CONTOH SKRIPSI



PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA  KANTOR  KELURAHAN  MADDUKKELLENG
KECAMATAN TEMPE KABUPATEN WAJO


SKRIPSI

 







OLEH:
RUSNA
NIM. 1011762


SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI
(STIA)
PUANGRIMAGGALATUNG SENGKANG
2013

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA  KANTOR  KELURAHAN  MADDUKKELLENG
KECAMATAN TEMPE KABUPATEN WAJO












Oleh

RUSNA





Skripsi ini diajukan guna memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Studi untuk memperoleh Gelar Sarjana Starata Satu (S.1)
Jurusan Ilmu Administrasi STIA Puangrimaggalatung Sengkang
                                                                                                                                   








JURUSAN ILMU ADMINISTRASI
SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI
PUANGRIMAGGALATUNG SENGKANG
TAHUN 2014


HALAMAN PERSETUJUAN

JUDUL                       :  PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA KANTOR KELURAHAN MADDUKELLANG KEC. TEMPE KAB. WAJO
Nama mahasiswa        : RUSNA
STB/ NIRM                : 1011762
Program Pendidikan   : Strata Satu (S.1)
Program Studi             : Ilmu Administrasi Negara

Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Pada hari …………….. tanggal ………………………… 2014

Komisi Pembimbing :      1. DR. H. Muh. Nasri AT, M.Si   ……………………

                                         2. M. Darwis, S.Sos, M.Si            ….……………......


Mengetahui,
Ketua STIA Puangrimaggalatung
Sengkang




DR. H. MUHAMMAD NASRI AT, M.Si


KATA PENGANTAR
           

Alhamdulillah rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas Ridha-Nya jualah sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini sebagaimana yang diharapkan. Tak terlupakan jua, kiriman salam dan salawat semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Rasul Allah, Muhammad SAW, nabi akhirul zaman, nabi yang telah mengangkat derajat umat manusia melalui satu ajarannya yang mulia, yaitu “Addinul Islam wal Iman”, agama Islam dan Iman.
Penulisan skripsi ini pada dasarnya dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat penyelesaian studi pada Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Puangrimaggalatung Sengkang.
Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini, terkhusus buat Bapak DR. H. M. Nasri AT, M.Si, M.Pd dan Bapak M. Darwis, S.Sos, M.Si selaku Pembimbing I dan Pembimbing II, yang dengan keikhlasan dan kesabaran senantiasa memberikan bimbingan dan petunjuk kepada penulis dalam hal pembuatan Skripsi ini. Ucapan teria kasih kami sampaikan pula kepada Ketua STIA Puangrimaggalatung bersama dosen dan staf atas segala bimbingan dan pelayanan yang diberikan kepada penulis. Begitupula kepada orang tua penulis, kakak dan adik, serta teman-teman yang senantiasa memberi motivasi kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Sebagai manusia biasa, penulis senantiasa menanti kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari berbagai pihak.
Segala bantuan dari semua pihak, penulis menyerahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk memberikan pahala yang berlipat ganda. Akhirnya mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin…..

Sengkang,       Mei 2014




ABSTRAK


RUSNA, 1011762 :Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Kinerja Pegawai pada Kantor Kelurahan Maddukelleng kec. Tempe kab. Wajo (dibimbing oleh DR. H. Muh. Nasri AT, M.Si dan M. Darwis, S.Sos, M.Si).
            Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting peranannya dalam menentukan kinerja seorang pegawai di kantor atau tempatnya bekerja. 
            Tingkat Pendidikan seorang pegawai pada kantor Kelurahan tentunya sangat berperan dengan kinerja pegawai tersebut, utamanya dalam hal penyelesaian tugas-tugas dan fungsi-fungsinya di kantor kelurahan.
            Hal ini yang melatar belakangi pentingnya penelitian ini dengan judul: Peranan Tingkat Pendidikan terhadap Kinerja Pegawai pada Kantor Kelurahan Maddukkelleng kec. Tempe kab. Wajo.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan Tingkat Pendidikan terhadap Kinerja Pegawai pada kantor Kelurahan Maddukkelleng kec. Tempe kab. Wajo.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian sensus dengan menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalaah observasi dan penyebaran angket (kuesioner).
Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah pegawai kelurahan yang berjumlah 16 orang. Sampel pada penelitian ini adalah menggunakan (sampling jenuh) yakni  mengambil seluruh populasi sebagai sampel yaitu sebesar 16 orang responden.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Tingkat Pendidikan berpengaruh terhadap Kinerja Pegawai pada Kantor Kelurahan Maddukkelleng Kec. Tempe.
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................. v
DAFTAR TABEL.................................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... vii
BAB I      PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 2
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 2
BAB II    TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 3
A.    Landasan Teori ................................................................................. 3
1. Tingkat Pendidikan ...................................................................... 3
2. Kinerja .......................................................................................... 8
B.     Kerangka Pikir ................................................................................ 13
C.     Hipotesis ......................................................................................... 13
BAB III   METODE PENELITIAN .................................................................... 17
A.    Lokasi Penelitian ............................................................................ 17
B.     Jenis Penelitian ............................................................................... 17
C.     Variabel dan Defenisi Operasional ................................................. 18
D.    Populasi dan Sampel ....................................................................... 19
E.     Instrumen Penelitian ....................................................................... 20
F.      Teknik Pengumpulan Data.............................................................. 21
G.    Teknik Analisis Data ...................................................................... 22
BAB IV   HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil Penelitian ...................................................................................
B.     Pengujian Hipotesis ............................................................................
C.     Pembahasan ........................................................................................
BAB V    PENUTUP
A.    Kesimpulan .........................................................................................
B.     Saran ...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 26
Lampiran-Lampiran



DAFTAR GAMBAR
                
Gambar 2.1       Kerangka Pikir ................................................................................ 15


DAFTAR TABEL

Tabel 3.1    Alternatif Skor Jawaban Responden ................................................. 22
Tabel 3.2    Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ............................................... 24


DAFTAR  LAMPIRAN

Lampiran 1        Petunjuk Pengisian Angket ............................................................. 27
Lampiran 2        Lembar Kuisioner ............................................................................ 28



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Memasuki Era Reformasi, kita dihadapkan pada perubahan arah pembangunan yang bertumpu pada peningkatan sumber daya aparatur pemerintah sebagai kunci pokok tercapainya cita-cita bangsa yang merdeka dan berkembang. Upaya peningkatan Sumber Daya Aparatur yang berkualitas harus dimulai pada tingkat pemerintahan yang paling bawah, dalam hal ini dimulai pada tingkat Pemerintahan di kelurahan dengan asumsi bahwa tingginya kualitas aparatur pemerintah dalam menjalankan tugasnya sangat bergantung dari kualitas sumber daya manusianya.
Pegawai kelurahan diharapkan mampu memberikan pelayanan yang baik kepada setiap warganya sehingga mampu memunculkan image yang baik mengenai kinerja pegawai kelurahan tersebut, namun terkadang kita juga mendengarkan keluhan masyarakat mengenai ketidakpuasan mereka dalam memperoleh pelayanan di suatu kantor kelurahan. Tidak maksimalnya pelayanan yang diberikan oleh pegawai kelurahan kepada masyarakat terkadang disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya karena faktor kurang moodnya seorang pegawai, kurangnya pemahaman pegawai mengenai tugas dan fungsinya yang sebenarnya, dan kadang pula karena faktor pendidikan pegawai tersebut.

