darah, adopsi atau perkawinan (Harmoko, 2012)
Adapun masing-masing variabel diuraikan sebagai
berikut :
1. Umur
Umur merupakan salah satu faktor yang dapat memungkinkan terjadinya katarak karena faktor
umur dapat mengalami penurunan fungsi lensa dan lensa akan menjadi keruh yang
lama kelamaan dapat mengakibatkan kebutaan.
2. Pendidikan
Pendidikan dapat diperoleh dari aktivitas individu atau seseorang.
Semakin tinggi pendidikan atau informasi yang didapat pasien katarak maka,
kemungkinan akan dimanifestasikan mampu berfikir tentang orientasi penyakit
yang diderita dan cara mengatasinya.
3. Pengetahuan
Pengetahuan adalah pemahaman atau segala
sesuatu yang diketahui oleh responden tentang katarak dinilai dari jawaban
terhadap pertanyaan yang diajukan dengan pertanyaan yang ada pada lembar
kuesioner.
G.
Bagan Kerangka Konseptual
KK
Umur
Pendidikan
Pengetahuan
|
Katarak
|
Keterangan:
:
Variabel yang diteliti
:
Variabel Independent
:
Variabel Dependent
H.
Defenisi operasional dan kriteria objektif
1. Umur
Umur merupakan salah satu faktor yang dapat memungkinkan terjadinya katarak karena faktor
umur dapat mengalami penurunan fungsi lensa dan lensa akan menjadi keruh yang
lama kelamaan dapat mengakibatkan kebutaan. Dengan kriteria sebagai berikut :
a. Resiko
: Jika responden lebih dari 65 tahun
b. Kurang Beresiko
: Jika responden kurang dari 65 tahun
2. Pendidikan
Pendidikan dapat diperoleh dari aktivitas individu atau seseorang.
Semakin tinggi pendidikan atau informasi yang didapat pasien katarak maka,
kemungkinan akan dimanifestasikan mampu berfikir tentang orientasi penyakit
yang diderita dan cara mengatasinya. Dengan kriteria objektor sebagai berikut :
a.
Tinggi : Jika responden memiliki pendidikan lebih
dari Sekolah Menengah Pertama
b.
Rendah : Jika
responden memiliki pendidikan tingkat sekolah dasar
3. Pengetahuan
Tingkat pengetahuan responden dikategorikan sebagai
berikut:
a.
Baik, apabila responden mampu menjawab dengan benar 76–100%
b.
Cukup, apabila responden mampu menjawab dengan 56–75%
c.
Kurang, apabila responden mampu menjawab dengan < 55%, (Arikunto, 2000)
I.
Jenis dan Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yaitu bertujuan
untuk mengetahui bagaimana gambaran Pengetahuan Kepala Keluarga tentang Katarak
di Wilayah Kerja Puskesmas Tempe Kelurahan Watallipue.
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan
dilaksanakan pada bulan Juli 2014.
2. Tempat
Penelitian
Tempat
Penelitian
ini
dilakukan di rumah warga di wilayah kerja Puskesmas Tempe kelurahan Watallipue
dengan alasan mudah mendapatkan responden dan mudah dijangkau.
3. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi
dalam penelitian ini adalah Warga kelurahan Watallipue yang menderita katarak
sebanyak 35 orang.
b. Sampel
Yang
menjadi sampel dalam penelitian ini adalah Warga kelurahan Watallipue yang
menderita katarak, sebanyak 15 orang yang telah dioperasi.
c. Teknik pengambilan sampel
Pengambilan
sampel ini dilakukan dengan cara parposive sampling yaitu penelitian menentukan
sendiri sampel yang akan diteliti dan memenuhi syarat sesuai kriteria inklusi dan eksklusi serta dating saat
penelitian dilaksanakan.
a.
Kriteria inklusi
1)
Bersedia menjadi responden
2)
Penderita
katarak di Wilayah Kerja Puskesmas Tempe Kelurahan Watallipue yang sudah di
operasi
b.
Kriteria eksklusi
1)
Tidak bersedia menjadi responden
2)
Penderita
katarak di Wilayah Kerja Puskesmas Tempe Kelurahan Watallipue yang belum di
operasi
4. Metode Pengumpulan Data
Data yang diambil adalah
data sekunder dengan mengambil pada Profil kelurahan Waliipue tahun
2013 instrument penelitian ini menggunakan format pengumpulan data manual.
5. Pengolahan Data dan Penyajian
Data
Data yang diperoleh dikumpulkan kemudian diolah
melalui tahap sebagai berikut :
a.
Edit (Editing)
Editing atau penyuntingan dimulai dilakukan pada
saat penelitian yakni memeriksa semua lebar kuesioner yang telah diisi mengenai
kekurangan dan cara pengisian, kemudian setelah data terkumpul dilakukan
pemeriksaan lengkap data dan keseragaman data.
b.
Pengkodean (Coding)
Koding yaitu mengklasifikasi jawaban dari responden
menurut macamnya dilakukan untuk memudahkan pengolahan data yaitu memberi kode
atau symbol dari setiap jawaban.
c.
Tabulasi (Tabulating)
Tabulasi adalah mengelompokkan datadalam bentuk
tabel yaitu hubungan antara variable independent dan dependen.Setelah itu data
di analisis dengan menggunakan kalkulator dan computer untuk mendapat
distribusi frekuensi dan proporsi responden menurut variabel yang diteliti dan
disajikan dalam bentuk naskah dan tabel.
6.
Analisa Data
Berdasarkan jenis penelitian yang dipilih yaitu
penelitian deskiptif maka analisa data
dapat dilakukan menggunakan formulasi distribusi frekuensi dengan rumus :
f
P = x 100%
N
Keterangan :
P = Presentase yang di cari
F = frekuensi variabel yang diteliti
N = jumlah sampel
(Eko Budiarto, 2011 : 37)
Blogger Comment
Facebook Comment