Sehingga dari kenyataan di atas, maka penulis bermaksud mengadakan penelitian pada satu kantor kelurahan yang ada di kabupaten Wajo, dalam hal ini kantor kelurahan Lamaddukkelleng kecamatan Tempe kabupaten Wajo, dengan harapan kantor tersebut dapat dijadikan sampel untuk membuktikan permasalahan di atas.  Namun untuk mencegah meluasnya materi penelitian, maka penulis membatasi pada satu faktor saja, yaitu faktor pendidikan pegawai. Untuk menunjang penelitian tersebut, maka sebagai langkah awal, penulis mengajukan satu proposal penelitian dengan judul “Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Kinerja Pegawai pada kantor Kelurahan Maddukkelleng Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo”.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi rumusan dalam penelitian ini yaitu “Apakah faktor tingkat pendidikan berpengaruh terhadap kinerja pegawai di kantor kelurahan Maddukkelleng kecamatan Tempe kabupaten Wajo?”
C.    Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah untuk menjelaskan Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Kinerja Pegawai pada kantor Kelurahan Maddukkelleng Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo.
D.    Manfaat Penelitian
Terkait dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat:

1.      Manfaat Teoritis
Sebagai sarana pembanding bagi dunia ilmu pengetahuan dalam memperkaya informasi tentang pengaruh tingkat pendidikan terhadap kinerja.
2.      Manfaat Praktis
a.       Memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah Kecamatan Tempe dalam upaya peningkatan kinerja aparat pemerintahan di masa mendatang.
b.      Memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintahan kelurahan, khususnya pegawai di kelurahan Maddukkelleng kecamatan Tempe dalam upaya peningkatan kinerjanya di masa datang.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Landasan Teori
1.      Tingkat Pendidikan
a.      Tingkat
Tingkat diartikan sebagai:
1)      susunan yang berlapis-lapis atau berlenggek-lenggek seperti lenggek rumah, tumpuan pada tangga (jenjang);
2)      tinggi rendah martabat (kedudukan, jabatan, kemajuan, peradaban, dan sebagainya); pangkat; derajat; taraf; kelas;
3)      batas waktu (masa); sempadan suatu peristiwa (proses, kejadian, dan sebagainya); babak(an); tahap; (Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, penerbit Balai Pustaka, Jakarta Tahun 2003).
Kata “tingkat” dapat juga dimaknai sebagai susunan dan urutan dari sesuatu yang dilalui atau berupa pengalaman yang telah menghasilkan sebuah proses. Dalam pembahasan ini yang dimaksudkan dengan pengalaman yang telah menghasilkan sebuah proses tersebut adalah pendidikan yang merupakan urutan dari bentuk-bentuk pengalaman seseorang dalam upayanya untuk mengetahui sesuatu yang sebelumnya tidak diketahuinya atau ingin mengetahuinya lebih mendalam lagi. Kata “tingkat” pada kata “pendidikan”

menunjukkan adanya proses yang berlangsung semakin mendalam dan berkelanjutan ini berlangsung pada proses belajar mengajar yang disusun sedemikian rupa menjadi sebuah sistem untuk belajar secara umum.
b.      Pendidikan
Secara etimologi atau kebahasan kata “pendidikan” berasal dari kata dasar “didik” yang mendapat imbuhan awalan “pe” dan akhiran “an” berubah menjadi kata “mendidik” yang berarti membantu anak untuk menguasai aneka pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan nilai yang diwarisi dari keluarga dan masyarakat.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, “pendidikan diartikan sebagai proses perubahan setiap dan tingkah laku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui proses pengajaran dan pendidikan.
Menurut Crow (dalam rahman, 2009: 6) “pendidikan di artikan sebagai proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang cocok bagi individu untuk kehidupan sosialnya dan membantu meneruskan adat dan budaya serta kelembagaan sisi lainnya dan membantu meneruskan adat dan budaya serta kelembagaan sosialnya dan membantu meneruskan adat dan budaya serta kelembagaan sosial dari generasi ke generasi.
Kneller (dalam Raman, 2009: 6) melihat “pendidikan dalam tiga cakupan yaitu luas, teknis dan hasil, yang di uraikan sebagai berikut arti luas dari pendidikan adalah menunjukan pada suatu tindakan atau pengalam yang mempunyai pengaruh yang berhubungan dengan pertumbuhan atau perkembangan pikiran (watak karakter) dan kemampuan fisik (physical abliti) individu.
Berdasarkan undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyebutkan bahwa: “pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kegiatan kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan bagi dirinya, masyarakat dan bangsa.
Sedangkan pengertian pendidikan menurut Undang–undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah sebagai berikut: “Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang”.
Menurut Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang, “Pendidikan adalah usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rokhani (pikir, karsa, rasa, cipta dan budi nurani) dan jasmani (panca indera serta keterampilan-keterampilan)”(1995:5).
Sedangkan menurut Dr.Nazili Shaleh Ahmad (1982:4)., “Pendidikan itu merupakan kegiatan proses belajar mengajar yang sistem pendidikannya senantiasa berbeda dan berubah-ubah, dari masyarakat yang satu kepada masyarakat yang lain”.
Pendapat lain tentang pengertian pendidikan dikemukakan oleh John S. Brubacher yang dikutip Sumitro (1998:17) menyatakan bahwa; “Pendidikan adalah proses dalam mana potensi-potensi, kemampuan-kemampuan, kapasitas-kapasitas manusia yang mudah dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan, disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, dengan alat (media) yang disusun sedemikian rupa, dan digunakan oleh manusia untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan”.
Pengertian pendidikan bila dikaitkan dengan penyiapan tenaga kerja menurut Umar Tirtarahardja dan La Sulo (1994:37), “Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar untuk bekerja”. Sebagaimana dikemukakan oleh Soedarmayanti (2001:32) bahwa melalui pendidikan, seseorang dipersiapkan untuk memiliki bekal agar siap tahu, mengenal dan mengembangkan metode berpikir secara sistematik agar dapat memecahkan masalah yang akan dihadapi dalam kehidupan di kemudian hari.
Dari beberapa definisi tentang pendidikan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah segala usaha yang dilakukan untuk menyiapkan peserta didik agar mampu mengembangkan potensi yang dimiliki secara menyeluruh dalam memasuki kehidupan di masa yang akan datang.

c.       Jenjang/Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan adalah suatu kondisi jenjang pedidikan yang dimiliki oleh seseorang melalui pendidikan formal yang dipakai oleh pemerintah serta disahkan oleh kementerian pendidikan.
Tingkat atau jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. (Wikipedia Indonesia, 2009:56). Jadi yang dimaksud dalam hal ini adalah pendidikan formal atau akademis. Tingkat / jenjang pendidikan di Indonesia meliputi:
a)      Pendidikan Usia Dini
Mengacu Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 1 Butir 14 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam hal ini dapat berbentuk sekolah playgroup atau taman kanak-kanak.


b)      Pendidikan Dasar
 Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah, yaitu meliputi Sekolah Dasar (SD) dan sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan sederajat.
c)      Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar yang harus dilaksanakan minimal 9 tahun, yaitu meliputi Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan sederajatnya.
d)     Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Mata pelajaran pada perguruan tinggi merupakan penjurusan dari SMA, akan tetapi semestinya tidak boleh terlepas dari pelajaran SMA.
2.      Hakikat Kinerja Pegawai
a.      Konsep Kinerja Pegawai
1.      Pengertian kinerja
Pengertian kinerja adalah hasil pegawai yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing. Dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan sacara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2000:67) dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, mengemukakan pengertian kinerja sebagai berikut :
Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan/Pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikannya.”

Selanjutnya peneliti juga akan mengemukakan tentang definisi kinerja karyawan/pegawai menurut Bernandin & Russell (1993:135) yang dikutip oleh Faustino cardoso gomes dalam bukunya yang berjudul Human Resource Management,
Performansi adalah catatan yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama periode waktu tertentu.”
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, penerbit Balai Pustaka, Jakarta Tahun 2003, Kinerja diartikan sebagai berikut:
1)      Sesuatu yang dicapai / dihasilkan;
2)      Prestasi yang diperlihatkan;
3)      Kemampuan untuk bekerja;
Dari beberapa defenisi di atas dapat ditarik suatu kesimpulan umum bahwa kinerja adalah :
1)      Adanya tugas atau pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
2)      Memiliki keterampilan dan pengetahuan.
3)      Mencapai hasil kerja yang efektif dan efisien.
4)      Meliputi mental, moral dan rasa pengabdian yang tinggi.
Dalam pembahasan ini, kinerja dimaksudkan sebagai hasil dari usaha yang telah dilakukan oleh seseorang, dapat juga dikatakan sebagai prestasi kerja, atau wujud usaha seseorang dalam mencapai tujuannya. Kinerja bersumber dari kecakapan seseorang, kecakapan pada hakikatnya dapat dipandang sebagai sekumpulan kebiasaan yang terkoordinasi, apa yang kita pikirkan, rasakan dan kerjakan, agar suatu tugas terlaksana. Pendapat ini sekiranya bisa menegaskan bahwa hakikat dari suatu kecakapan bukanlah hanya suatu pemahaman atau pengetahuan, tetapi merupakan metode internalisasi kebiasaan dan karakter.
2.      Pengertian pegawai
Menurut Ermaya Suradinata (1995:10) pegawai adalah manusia/orang yang melaksanakan suatu pekerjaan pada suatu organisasi baik pemerintah maupun swasta dan karena jasa dan pekerjaannya itu memperoleh upah/gaji.
Menurut Soedardjat Nataatmadja (1993:108), pegawai/manusia yang sedang melakukan akitivitas/ kegiatan akan dituntut kreaktivitasnya, dan setiap pegawai/atau pejabat harus memiliki 4 CT: Cepat tanggap, Cepat temu, Cepat tindak dan Cepat tuntas.
Dikaitkan dengan aparat pemerintah, berdasarkan undang-undang nomor 43 tahun 1999 pada bab 1 pasal 1 tentang ketentuan umum menyatakan bahwa yang dimaksud dengan pegawai negeri adalah setiap warga Negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3.      Kinerja Pegawai
Pada umumnya kinerja pegawai diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menghasilkan sesuatu dalam suatu organisasi dimana semua kegiatan ditunjukkan untuk bagaimana agar hasil kerja yang dicapai mempunyai nilai kinerja yang tinggi.
Kinerja pegawai dalam suatu organisasi merupakan faktor penentu peningkatan produktivitas kerja dalam organisasi, kinerja mengandung arti “hasil kerja, yang dapat dicapai seseorang tau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangga mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum, sesuai dengan moral maupun etika”. Sesuatu yang dicapai prestasi yang diperlihatkan kemampuan kerja\prestasi kerja, keluaran hasil (output).
Kualitas pencapaian kerja oleh individu kemampuan melaksanakan tugas menerut prosedur dan cara-cara yang ditetapkan, hasil kerja yang dicapai secara individual atau secara institusi, yang berarti kinerja tersebut adalah hasil akhir yang diperoleh secara sendiri atau berkelompok dalam melaksanakan tugas, orang atau lembaga diberikan wewenang dan tanggung jawab, yang berarti orang atau lembaga diberikan hak atau kekuasaan untuk bertindak sehingga pekerjaannya dapat dilakukan dengan baik, pekerjaan haruslah dilakukan secara legal, yang berarti dalam melaksanakan tugas individu atau lembaga tentu saja harus mengikuti aturan yang di tetapkan dan pekerjaan tidaklah bertentangan dengan moral dan etika yang berlaku umum.
b.      Dimensi Dalam Pengukuran Kinerja Pegawai
Agus Dharma dalam bukunya Manajemen Supervisi (2003:355) mengatakan “hampir semua cara pengukuran kinerja mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut.
1)      Kuantitas, yaitu jumlah yang harus diselesaikan atau dicapai. Pengukuran kuantitatif melibatkan perhitungan keluaran dari proses atau pelaksanaan kegiatan. Ini berkaitan dengan jumlah keluaran yang dihasilkan.
2)      Kualitas, yaitu mutu yang harus dihasilkan (baik tidaknya). Pengukuran kualitatif keluaran mencerminkan pengukuran ”tingkat kepuasan”, yaitu seberapa baik penyelesaiannya. Ini berkaitan dengan bentuk keluaran.
3)      Ketepatan waktu, yaitu sesuai tidaknya dengan waktu yang direncanakan. Pengukuran ketepatan waktu merupakan jenis khusus dari pengukuran kuantitatif yang menentukan ketepatan waktu penyelesaian suatu kegiatan.
c.       Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian kinerja adalah Faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation). (Mangkunegara 2007:67).
1)      Faktor Kemampuan
Secara psikologis, kemampuan terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita, artinya kpegawai yang memiliki IQ yang rata-rata (IQ 110-120) dengan memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaannya sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan oleh karena itu pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya.
2)      Faktor Motivasi
Motivasi terbentuk dari sikap (Attitude) seorang pegawai dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai  yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja). Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong diri pegawai untuk berusaha mencapai prestasi kerja secara maksimal. (Sikap mental yang siap secara psikofik) artinya, seorang pegawai harus siap mental, mampu secara fisik, memahami tujuan utama dan target kerja yang akan dicapai, mampu memanfaatkan dalam mencapai situasi kerja.

B.     Kerangka Pikir
Adapun kerangka pikir dari proposal ini adalah sebagai berikut:
TINGKAT PENDIDIKAN
(Wikipedia Indonesia, 2009:56)
Pendidikan Formal
1.      Pendidikan Dasar
2.      Pendidikan Menengah
3.      Pendidikan Tinggi
KINERJA PEGAWAI
(Agus Darma, 2003,355)

1.      Kuantitas
2.      Kualitas
3.      Ketepatan Waktu
 







Gambar 2.1: Kerangka pikir
Bagan di atas menunjukkan bagaimana pengaruh tingkat pendidikan yang dimiliki oleh seorang Pegawai kelurahan mampu mempengaruhi kinerjanya. Pendidikan yang dimiliki seorang Pegawai kelurahan berupa pendidikan formal yakni pendidikan SLTA dan Perguruan Tinggi (S1) yang akan menghasilkan pengetahuan atau ilmu.
Kecerdasan tersebut akan melahirkan gagasan/ide, gagasan akan mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan/tindakan, perbuatan yang dilakukan secara terus menerus kemudian akan menjadikannya kebiasaan. Kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh seseorang akan membentuk karakter dirinya dan menghasilkan kecakapan. Kecakapan inilah yang melahirkan kinerja seseorang misalnya berupa kuantitas, kualitas, dan ketepatan waktu.

C.    Hipotesis
Berdasarkan pengkajian dari uraian pada latar belakang masalah, perumusan masalah yang didukung dengan kajian teoritis yang dilengkapi juga dengan kerangka pikir hubungan fungsi variabel independen dengan variabel dependen, sehingga hipotesis ini dapat dikemukakan sebagai berikut:
1.      H0 (Hipotesis Nol)
Bahwa faktor tingkat pendidikan tidak berperan sama sekali terhadap Kinerja Pegawai kelurahan Maddukkelleng Kecamatan Tempe.
2.      H1
Bahwa faktor tingkat pendidikan berperan signifikan terhadap Kinerja Pegawai kelurahan  Maddukkelleng Kecamatan Tempe.

BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi  Penelitian
1.      Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada kantor kelurahan Maddukkelleng Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo. Adapun alasan memilih kantor tersebut sebagai lokasi penelitian, karena peneliti ingin mengetahui apakah tingkat pendidikan berpengaruh terhadap kinerja pegawai pada kantor kelurahan.
2.      Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu dari bulan September sampai November 2014 sesuai dengan jadwal yang  ditentukan.
B.     Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian sensus dengan menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif, yaitu pembahasan dengan menggunakan penjelasan-penjelasan dan menggunakan statistik sederhana. Memerlukan kemampuan berteori, serta menghubungkan teori dan berasumsi. Penelitian ini menjelaskan hubungan causal antara variabel tertentu melalui pengujian hipotesis.

C.    Variabel dan Defenisi Operasional
1.      Variabel Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan, tujuan penelitian dan hipotesis yang diajukan, maka variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Variabel bebas atau independent variabel (X) adalah Tingkat Pendidikan.
2.      Variabel terikat atau dependent variabel (Y) adalah Kinerja Pegawai.
2.      Defenisi Operasional
Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan oleh peneliti dalam mengukur suatu variabel yang digunakan. Terdapat dua variabel yang digunakan dalam analisis penelitian ini. Definisi operasional variabel – variabel dalam penelitian ini adalah:
a.       Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan adalah suatu kondisi jenjang pedidikan yang dimiliki oleh seseorang melalui pendidikan formal yang dipakai oleh pemerintah serta disahkan oleh Kementerian Pendidikan. Contohnya: Sekolah Dasar (SD, SMP), Sekolah Menengah (SLTA/SMA) dan Perguruan Tinggi (S1, S2, dan S3).
b.      Kinerja Pegawai
Kinerja Pegawai adalah hasil dari usaha yang telah dilakukan oleh seorang pegawai. Kinerja merupakan penilaian atasan langsung kepada pegawai atas kesuksesan mereka dalam melaksanakan pekerjaan. Dalam hal ini diukur dengan 3 aspek yang perlu diperhatikan dalam penilaian kenerja pegawai, yaitu:
-          Kuantitas adalah jumlah atau banyaknya pekerjaan yang mampu diselesaikan oleh pegawai kelurahan berdasarkan waktu tertentu.
-          Kualitas adalah mutu dari hasil pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai kelurahan.
-          Ketepatan Waktu adalah banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan oleh pegawai kelurahan sesuai dengan waktu yang ditentukan.

D.    Populasi Dan Sampel
1.      Populasi
Populasi adalah lingkup yang akan dijadikan penelitian. Jadi dalam suatu penelitian, populasi harus ditentukan terlebih dahulu karena sebagai dasar dalam menentukan sampel. Jadi populasi adalah obyek penelitian dengan batas-batas persoalan yang sudah cukup jelas. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 1996 : 102).
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi bukan hanya orang, akan tetapi juga benda-benda alam lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek itu.
Dari pengertian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa populasi dalam penelitian, meliputi segala sesuatu yang dijadikan objek atau subjek penelitian yang dikehendaki peneliti. Untuk penelitian ini, maka yang dijadikan Populasi dalam penelitian ini adalah semua pegawai di kelurahan Maddukkelleng yang berjumlah 15 orang yang terdiri dari 8 orang laki-laki dan 7 orang perempuan dengan rincian golongan II.A sebanyak 2 orang, golongan II.C sebanyak 1 orang, golongan III.A sebanyak 2 orang, golongan III.B sebanyak 2 orang dan pegawai kontrak sebanyak 8 orang.
2.      Sampel
Untuk menentukan besarnya sampel Arikunto (1996:107) memberikan pendapat, “Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila obyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semuanya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.” Berdasarkan pendapat Arikunto tersebut, maka penulis menggunakan sampel total (sampling jenuh) yakni  mengambil seluruh populasi sebagai sampel yaitu sebesar 16 orang responden.

E.     Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, instrumen yang di gunakan untuk pengumpulan data  yaitu instrumen yang berupa kusioner, yaitu pengumpulan data dengan menyebarkan  angket pada responden dengan membuat daftar pertanyaan yang dilengkapi dengan alternatif jawaban (bersifat tertutup) kemudian dibagi-bagikan kepada sejumlah responden.
Pengembangan instrumen dalam penelitian ini ditempuh dengan cara, yaitu setiap variabel penelitian dibuatkan defenisi operasionalnya, kemudian berdasarkan defenisi operasionalnya  tersebut ditetapkan dimensi-dimensi variabel tersebut, kemudian setiap dimensi disusun masing-masing indikatornya yang akhirnya setiap indikator tersebut disusun item pernyataan pada instrumen.

F.     Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang valid dalam penelitian ini, maka teknik pengumpulan data di pergunakan adalah sebagai berikut:
1.      Observasi, yaitu pengumpulan data dengan mengamati langsung serta memahami kondisi objektif lokasi penelitian.
2.      Kuesioner adalah teknik mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2004 : 135).
Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan memberikan daftar pertanyaan yang disusun sebelumnya oleh peneliti dan diberikan pada responden untuk mendapatkan jawaban secara tertulis. Dalam hal ini peneliti mengambil data dengan kuesioner yang diisi oleh responden yaitu para pegawai kelurahan.
Melalui teknik  model angket tersebut, dikumpulkan data yang berupa jawaban tertulis dari responden atas sejumlah pertanyaan  yang diajukan di dalam angket tersebut yang merupakan indikator-indikator dari variabel (a) Tingkat Pendidikan (X), dan (b) Kinerja Pegawai (Y). Dari masing-masing indikator tersebut, setiap soal disediakan 5 jawaban dengan  diberi skor nilai dalam kategori sebagai berikut:
Tabel 3.1 Alternatif Skor Jawaban Responden
No
Alternatif  Jawaban
Skor
1
Sangat Baik
5
2
Baik
4
3
Cukup
3
4
Kurang Baik
2
5
Sangat Tidak Baik
1
Sumber: Riduwan dan Kuncoro (2008)

G.    Teknik Analisis Data
1.      Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif ini digunakan untuk memberikan gambaran secara umum terhadap objek yang meliputi data sampel sebagaimana adanya dengan menggunakan rumus menurut Supranto (2003)
Ket:
n = Skor yag diperoleh
N = Skor Ideal
% = Persentase
            Menurut Riduwan dan Kuncoro (2007 : 22) data yang sudah sampai ke presentase lalu ditafsirkan dengan kalimat-kalimat yang bersifat kualitatif, dimana hasil presentase itu dapat digolongkan dengan kriteria, seperti terlihat pada tabel  berikut
Tabel 3. 2: kriteria Jawaban Responden
Presentase Jawaban
Kriteria
80% - < 100%
Sangat Baik
60% - <80 span="">
Baik
40% - < 60%
Cukup Baik
20% - < 40%
Kurang Baik
0% - <  20%
Sangat Baik
Sumber: dari Riduwan dan Kuncuro, (2007: 22)
2.      Analisis Korelasi Sederhana
Untuk mengetahui arah dan kuatnya hubungan antar tingkat pendidikan dengan kinerja pegawai kelurahan, maka digunakan model analisis korelasi linear sederhana (Simply Correlate Linear). Model ini dipilih karena ingin mengetahui besarnya kontribusi pengaruh variabel independen terhadap dependen. Setelah data diolah dan dianalisis secara kuantitatif kemudian dilakukan analisis kualitatif untuk memberikan penjelasan/makna dari hasil analisis kuantitatif.
Korelasi merupakan angka yang menunjukkan arah dan kuatnya hubungan antar dua variabel (atau lebih). Arah dinyatakan dalam bentuk hubungan positif (+) atau negatif (-), sedangkan kuatnya hubungan dinyatakan dengan besarnya koefisien korelasi. Hubungan dua variabel dinyatakan positif jika nilai suatu variabel ditingkatkan maka akan meningkatkan nilai variabel lainnya, sebaliknya jika nilai variabel tersebut diturunkan maka akan menurunkan nilai variabel yang lain. Sebagai contoh adalah hubungan tingkat pendidikan dengan kinerja. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka kinerja yang dihasilkan akan semakin meningkat, sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan, maka kinerja yang dihasilkan semakin menurun.
Hubungan dua variabel dinyatakan negatif jika nilai suatu variabel ditingkatkan maka akan menurunkan nilai variabel lainnya, sebaliknya jika nilai variabel tersebut diturunkan maka akan menaikkan nilai variabel yang lain. Sebagai contoh adalah hubungan tingkat serangan hama dengan produksi. Semakin tinggi tingkat serangan hama maka produksinya akan semakin kecil, sebaliknya semakin kecil tingkat serangan hama maka produksinya semakin besar.
Kuatnya hubungan antar variabel dinyatakan dengan besarnya koefisien korelasi. Koefisien korelasi memiliki rentang nilai antara -1 sampai 1. Jika hubungan antara 2 variabel memiliki korelasi -1 atau 1 berarti kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang sempurna, sebaliknya jika hubungan antara 2 variabel memiliki korelasi 0 berarti tidak ada hubungan antara kedua variabel tersebut.
Koefisien korelasi linier (Pearson product moment correlation coefficient) antara dua variabel dapat dicari dengan persamaan berikut:
Keterangan :
Rxy = Koefisien Korelasi
X = Variabel Tingkat Pendidikan
Y = Variabel Kinerja
Untuk memberi arti harga r (tingkat hubungan), maka harga r dibandingkan dengan Tabel Interpretasi Nilai sebagai berikut:
Tabel 3.2. Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r
Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,80 – 1,000
0,60 – 0,799
0,40 – 0,599
0,20 – 0,399
0,00 – 0,199
Sangat kuat
Kuat
Cukup kuat
Rendah
Sangat rendah
Sumber: Sugiyono (2006:214)

Besar kecil sumbangan setiap variabel bebas terhadap variabel bebas terhadap variabel terikat dapat ditentukan dengan rumus koefisien determinan sebagai berikut:
KP = r2 x 100%
Dimana:
KP = Nilai Koefisien Determinan
R = Nilai Koefisien Korelasi
Untuk mencari makna generalisasi dari hubungan variabel X terhadap Y, maka hasil korelasi (r) perlu diuji signifikan dengan standar pengambilan keputusan, sebagai berikut:
a.       Bila r = 0, artinya variabel bebas tidak berhubungan dengan variabel terikat.
b.      Bila r ≠ 0, artinya variabel bebas berhubungan dengan variabel terikat.

3.      Analisis Regresi Sederhana
Kegunaan regresi dalam penelitian salah satunya adalah untuk meramalkan (memprediksi) variabel terikat (Y), apabila variabel bebas (X) diketahui.
Adapun model matematik regresi yang digunakan dalan penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
Dimana:
           = Kinerja Pegawai
0         = Konstanta (intercept)
1         = Koefisien regresi (slope) untuk X1
X1         = Kemampuan intelektual
Untuk mengetahui nilai b0 dan b1, digunakan bantuan komputer dengfan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.0
Untuk menguji signifikasi konstanta dan variabel dependen (Regresi Sederhana), maka digunakan standar pengambilan keputusan, sebagai berikut:
1.      Bila 1 sama dengan nol (0), maka berarti variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat.
2.      Bila 1 tidak sama dengan nol (0), maka berarti variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
a.       Jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikannya
Berdasarkan hasil survei di lapangan terdapat data responden yang bervariasi, yaitu dari tingkat SMA sampai tingkat Perguruan Tinggi (S1). Rincian data tingkat pendidikan pegawai tersebut dapat dilihat pada tabel
Tabel 4.1
Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan
Frekuensi
Presentase
(%)

SMA
Sarjana


8 orang
8 orang

50%
50%
Jumlah
16 orang
100%
                                                                      
 ,                Berdasakan tabel di atas ternyata jumlah responden yang berpendidikan SMA sebanyak 8 orang (50%) dan Sarjana (S1) sebanyak 8 orang (50%). Ini berarti pegawai kelurahan Maddukkelleng yang berpendidikan SMA sebanding dengan yang berpendidikan Sarjana (S1).
b.      Jumlah Responden Berdasarkan Status Kepegawaian
Berdasarkan hasil survei, peneliti mendapatkan hasil status kepegawaian pada kantor Kelurahan Maddukkelleng seperti yang tercantum pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.2
Jumlah Responden berdasarkan Status Kepegawaian
Status Kepegawaian
Frekuensi
Presentase
(%)

PTT
PNS


8 orang
8 orang

50%
50%
Jumlah
16 orang
100%

Dari data tabel di atas, ternyata jumlah responden yang berstatus PTT sebanyak 8 orang (50%) dan PNS sebanyak 8 orang (50%). Ini berarti pegawai kelurahan Maddukkelleng yang berstatus PTT sebanding dengan yang berstatus PNS.
2.      Deskripsi Data Variabel Hasil Penelitian
a.       Distribusi Frekuensi Data Hasil Penelitian Variabel Peneletian
Deskripsi Distribusi frekuensi data hasil penelitian, yaitu seperti terlihat pada Tabel








Tabel 4.3: Deskripsi Distribusi Frekuensi Data Variabel
Hasil Penelitian

Statistics


Kinerja
Motivasi
N
Valid
94
94
Missing
0
0
Mean
13,18
54,87
Median
13,00
55,00
Mode
13,00
57,00
Std. Deviation
28,87
32,81
Variance
833,47
1076,49
Range
21.00
11.00
Minimum
22.00
19.00
Maximum
43.00
30.00
Sum
3131.00
2366.00

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa variabel Tingkat Pendidikan memiliki perumusan data (Mean, Median, dan Mode) yang lebih kecil daripada variabel Kinerja Pegawai.
b.      Skor Butir Pernyataan Variabel Tingkat Pendidikan (X)
Hasil perhitungan skor setiap indikator pada variabel Tingkat Pendidikan (X) adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4 : Hasil Perhitungan Skor Butir Pernyataan Pada Variabel
Tingkat Pendidikan (X)

No. Indikator
Skor yang
Diperoleh
Skor Ideal
Pesen-tase (%)
Kriteria
Hitungan
Skor
1
72
80
90%
Sangat Baik
Skor yang diperoleh adalah jumlah skor setiap butir pernyataan.

Skor ideal = nilai tertinggi x jumlah responden (5 x 94) = 470.

       
Persentase = skor yang diperoleh dibagi dengan skor ideal x 100%.

Kriteria Hasil Perhitunrgan menurut Riduwan dan Kuncoro:
1. 80% - 100% : Sangat Baik.
2. 60% - < 80% :  Baik.
3. 40% - < 60% : Cukup  Baik.
4. 20% - < 40%: Kurang Baik.
5. 0% - < 40% : Tidak Baik
2
72
80
90%
Sangat Baik
3
67
80
83%
Sangat Baik
211
240
263%
Sangat Baik
Rata-
rata
70.333
80
87, 66%
Sangat Baik

Pada Tabel tersebut, terlihat bahwa secara keseluruhan tingkat Pendidikan pada kantor Kelurahan Madukkelleng, termasuk dalam kategori sangat baik dengan presentase sebesar 87,66%. Dan semua indikator tingkat pendidikan termasuk dalam kategori yang sudah baik.

c.       Skor Butir Pernyataan Variabel Kinerja Pegawai (Y)
Hasil perhitungan skor setiap indikator pada variabel Kinerja Pegawai (Y) adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5 : Hasil Perhitungan Skor Butir Pernyataan Pada Variabel
Kinerja Pegawai (Y)
No.
Indi-kator
Skor Yang
Diperoleh
Skor Ideal
Persen-tase
(%)
Kriteria
Hitungan
Skor
1
77
80
96%
Sangat Baik
Skor yang diperoleh adalah jumlah skor setiap butir pernyataan.

Skor ideal = nilai tertinggi x jumlah responden (5 x 16) = 90.
       
Persentase = skor yang diperoleh dibagi dengan skor ideal x 100%.



Menurut Ridwan dan Kuncoro
Kriteria Hasil Perhitungan:
1. 80% - 100% : Sangat Baik
2. 60% - < 80% : Baik
3. 40% - < 60% : Cukup Baik
4. 20% - < 40% : Kurang baik
5. 0% - < 20% : Tidak Baik
2
77
80
96%
Sangat Baik
3
74
80
92%
Sangat Baik
4
69
80
86%
Sangat  Baik
5
71
80
88%
Baik
6
70
80
87%
Sangat Baik
7
76
80
95%
Sangat Baik
8
69
80
86%
Sangat Baik
9
73
80
91%
Sangat Baik
10
76
80
95%
Sangat Baik
11
73
80
91%
Sangat Baik
12
73
80
91%
Sangat Baik
878
1440
1094%
Sangat Baik
Rata-
Rata
73,16
80
91,16%
Sangat Baik

Pada Tabel tersebut, terlihat bahwa secara keseluruhan kinerja pegawai pada kantor Kelurahan Maddukkelleng, termasuk dalam kategori yang  sangat baik dengan jumlah presentase  91,16%.

d.      Skor Butir Pernyataan Masing-Masing Dimensi Tingkat Pendidikan Dan Kinerja Pegawai

Tabel 4.6 :Hasil Perhitungan Skor Butir Pernyataan Dimensi Variabel X Pendidikan Formal
No
Indikator
Skor yang diperoleh
Skor ideal
Persentase (%)
Kriteria
1
Pendidikan formal yang tempu adalah sarjana (SB), SMA (B), SMP (C), SD (TB) dan Tidak Sekolah (STB)
72
80
90%
sangat Baik
2
Saya perlu melantkan pendidikan formal untuk meningkatkan kinerja saya
72
80
90%
Sangat Baik
3
Setalah saya bekerja, kantor memberikan kesempatan melanjutkan pendidikan ke luar kota, saudara bersediah memenuhi persyaratan tersebut.
67
80
83%
 Sangat Baik
Ã¥        

211
240
263%
Sangat Baik
Rata rata-


70,333
80
87.66%
Sangat Baik

Berdasarkan tabel  tersebut diatas, dapat diketahui bahwa tingkat penidikanx dalam hal ini pendidikan formal pegawai pada kantor kelurahan maddukelleng termasuk dalam kategori sangat baik dengan jumlah persentase 87,76%
Tabel 4.7 : Hasil Perhitungan Skor Butir Pernyataan Dimensi Variabel  Y
KUANTITAS KERJA
No
Indikator
Skor yang diperoleh
Skor Ideal
Persentase (%)
Kriteria
1
Saya mampu bekerja sama dengan baik dengan sesame rekan di kantor
77
80
96%
Sangat Baik
2
Pekerjaan yang saya tekuni dapat memunculkan gagasan baru untuk meningkatkan kinerja saya
77
80
96%
 Sangat Baik
3
Tingkat pencapaian volume karja yang saya hasilkan telah sesuai dengan harapan kantor
74
80
92%
 Sangat Baik
4
Kantor menetapkan target kerja dengan penuh perhitungan
69
80
86%
Sangat Baik
Ã¥        

297
320
370%
Sangat Baik
Rata – rata

74,25
80
92,5%
Sangat Baik

            Pada tabel tersebut, dapat dilihat bahwa kuantitas pegawai kelurahan maddukellenng termasuk dalam kategori sangat baik dengan jumlah persentase 92,5%.
Tabel 4.8 :  KUALITAS KERJA
No
Indikator
Skor yang diperoleh
Skor Ideal
Persentase
(%)
Kriteria
1
Saya selalu bekerja sesuai prosedur yang ditetapkan kantor
71
80
88%
Sangat Baik
2
Saya jarang membuat kesalahan dalam bekerja
70
80
87%
 Sangat Baik
3
Saya memahami dan menguasai pekerjaan yang menjadi tugas pokok saya
76
80
95%
 Sangat Baik
4
Saya mengerjakan suatu  suatu pekerjaan dengan penuh perhitungan
69
80
86%
Sangat Baik
5
Skill yang saya miliki sesuai dengan pekerjaan yang saya kerjakan
73
80
91%
 Sangat Baik
Ã¥        

399
400
447%
Sangat Baik
Rata – rata

79,8
80
89,4%
Sangat Baik

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kualitas pegawai  kelurahan maddukelleng termasuk dalam kategori sangat baik dengan jumlah persentase 89,4%.

Tabel 4.9 :  KETETAPAN WAKTU
No
Indikator
Skor yang diperoleh
Skor Ideal
Persentase (%)
Kriteria
1
Saya selalu menyelesaikan pekerjaan tepat waktu
76
80
95%
Baik
2
Saya selalu hadir tepat waktu pada saat diadakan rapat
73
80
91%
Cukup Baik
3
Saya mampu menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan standar kantor
73
80
91%
 Baik
Ã¥        

222
240
277%
Baik
Rata - Rata

74
80
92,33%
Baik

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa ketepatan waktu pegawai kelurahan maddukelleng termasuk dalm kategori baik dengan persentase 92,33%.

Untuk membuktikan kebenaran H0 dan H1, maka akan diuji melalui analisi korelasi liner dan regresi sederhana yakni sebagai berikut :
1.      Anaisis Korelasi Linear
Tabel 4.10 : correlations


Kinerja
Tingkat pendidkan
Pearson correlation                                
Kinerja
Tingkat pendidikan
1,000
211
211
1,000
Sig. (1-tailed)
     Kinerja
     Tingkat Pendidikan


217

217

         Untuk memberikan penafsiran terhadp koefisian terhadap korelasi yang didapat, maka dapat di pedomani tabel berikut. (sugiyono. 2006)

Tabel 4.11 : Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r
Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,80 – 1,000
0,60 – 0,799
0,40 – 0,599
0,20 – 0,399
0,00 – 0,199
Sangat kuat
Kuat
Cukup kuat
Rendah
Sangat rendah

         Berdasarkan tabel 4.10 dan tabel 4.11 maka dapat diketahui Rxy=1.000, ini berarti bahwa hubungan antara tingkat pendidikan dengan kinerja pegawai bernilai fositif (+) dengan tingkat hubungannya sangat kuat
         Maka untuk mengetahui besar sumbangan variabel bebas terhadap variabel terikat dapat dilihat pada tabel koefisien determinan sebagai berikut:
Tabel 4.11 : Model Summary Regresi antara Tingkat Pendidikan Dengan Kinerja Pegawai

Model
R
R Square
Adjusted R Square
1
211a
044
-024
a. Predictors: (Constant), Tingkat Pendidikan
b.      Dependent Variable: kinerja

Berdasarkan tabel 4.11 di atas, ternyata Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap Kinerja pegawai, besarnya pengaruh tersebut, yaitu sebesar koefisien determinan Tingkat Pendidikan terhadap Kinerja pegawai 0,2112 x 100% = 04,45%, sedangkan besarnya pengaruh variabel lain terhadap Kinerja pegawai yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini adalah : 100% - 04,45% =95,55%
         Jadi besar sumbangan variabel bebas terhadap terhadap variabel terikat sebesar 04,45%, maka sumbangan dari hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat yakni r ≠ 0, artinya variabel bebas berhubungan dengan variabel terikat.
2.      Analisis Regresi Sederhana

Untuk mengetahui nilai 0 dan 1, digunakan bantuan komputer dengfan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.0, yakni sebagai berikut :

C.    Pembahasan
1.      Peranan Tingkat Pendidikan terhadap Kinerja Pegawai pada Kantor Kelurahan Maddukelleng kec. Tempe kab. Wajo
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diatas membuktikan bahwa tingkat pendidikan mempunyai peranan yang signifikan terhadap kinerja pegawai Kelurahan Maddukelleng Kec. Tempe Kab. Wajo. Hal tersebut dibuktikan sesuai dengan nilai koefisien korelasi linier Rxy = 1.000, nilai ini berarti peranannya sangat kuat. disamping itu pula, koefisien korelasi antara tingkat pendidikan dengan kinerja pegawai pada kantor kelurahan maddukelleng bernilai fositif (+) dan besar sumbangan yang diberikan berdasarkan rumus determinan, yakni sebesar 04,45% dan 95,55% di pengaruhi oleh variabel lain. Maka ini berarti sumbangan dari hubungan tingkat pendidikan terhadap kinerja pegawai yakni r ≠ 0, artinya variabel bebas berhubungan dengan variabel terikat.
Teori yang mengatakan bahwa kinerja pegawai itu merupakan hasil kerja secara kuantitas dan kualitas yang dicapai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. (suprihanto 2000 : 7)
Kaitan dengan keinginan berprestasi tinggi diatas maka pegawai kelurahan hendaknya meninggkatkan kinerja dengan upaya meningkatkan kualitas SDM melalui taraf pendidikan. Misalnya memberikan kesempatan kepada setiap pegawai melanjutkan pendidkannya yang ingin meningkatkan mutu SDMnya. Kemudian memberikan reward misalnya memberikan kenaikan upah atau gaji, insentif atau sejenisnya lainnya yang bisa mendaatangkan hasrat kerja yang tinggi pegawai,  Khususnya pegawai kelurahan maddukelleng kec Tempe kab.Wajo yang dalam hal ini merupakan wewang lurah setempat.
2.      Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Kinerja Pegawai Pada Kantor Kelurahan Maddulleng Kec. Tempe Kab. Wajo.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan analisis regresi segresi sederhana, diperoleh  sebesar …..sedangkan  sebesar ….. Berdasarkan nilai tersebut, didapatkan persamaan regresi yang melukiskan skor ramalan tingkat pendidikan berdasarkan variabel kinerja pegawai sebagai berikut:
Y =  + X
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa jika nilai konstanta sebesar …, artinya jika tingkat pendidikan nilainya adalah 0, maka kinerja pegawai….. Koefisien regresi variabel kinerja sebesar…., nilai koefisien bernilai positif yang berarti bahwa terdapat hubungan positif dan ini berarti 1 tidak sama dengan nol (0) yang berarti tingkat pendidikan berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai. Hal ini berarti bahwa setiap pertambahan nilai Kinerja satu satuan, maka nilai variabel kinrja pegawai pada kantor kelurahan maddukelleng kec. Tempe kab. Wajo  sebesar …..


BAB V
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.      Presentase Tingkat Pendidikan pada Kantor Kelurahan Maddukelleng Kec. Tempe Kab. Wajo berada pada kategori cukup baik, yaitu 74,02%.
2.      Presentase kinerja Pegawai pada Kantor Kelurahan maddukelleng Kec. Tempe Kab. Wajo berada pada kategori baik, yaitu 81,30%.
3.      Berdasarkan hasil yang didapat melalui korelasi linier diperoleh bahwa : Rxy= 1,000 yang berarti hubungan antara tingkat pendidikan dengan kinerja pegawai bernilai fositif (+) dengan tingkat hubungannya rendah, dan besar sumbangan yang diberikan variabel tingkat pendidikan sebesar 04,45%, maka sumbangan dari hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat yakni r ≠ 0, artinya variabel bebas berhubungan dengan variabel terikat
4.      Hasil pengujian hipotesis melalui teknik analisis regresi  diperoleh bahwa : Terdapat pengaruh yang positif antara tingkat pendidikan dengan kinerja pegawai pada kantor kelurahan maddukelleng kec. Tempe kab. Wajo.
B.  Saran
Berdasarkan hasil analisis dengan melihat prospek kedepan, terutama mengenai mutu dan kualitas sumber daya manusi (SDM). Maka peneliti menyarankan :
1.      Dengan melihat besarnya pengaruh variabel tingkat pendidikan terhadap kinerja pegawai pada kantor kelurahan maddukelleng kec. Tempa kab. Wajo sebesar 04, 55%, dan sisanya 95,55% di pengaruhi oleh variabel lain. Untuk itu disarankan pada peneliti untuk memasukkan variabel lain yang masih mempengaruhi kinerja pegawai pada kantor kelurahan Maddukelleng kec. Tempe kab. Wajo
2.      Diharapkan kepada semua pegawai kelurahan Maddukelleng kec. Tempe kab. Wajo khususnya yang masih berpendidikan SMA agar meningkatkan kenerjanya melalui upaya peningkatan taraf pendidikan ketingkat yang lebih tinggi, memperbanyak pelatihan untuk menambah keahlian.


DAFTAR PUSTAKA


Analistat.Com, Korelasi Linear Sederhana, @nalistat.com Solusi mudah untuk masalah statistik anda!

Arikunto, 1996. Prosedur Penelitian. Jakarta.

Bernandin & Russell. yang dikutip oleh Faustino Cardoso Gomes, 1993. Human Resource Management, hal. 135.

Departemen Pendidikan Nasional, 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Dharma, Agus, 2003. Manajemen Supervisi. Hal. 355.

Ginanjar Agustian, Ary, 2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual, ESQ, Emotional Spritual Quotient. Jakarta: Arga.

P. Siagian, Sondang, Prof. Dr. MPA, 1994. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan.

Prabu Mangkunegara, Anwar, 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, hlm. 67

Riduwan dan Engkos Ahmad Kuncoro, 2008. Cara Menggunakan dan Memakai Analisis Jalur (Path Analysis). Bandung: Alfabeta.

S. Nasution, Prof. Dr. M. A, 1988. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung: Tarsito.

Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Suryabrata, Sumadi, BA, Drs., MA., Ed.S., Ph.D, 1983. Metodologi Penelitian, Universitas Gadjah Mada. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang (1995:5)


LAMPIRAN 1

Petunjuk Pengisian Angket
1.      Mohon angket ini diisi oleh Bapak/Ibu/Saudara untuk menjawab seluruh pertanyaan yang telah disediakan.
2.      Berilah tanda (x) pada kolom yang tersediah dan pilih sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
3.      Dalam menjawab pertanyaan ini, tidak ada jawaban yang salah. Oleh sebab itu usahakan agar tidak ada jawaban yang dikosongkan.
4.      Kuesioner ini hanya digunakan untuk penyelesaian data dan penelitian dan karya ilmiah semata.
5.      Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu/Saudara atas partisipasinya guna mensukseskan penelitian ini.

Sengkang, Agustus 2013

Hormat Saya,



Rusna


LAMPIRAN 2 : LEMBAR KUESIONER

A.    IDENTITAS RESPONDEN
No Respoden            :
Pendidikan terakhir   :
B.     DAFTAR PERNYATAAN KUESIONER
1.      Variabel Tingkat Pendidikan (X)
No
Pernyataan
SB (5)
B (4)
C (3)
TB (2)
STB (1)

PENDIDIKAN FORMAL





1
Pendidikan formal yang terakhir saya tempuh adalah: Sarjana (SB), SMA (B), SMP (C), SD (TB), dan Tidak Sekolah (STB)





2
Saya perlu melanjutkan pendidikan formal untuk meningkatkan kinerja saya.





3
Setelah saya bekerja, kantor memberikan kesempatan melanjutkan pendidikan ke luar kota, saudara bersedia memenuhi persyaratan tersebut.






2.      Variabel Kinerja Pegawai (Y)
No
Pernyataan
SB
B
C
TB
STB

KUANTITAS KERJA





4
Saya mampu bekerja sama dengan baik dengan sesama rekan di kantor.





5
Pekerjaan yang saya tekuni dapat memunculkan gagasan baru untuk meningkatkan kinerja saya.





6
Tingkat pencapaian volume kerja yang saya hasilkan telah sesuai dengan harapan kantor.





7
Kantor menetapkan target kerja dengan penuh perhitungan.






KUALITAS KERJA





8
Saya selalu bekerja sesuai prosedur yang ditetapkan kantor.





9
Saya jarang membuat kesalahan dalam bekerja.





10
Saya memahami dan menguasai pekerjaan yang menjadi tugas pokok saya.





11
Saya mengerjakan suatu pekerjaan dengan penuh perhitungan.





12
Skill yang saya miliki sesuai dengan pekerjaan yang saya kerjakan.






KETEPATAN WAKTU





13
Saya selalu menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.





14
Saya selalu hadir tepat waktu pada saat diadakan rapat.





15
Saya mampu menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan standar kantor.






Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment