HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU TERHADAP PEMBERIAN KOLOSTRUM
PADA BAYI BARU
LAHIR
DI RSUD LAMADDUKKELLENG
KABUPATEN
WAJO
A.
Latar
Belakang
Kolostrum adalah
cairan pra-susu yang dihasilkan oleh ibu dalam 24-36 jam pertama setelah melahirkan
(pasca-persalinan).Kolostrum mensuplai berbagai faktor kekebalan (faktor imun)
dan faktor pertumbuhan pendukung kehidupan dengan kombinasi zat gizi (nutrien)
yang sempurna untuk menjamin kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan kesehatan
bagi bayi yang baru lahir.
Setelah ibu
melahirkan bayi, biasanya air susu ibu (ASI) akan keluar dengan sendirinya. ASI
yang pertama keluar biasanya lebih kental dan berwarna kekuningan, ASI ini
biasa kita sebut kolostrum atau biasa dikenal di masyarakat dengan nama susu
jolong. Kolostrum ini sangat dibutuhkan oleh bayi baru lahir sebagai nutrisi
awal yang berpengaruh pada perkembangan dan pertumbuhan bayi, selain itu
kolostrum juga berperan dalam pembentukan awal sistem kekebalan tubuh bayi.
Namun seringkali ibu-ibu kurang mendapatkan informasi tentang manfaat dari
kolostrum ini, sehingga mereka tidak tahu betapa pentingnya kolostrum untuk
bayinya.
Pemberian ASI
yang pertama kali keluar setelah melahirkan dikenal dengan kolostrum, kaya akan
anti bodi dan substansi antiintoksi lainnya setelah persalinan yang melindungi
bayi dari infeksi dan juga mengandung faktor pertumbuhan seperti faktor
efidermal, faktor ini melapisi bagian dalam sekitar pernapasan dan mencegah
penyakit memasuki saluran pencernaan, (Ramainah, 2006)
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
2011 menunjukkan penurunan persentase bayi yang menyusu eksklusif sampai dengan
6 bulan hanya 15,3%. Pemberian ASI/kolostrum kurang dari 1 jam setelah bayi
lahir tertinggi di Nusa Tenggara Timur (56,2%) dan terendah di Maluku (13%) dan
di Sulawesi Selatan hanya 30,1%. Sebagian besar proses menyusui dilakukan pada
kisaran waktu 1- 6 jam setelah bayi lahir, namun masih ada 11,1 % yang
dilakukan setelah 48 jam (Riskesdas, 2011). Jumlah bayi yang diberi ASI
eksklusif/kolostrum di Sulawesi Selatan tahun 2011 yaitu (57,05%) dan tahun
2012 (57,48%), (Profil kesehatan
Sul-Sel, 2012).
Berdasarkan survey awal di Rumah
Sakit Umum Daerah Lamaddukkelleng Kabupaten Wajo 2012 jumlah pasien melahirkan sebanyak 1405
orang, tahun 2013 dari bulan Januari sampai September sebanyak 614 orang. Terdapat
13 ibu postpartum diperoleh bahwa masih terdapat kendala bagi ibu postpartum
dalam memberikan ASI pertama (kolostrum) dikarenakan kondisi ibu itu sendiri
seperti kelelahan sebesar 10 (76,9%) dan 3 ibu postpartum yang malas memebrikan
dan ASInya belum keluar (23,1%). Ini menandakan
bahwa sebagaian besar ibu tidak memberikan kolostrum pada bayinya setelah
melahirkan, (Rekam Medis RSUD Lamaddukkelleng Kabupaten Wajo, 2013).
Berdasarkan uraian di atas maka penulis
tertarik untuk meneliti mengenai “Hubungan
Tingkat Pengetahuan dan
Pendidikan Ibu Terhadap Pemberian Kolostrum Pada Bayi Baru Lahir di RSUD
Lamaddukkelleng Kabupaten Wajo”
B.
Rumusan
Masalah
Bagaimanakah hubungan tingkat pengetahuan dan pendidikan ibu terhadap pemberian kolostrum
pada bayi baru lahir di RSUD Lamaddukkelleng Kabupaten Wajo?.
C.
Tujuan
Penelitian
1.
Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan
pendidikan ibu terhadap pemberian kolostrum pada bayi baru lahir di RSUD
Lamaddukkelleng Kabupaten Wajo.
2.
Tujuan Khusus
a.
Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu terhadap pemberian kolostrum pada bayi baru lahir di
RSUD Lamaddukkelleng Kabupaten Wajo.
b.
Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan ibu terhadap pemberian kolostrum
pada bayi baru lahir di RSUD
Lamaddukkelleng Kabupaten Wajo.
D. Manfaat
Penelitian
1.
Manfaat Ilmiah
Penelitian
ini diharapkan menjadi bahan acuan dalam menambah khasnah ilmu pengetahuan
tentang pemberian kolostrum pada baru lahir.
2.
Manfaat Praktis
Penelitian
ini diharapkan menjadi masukan bagi instansi terkait untuk dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan kebijakan
selanjutnya.
3.
Manfaat Teoritis
Penilitian ini merupakan wadah
untuk menuangkan ide dan buah pikiran ilmiah, dan merupakan pengalaman berharga
untuk menambah wawasan ilmiah khususnya dalam metedeologi penelitian dan pemberian
kolostrum pada bayi baru lahir.
E.
Tinjauan
Pustaka
1.
Tinjauan
Umum Tentang ASI
a.
Pengertian
ASI merupakan makanan pertama,
utama dan terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat
gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. Definisi
WHO menyebutkan bahwa ASI ekslusif yaitu bayi hanya diberi ASI saja, tanpa
cairan atau makanan padat apapun kecuali
vitamin, mineral atau obat dalam bentuk tetes atau sirup sampai usia 6 bulan
(WHO (2002) dalam Azikin, 2011).
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam
larutan protein, laktosa dan garam-garam
organik yang disekresi oleh kelenjar payudara ibu (Mammae), sebagai
makanan utama bagi bayi. ASI sebagai makanan yang alamiah juga merupakan
makanan terbaik yang dapat diberikan oleh seorang ibu kepada anak yang baru
dilahirkannya dan komposisinya yang sesuai untuk pertumbuhan bayi serta ASI
juga mengandung zat pelindung yang dapat menghindari bayi dari berbagai
penyakit (Soetjiningsih, 2007).
b.
Jumlah ASI yang
Diberikan
Seringkali ibu yang menyusui
bertanya tentang berapa seringkah menyusui atau berapa banyak ASI yang harus
diberikan pada bayi, sesuai dengan umur bayi. Secara umum dikatakan bahwa pada
usia 3 bulan bayi menjadi lebih cepat dalam menghabisakan ASI sehingga proses
menyusui menjadi lebih cepat dan lebih jarang setelah usia ini. Namun demikian,
seringkali pola minum ASI pada bayi akan berfluktuasi dalam 6 bulan pertama
kehidupan.
Beberapa membagi frekuensi minum
ASI dengan umur sebagai berikut:
1)
Usia awal lahir hingga
2 bulan
Diusia
ini, bayi biasanya frekuensi menyusui cukup sering dengan rata-rata setiap 1-3
jam sekali.
2)
2 bulan hingga 6 bulan
Direntang
usia ini bayi mulai mampu menghabiskan ASI dengan lebih cepat, sehingga
menyusui menjadi lebih singkat durasinya dan lebih jarang dengan rata-rata
setiap 3-5 jam.
3)
6 bulan hingga 1 tahun
Diusia
ini bayi sudah semakin kuat dalam menyusui dan durasi menyusui menjadi lebih
jarang lagi. Hal penting yang perlu diperhatikan adalah setelah usia 6 bulan
ini bayi sudah membutuhkan makanan tambahan selain ASI.
4)
Setelah satu tahun
Saat
ini bayi mungkin banyak menyusui sebanyak 2 kali perhari. Keuntungan dari
menyusui tidak dibatasi oleh waktu, jika ingin melanjutkan pemberian ASI. Hal
ini dapat dilakukan, hanya biasanya produksi ASI ibu di usia satu tahun ini
sudah menurun, sehingga untuk mencukupi kebutuhan tumbuh kembang bayi
diperlukan makanan yang lebih bervariasi.
c.
Keunggulan ASI
1)
Aspek Gizi
a)
Manfaat kolostrum
-
Kolostrum mengandung
zat kekebalan terutama IgA (immunoglobulin
A) untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare.
-
Jumlah kolostrum yang
diproduksi bervariasi tergantung dari isapan bayi pada hari-hari pertama
kelahiran. walaupun sedikit, namun cukup untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan
gizi. oleh karena itu kolostrum harus diberikan pada bayi.
-
kolostrum mengandung
protein, vitamin A yang tinggi dan mengandung karbohidrat dan lemak rendah,
sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.
-
Membantu mengeluarkan
mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama berwarna hitam kehijauan.
b) Komposisi
ASI
-
ASI mudah dicerna
karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga mengandung enzim-enzim
untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut.
-
ASI mengandung zat-zat
gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan
kecerdasan bayi/anak.
-
Selain mengandung
protein tinggi, ASI memiliki perbandingan antara whei dan casein yang
sesuai untuk bayi. Rasio Whei dan casein merupakan salah satu keunggulan
ASI dibandingkan dengan susu sapi. ASI mengandung Whei lebih banyak yaitu 65:35. komposisi ini menyebabkan protein
ASI lebih mudah diserap, sedangkan pada susu sapi mempunyai perbandingan Whei:Casein adalah 20:80, sehingga tidak
mudah diserap.
c)
Komposisi Taurin, DHA,
dan AA pada ASI
-
Taurin adalah sejenis
asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang berfungsi sebagai
neuro-transmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak.
-
Desosahexanoic Acid
(DHA) dan Arachionic Acid (AA) adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang yang
diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal. jumlah DHA dan AA dalam
ASI sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak. di samping
itu DHA dan AA dalam tubuh dapat dibentuk/disintesa dari substansi
pembentuknya, yaitu masing-masing dari omega 3 dan omega 6.
2)
Aspek Imunologik
a)
ASI mengandung zat anti
infeksi, bersih, dan bebas kontaminasi.
b)
Immunoglobulin
A (IgA) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup
tinggi. Sekretori IgA tidak diserap, tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen
Ecoli dan berbagai virus pada saluran pencernaan.
c)
Laktoferin
yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat zat
besi di saluran pencernaan.
d)
Lysosim,
enzim yang melindungi bayi terhadap bakteri (Ecoli
dan salmonella) dan virus. jumlah
Lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada susu sapi.
e)
Sel darah putih pada
ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil. Terdiri atas 3 macam,
yaitu Brochus-Asociated Lympocyte Tissue
(BALT) antibodi pernapasan, Gut Asociated
Lympocyte Tissue (GALT) antibodi saluran pencernaan, dan mammary Asociated Lympocyte Tissue
(MALT) antibodi jaringan payudara ibu.
f)
Faktor bifidus, sejenis
karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang pertumbuhan bakteri
lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna
untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan.
3)
Aspek Psikologik
a)
Rasa percaya dairi ibu
untuk menyusui bahwa ibu mampu manyusui dengan produksi ASI yang mencukupi
untuk bayi. Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih sayang terhadap bayi
akan meningkatkan produksi hormon terutama oksitosin yang pada akhirnya akan
meningkatkan produksi ASI
b)
Interaksi ibu dan
bayi:pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi tergantung pada keatuan ibu
bayi tersebut.
c)
Pengaruh kontak
langsung ibu-bayi:ikatan kasih sayang ibu-bayi terjadi karena berbagai
rangsangan seperti sentuhan kulit. bayi akan merasa aman dan puas karena bayi
merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah
dikenal sejak bayi masih ada dalam rahim.
4)
Aspek Kecerdasan
a)
Interaksi ibu-bayi dan
kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk perkembangan sistem syaraf otak
yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi.
b)
Penelitian menunjukkan
bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ point 4,3 point lebih tinggi
pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8,3 point
lebih tinggi pada usia 8,5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi
ASI
5)
Aspek Neurologis
Dengan mengisap payudara,
koordinasi syaraf menelan, mengsiap, dan bernapas yang terjadi pada bayi baru
lahir dapat lebih sempurna.
6)
Aspek Ekonomis
Dengan meyususi secara eksklusif,
ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan bayi sampai berumur 4 bulan.
dengan demikian, akan menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu
formula dan peralatannya.
7)
Aspek penundaan
kehamilan
Dengan menyusui secara eksklusif
dapat menunda haid dan kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat
kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal sebagai metode Amenorea Laktasi
(MAL) (Nurhaeni,
2009).
2.
Tinjauan
Umum Tentang Kolostrum
a.
Pengertian
Kolostrum atau jolong berasal dari
bahasa latin “colostrum”, adalah jenis susu yang dihasilkan oleh kelenjar susu
dalam tahap akhir kehamilan dan beberapa hari setelah kelahiran bayi
(Proverawati, 2010).
Kolostrum adalah cairan pra susu yang dihasilkan dalam 24-36
jam pertama setelah melahirkan (pasca persalinan) (Proverawati, 2010).
Menurut Weni (2011), kolostrum
adalah ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga setelah bayi
lahir. Kolostrum merupakan cairan yang agak kental berwarna kekuning-kuningan,
lebih kuning disbanding dengan Asi matur, bentuknya agak kasar karena
mengandung butiran lemak dan sel-sel epitel.
b.
Komposisi Kolostrum
Kolostrum adalah cairan yang
dihasilkan oleh kelenjar payudara setelah melahirkan (2-4 hari) yang berbeda
karakteristik fisik dan komposisinya dengan ASI matang dengan volume 150-300
ml/hari. Berwarna kuning kecemasan atau krem (creamy). Lebih kental dibandingkan dengan cairan susu tahap
berikutnya. Kolostrum mempunyai kandungan yang tinggi protein, vitamin yang
terlarut dalam lemak, mineral - mineral dan immunoglobulin. Immunoglobulin ini
merupakan antibody dari ibu untuk bayi yang juga berfungsi sebagai imunitas
pasif untuk bayi. Imunitas pasif akan melindungi bayi dari berbagai bakteri dan
virus yang merugikan. Kolostrum juga merupakan pembersih usus bayi yang
membersihkan mikonium sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih
dan siap menerima ASI.
b.
Pembentukan Kolostrum
Tubuh ibu mulai memproduksi kolostrum
pada saat usia kehamilan tiga sampai empat bulan. Tapi umumnya para ibu tidak
memproduksinya kecuali saat ASI ini bocor sedikit menjelang akhir
kehamilan. Pada tiga sampai empat bulan
kehamilan, prolaktin dari adenohipofise (hipofise anterior) mulai merangsang
kelenjar air susu untuk menghasilkan kolostrum. Pada masa ini pengeluaran
kolostrum masih dihambat oleh estrogen dan progesterone, tetapi jumlah
prolaktin meningkat hanya aktivitas dalam pembuatan kolostrum yang ditekan
(Roesli, 2008)
Sedangkan pada trimester kedua
kehamilan, laktogen plasenta mulai merangsang pembuatan kolostrum. Keaktifan
dari rangsangan hormon-hormon terhadap pengeluaran air susu telah didemonstrasikan
kebenarannya bahwa seorang ibu yang melahirkan bayi berumur empat bulan dimana
bayinya meninggal tetap keluar kolostrum.
c.
Fungsi Kolostrum
Kolostrum dapat berfungsi sebagai
perlindungan terhadap infeksi pada bayi, yaitu (Anik, 2012) :
1)
Apabila ibu terinfeksi,
maka Sel darah putih dalam tubuh ibu membuat perlindungan terhadap ibu.
2)
Sebagian sel darah
putih menuju payudara dan membentuk antibody.
3)
Antibody
yang terbentuk, keluar melaui ASI sehingga
melindungi bayi.
d.
Manfaat Kolostrum
Kolostrum mengandung
zat kekebalan terutama IgA (Imunoglobulin-A)
untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare. Jumlah
kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung hisapan bayi pada hari-hari
pertama kelahiran. Walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi
bayi. Oleh karena itu kolostrum harus diberikan pada bayi. Kolostrum mengandung
protein, vitamin A yang tinggi dan mengandung karbohidrat dan leak rendah,
sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Membantu
mengeluarkan meconium yaitu kotoran bayi yang pertama berwarna hitam kehijauan
(Eva, 2010).
Sedangkan menurut Proverawati, (2010),
Kolostrum mempunyai beberapa macam manfaat utama, diantaranya adalah sebagai
berikut :
1) Kolostrum
berkhasiat khusus untuk bayi dan komposisinya mirip dengan nutrisi yang
diterima bayi selama di dalam rahim.
2) Kolostrum
bermanfaat untuk mengenyangkan bayi pada hari-hari pertama hidupnya.
3) Seperti
imunisasi, kolostrum memberi antibodi kepada bayi (perlindungan terhadap
penyakit yang sudah pernah dialami sang ibu sebelumnya).
4) Kolostrum
mengandung sedikit efek pencahar untuk menyiapkan dan membersihkan sistem
pencernaan bayi dari mekonium.
5) Kolostrum
mengurangi konsentrasi bilirubin (yang menyebabkan bayi kuning) sehingga bayi
lebih terhindar dari jaundice.
6) Kolostrum
membantu pembentukan bakteri bagus untuk pencernaan.
e.
Komponen Bioaktif Dalam
Kolostrum
Menurut Proverawati (2010),
komponen bioaktif dalam kolostrum dikelompokan menjadi tiga faktor yaitu :
1)
Kolostrum Sebagai
Faktor Imunitas Tubuh
Adanya
berbagai penyakit degeneratif (keturunan) dan infeksi yang menyerang manusia
adalah disebabkan oleh lemahnya sistem imunitas tubuh (Proverawati, 2010). Penelitian
secara medis menunjukkan bahwa kolostrum:
a) Mempunyai
faktor imunitas yang kuat (Immunoglobin,
Lactoferin, Lactalbumin, Glycooprotein, Cytokines dll) yang membantu melawan
virus, bakteri, jamur, alergi, dan toksin.
b) Membantu
mengatasi berbagai masalah usus, auto imunitas, arthritis, alergi HIV.
c) Membantu
menyeimbangkan kadar gula dalam darah dan sangat bermanfaat bagi penderita
diabetes.
d) Kaya
akan kandungan Transforming
growth factor-β (TGF-β) superfamili
sinyal memainkan peran penting dalam regulasi pertumbuhan sel, diferensiasi,
dan pengembangan dalam berbagai sistem biologi yang mendukung terapi
penderita kanker, pembentukan tulang dan mencegah penyakit herpes. Mengandung Imunoglobin yang telah terbukti dapat
berfungsi sebagai anti virus, anti bakteri, anti jamur dan anti toksin.
2)
Faktor Pertumbuhan
Kolostrum
mengandung faktor pertumbuhan alami yang berfungsi untuk :
a) Meningkatkan
sistem metabolisme tubuh.
b) Memperbaiki
sistem DNA & RNA tubuh.
c) Mengaktifkan
sel T.
d) Mencegah
penuaan dini.
e) Merangsang
hormon pertumbuhan (HGH)
f) Membantu
menghaluskan kulit dan menyehatkan kulit
g) Menghindari
Osteoporosis
h) Memperbaiki
dan meningkatkan pertumbuhan jarinagn tubuh.
i) Kolostrum
mengandung mineral, antioksidan, enzim asam amino dan vitamin A, B12 Dan E
(Atikah P& Eni R, 2010).
3)
Faktor nutrisi
Kolostrum
adalah konsentrasi tinggi karbohidrat, protein, dan zat kebal tubuh. Zat kebal
yang ada antara lain adalah : IgA dan sel darah putih. Kolostrum amat rendah
lemak, karena bayi baru lahir memang tidak mudah mencerna lemak. Satu sendok
the kolostrum memilki nilai gizi sesuai dengan kurang lebih 30 cc susu formula.
Usus bayi dapat 1 sendok the kolostrum tanpa ada yang terbuang, sedangkan untuk
30 cc susu formula yang diisapnya, hanya satu sendok teh saja yang dapat
diserap oleh usus.
Pada
hari pertama mungkin hanya diperoleh 30 cc. namun, dalam setiap tetesnya
terdapat berjuta-juta satuan zat antibodi. SigA adalah antibodi yang hanya
terdapat dalam ASI. Kandungan SigA dalam kolostrum pada hari pertama adalah 800
gr/100 cc. selanjutnya mulai berkurang menjadi 600 gr/100 cc pada hari kedua,
400/ gr/100 cc pada hari ketiga, dan 200 gr/100 cc pada hari keempat.
3.
Tinjauan
Umum Tentang Pengetahuan
a.
Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil
tahu dan ini terjadi setelah orang mengadakan pengindraan terhadap suatu objek
tertentu. Pengindraan terhadap objek terjadi melalui panca indra manusia yakni
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu
penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh
intensitas perhatian persepsi terhadap obyek.Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga (Wawan, 2010).
Pengetahuan merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang karena dari pengalaman dan
penelitian ternyata perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Pengetahuan dapat diperoleh antara
lain melalui pendidikan formal, informal maupun non formal. Untuk memperoleh
data tentang pengetahuan seseorang mengenai suatu hal adalah dengan tes secara
lisan dan secara tertulis yang dapat mengukur bidang kognitif seseorang.
b.
Tingkat Pengetahuan
Menurut Wawan (2010), tingkat
pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :
a) Tahu
(Know)
Tahu diartikan sebagai
mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.Termasuk kedalam
pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik
dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.Oleh
sebab itu “tahu”ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
Ukuran bahwa seseorang itu tahu adalah ia dapat menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan dan menyatakan.
b) Memahami
(Comprehention)
Kemampuan untuk menjelaskan
dan menginterprestasikan dengan benar tentang obyek yang diketahui.Seseorang
yang telah paham tentang sesuatu harus dapat menjelaskan, memberikan contoh dan
menyimpulkan.
c) Penerapan
(Application)
Kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang nyata atau dapat
menggunakan hukum-hukum, rumus, metode dalam situasi nyata.
d) Analisis
(Analysis)
Suatu kemampuan untuk
menyatakan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih di
dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Ukuran kemampuan adalah ia dapat menggambarkan, membuat bagan, membedakan,
memisahkan, membuat baagan proses adopsi perilaku, dan dapat membedakan
pengertian psikologi dan fisiologi.
e) Sintesis
( Synthesis)
Suatu kemampuan untuk
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi yang ada. Ukuran
kemampuan adalah ia dapat menyusun, meringkaskan, merencanakan, dan
menyesuaikan suatu teori atau rumusan yang telah ada.
f) Evaluasi
(Evaluation)
Kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu objek.Evaluasi dapat menggunakan kriteria yang telah
ada atau disusun sendiri.Pengetahuan dapat diperoleh baik melalui pendidikan
formal maupun non formal, hasil tahu, melalui pengukuran objek tertentu.
Pengetahuan dapat diukur bidang kognitif baik secara lisan maupun secara tulisan
mencakup 6 tingkatan : tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesi dan evluasi.
Tingkat pengetahuan dapat diperlihatkan apabila pengetahuan yang dimiliki
tinggi, maka informasi yang disampaikan akan lebih jelas dan mudah diterima
oleh orang lain (Wawan, 2010).
Dengan demikian semakin tinggi
tingkat pengetahuan seseorang, maka akan semakin baik pula informasi yang
disampaikan.
c.
Faktor Yang
Mempengaruhi Pengetahuan
Adapun faktor-faktor yang
mempengaruihi pengetahuan adalah sebagai berikut (Wawan, 2010) :
1) Faktor
internal
a) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang
diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita
tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk
mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan untuk mendapat inforamasi
misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut YB dan Mantra yang
dikutip Notoatmodjo (2010), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk
juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotipasi untuk sikap
berperan serta dalam pembangunan. Pada umumnya makin tinggi pendidikan
seseorang makin mudah menerima informasi.
b) Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan oleh manusia untuk tujuan tertentu yang
dilakukan dengan cara yang baik dan benar. Manusia perlu bekerja untuk
mempertahankan hidupnya. Dengan bekerja seseorang akan mendapatkan uang. Uang
yang diperoleh dari hasil bekerja tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan
hidup. Oleh sebab itu, uang tersebut harus berasal dari hasil kerja yang halal.
Bekerja yang halal adalah bekerja dengan cara-cara yang baik dan benar.
Pekerjaan bukan sumber kesenangan, terapi lebih banyak merupakan cara mencari
nafkah yang membosankan, berulang dan banyak rintangan. Sedangkan bekerja pada
umumnya merupakan pekerjaan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan
mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.
c) Umur
Usia adalah umur individu yang
terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Makin cukup umur,
tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan
bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yamng lebih dewasa
dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaanya dan kematangan jiwa.
2) Factor
eksternal
a) Faktor
lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh
kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan
dan perilaku orang atau kelompok.
b) Sosial
budaya
Sistem sosial budaya yang ada
pada masyarakat dapat mempengaruhi dari
sikap dalam menerimah informasi.
Pengukuran
pengetahuan dapat dilakukan dengan waancara atau angket yang menayakan isi
materi yang diukur dari objek penelitian atau responden kedalam pengetahuan
yang ingin kita ketahui atau kita ukur.
4.
Tinjauan
Umum Tentang Pendidikan
a.
Pengertian
Pengertian
pendidikan adalah salah satu proses di mana suatu bangsa mempersiapkan generasi
mudanya untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan kehidupan secara
efektif dan efesien. Pendidikan lebih dari sekedar pengajaran, karena dalam
kenyataan pendidikan adalah suatu proses di mana suatu bangsa atau negara
membina dan mengembangkan kesadaran diri di antara individu-individu (Mufidatul
Esti, 2009)
Menurut
K.H. Dewantara “pendidikan adalah tuntunan di dalam hidup tumbuh anak-anak,
adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada
pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat
dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi – tingginya (Mufidatul
Esti, 2009)
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, dijelaskan tentang pengertian
pendidikan sebagai berikut: Pendidikan adalah proses membimbing manusia dari
kegelapan, kebodohan dan kecerdasan pengetahun. Dalam artian, pendidikan baik
yang formal maupun informal, meliputi segala yang memperluas segala pengetahuan
manusia tentang dirinya sendiri dan tentang dunia di mana hidup (Mufidatul
Esti, 2009)
Dari
keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan ialah usaha untuk manusia
secara sadar bertujuan mengembangkan jasmani dan rohani anak didik sampai
tujuan yang dicita-citakan oleh pendidikan, hal ini mengandung arti bahwa
pendidikan merupakan suatu proses yang kontinyu (Mufidatul Esti, 2009).
2.
Faktor Yang
Mempengaruhi Pendidikan
Kelancaran
proses pendidikan dan keberhasilan pendidikan tidak dapat dibebankan secara
berat pada salah satu faktor pendidikan. Ada tiga faktor utama yang mendukung
terlaksananya pendidikan yaitu faktor pendidik, faktor anak didik, dan faktor
pergaulan mendidik (Mufidatul Esti, 2009).
Dalam
pendidikan harus ada ketiga faktor di atas. Pendidikan harus ada pendidik,
yaitu orang yang bertanggung jawab atas pertumbuhan anak, baik itu orang tua,
guru, ataupun pemimpin masyarakat. Dalam pendidikan harus juga ada anak-anak
yang dididik, yaitu mereka yang perlu ditolong agar pertumbuhan mereka mencapai
tingkat dewasa. Dengan hanya dua faktor ini pendidikan belum bisa berlangsung. Pendidikan
masih memerlukan satu faktor lagi, yaitu pergaulan mendidik dalam arti pergaulan
yang membawa anak didik ke tingkat dewasa. Dari ketiga faktor pendidikan di
atas, bahwa faktor yang paling menentukan ialah orang tua, faktor pendidik,
seperti pembinaan yang telah diperolehnya, kemampuan, atau keterampilannya
dalam melakukan tugas sebagai guru, kepribadiannya, atau falsafah hidup yang
dianutnya, tujuan guru dalam melakukan tugas guru, teoribelajar dan mengajar
yang dianutnya. Semua itu akan memberikan cap pada pekerjaannya dan menentukan
hasil pendidikan yang diberikan (Mufidatul Esti, 2009).
3.
Jenis dan Jenjang
Pendidikan
Dalam
UU SISDIKNAS pasal 14 dinyatakan bahwa jenjang pendidikan formal yang termasuk
jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan dasar (SD), pendidikan
menengah pertama (SMP), pendidikan menegah atas (SMA), dan pendidikan tinggi
(PT). Pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap, kemampuan
serta membentuk pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup
di masyarakat.selain itu berfungsi pula sebagai landasan untuk jenjang
pendidikan menengah karena tidak cukup hanya dengan mengenyam pendidikan dasar
saja untuk memperluas wawasan dalam membina rumah tangganya dengan segala
problemnya nanti. Pendidikan menengah diselenggarakan untuk melanjutkan dan
meluaskan pendidikan dasar dan juga memiliki kemampuan mengenai hubungan timbal
balik dengan lingkungan sosial budaya dan juga alam sekitarnya. Dalam
pendidikan menengah ini kedewasaan seseorang mulai tumbuh dan berkembang dalam
menentukan jalan hidup yang akan dijalaninya. Pendidikan tinggi diselenggarakan
untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan akademik dan profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan
menciptakan ilmu pengetahuan teknologi dan kesenian (Mufidatul Esti, 2009).
F.
Kerangka
Konsep
1.
Dasar
Pemikiran Variabel Yang di Teliti
Berdasarkan uraian pada tinjauan
pustaka maka kerangka berpikir peneliti dalam bentuk sebuah kerangka konsep
seperti yang terlihat dibawah ini.
Pengetahuan
|
Pendidikan
|
Pemberian
kolostrum pada bayi baru lahir
|
Sosial Ekonomi
|
Keterangan :
:
Variabel Independen
:
Variabel Dependen
:
Variabel yang diteliti
:
Variabel yang tidak diteliti
2.
Hipotesis Penelitian
a.
Hipotesis Nol (Ho)
a) Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan pemberian
kolostrum pada bayi baru lahir
b) Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan pemberian
kolostrum pada bayi baru lahir
b.
Hipotesis Alternatif
(Ha)
a) Ada hubungan antara pengetahuan dengan pemberian
kolostrum pada bayi baru lahir
b) Ada hubungan antara pendidikan dengan pemberian kolostrum
pada bayi baru lahir
3.
Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
a.
Pengetahuan
Yang dimaksud pengetahuan pada penelitian ini adalah kemampuan
ibu menjelaskan tentang pemberian kolostrum. Dengan menggunakan skala gutman 10 pertanyaan,
dengan skor/hasil ukur, benar = 1dan
salah = 0.
Kriteria Objektif :
Baik : jika nilai jawaban responden > 5 dari nilai rata-rata
Kurang : jika
nilai jawaban responden ≤ 5 dari nilai
rata-rata
b. Pendidikan
Yang dimaksud pendidikan disiniadalahtingkat pendidikan
responden dapat dilihat dari pendidikan formal dari yang berpendidikan SD, SMP,
SMA dan Perguruan Tinggi.
Kriteria Objektif :
Tinggi : jika responden tamat SMA / perguruan tinggi
Rendah :
Jika responden tamat SMP dan SD
c.
Pemberian
kolostrum pada bayi
Yang dimaksud dengan pemberian kolostrum disini adalah pengetahuan
ibu tentang pemberian kolostrum pada bayi, dalam
waktu 24-36 jam pertama setelah melahirkan sebagai salah satu faktor imunitas
tubuh. Dengan menggunakan skala gutman
6 pertanyaan, dengan skor/hasil ukur,
benar = 1 dan salah = 0.
Kriteria Objektif :
Baik : jika nilai jawaban responden >3 dari nilai
rata-rata
Kurang : jika
nilai jawaban responden ≤ 3 dari nilai
rata-rata
G.
Metodologi
Penelitian
1.
Jenis
dan Metode Penelitian
Penelitian ini
adalah penelitian non eksperimen dengan metode pendekatan deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional. Dimana
variabel independen dan variabel dependen diukur atau diobservasi hanya satu
kali pada satu saat (Nursalam, 2011).
2.
Tempat
dan Waktu Penelitian
a.
Tempat Penelitian
Penelitian
akan dilaksanakan di RSUD Lamaddukkelleng Kabupaten Wajo
b.
Waktu Penelitian
Penelitian
ini akan dilaksanakan pada bulan Desember 2013 – Januari 2014
3.
Populasi
dan Sampel
a.
Populasi
Populasi
dalam penelitian ini adalah semua ibu pasca persalinan yang dirawat di RSUD
Lamaddukkelleng Kabupaten Wajo. Berdasarkan data rekam medis RSUD Lamaddukkelleng
Kabupaten Wajo sebanyak 614 orang dari bulan Januari-September 2013 atau
rata-rata 68 tiap bulannya.
b.
Sampel
Sampel dalam penelitian ini
adalah ibu yang pasca persalinan dan
berada di ruang PNC RSUD Lamaddukkelleng Kabupaten Wajo. Dengan metode
pengambilan sampel yaitu Nonprobability “Accidental
Sampling” pemilihan sampel dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria
penelitan yang kebetulan pada saat penelitian berada di tempat pelaksanaan
penelitian (Nursalam, 2011).
1)
Besar sampel
Untuk menentukan besar sampel pada
penelitian ini menggunakan rumus :
Dimana :
n :
Jumlah sampel
N : Jumlah
populasi
d :
interval
kepercayaan (0,1) (Nursalam, 2008).
Jadi
besar sampel pada penelitian ini adalah = 40 responden
2)
Kriteria sampel
Adapun kriteria pengambilan sampel dalam
penelitian sebagai berikut :
a)
Kriteria
Inklusi
-
Ibu yang memberikan ASI
pada anaknya sejak lahir
-
Ibu bersalin yang
dirawat di RSUD Lamaddukkelleng Kabupaten Wajo
-
Ibu
yang bersedia menjadi responden
-
Ibu yang melahirkan normal
b)
Kriteria
Ekslusi
-
Ibu
yang tidak bersedia menjadi responden
-
Ibu
yang memberikan susu formula pada anaknya
-
Ibu bersalin dengan
sectio caesaria
4.
Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan
data penelitian dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Dalam tahap awal,
peneliti menjelaskan tentang penelitian yang dilakukan dan tujuannya. Jika
calon responden setuju menjadi responden dan memenuhi kriteria inklusi yang
telah ditentukan, maka peneliti akan memberikan lembar kuesioner dan terlebih
dahulu menjelaskan bagaimana cara pengisian kuesioner.
Kuesioner harus diisi saat itu juga dan saat
pengisian kuesioner peneliti harus
berada disekitar responden, hal ini bertujuan agar dapat memberikan keterangan
secara langsung, bila ada pertanyaan dari responden. Setelah diisi, kuesioner
diserahkan kepada peneliti untuk diperiksa apakah jawaban sudah terisi dan
selanjutnya dianalisa.
5.
Langkah Pengolahan Data
Pengolahan
data dilakukan secara manual (dengan mengisi koesioner yang disediakan),
selanjutnya menggunakan bantuan program SPSS dengan urutan sebagai berikut :
a.
Seleksi (Selecting)
Seleksi
merupakan pemilihan untuk mengklarifikasi data menurut kategori.
b. Mengedit
(Editing)
Editing dilakukan untuk meneliti
setiap daftar pertanyaan yang sudah diisi, editing meliputi kelengkapan
pengisian, kesalahan pengisian dan konsistensi dari setiap jawaban.
c. Pengkodean (Koding)
Koding merupakan tahap selanjutnya
dengan memberi kode pada jawaban dari responden tersebut.
d. Tabulasi
Data (Tabulating)
Setelah dilakukan kegiatan editing
dan koding dilanjutkan dengan mengelompokan data ke dalam suatu tabel menurut
sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian.
6.
Analisa Data
Setelah data ditabulasi maka
pengolahan data dilakukan dengan menggunakan computer program SPSS yang
meliputi :
a.
Analisa Univariat
Analisa univariat
dilakukan terhadap sikap variabel dari hasil penelitian. Analisa ini
menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel yang diteliti.
b.
Analisa Bivariat
Dilakukan terhadap
tiap-tiap variabel independen dan variabel dependen dengan menggunakan Uji Chi-Square dengan batas kemaknaan p (α) < 0,05 yang berarti ada
hubungan antara dua variabel yang diukur Ha diterima dan Ho ditolak. Apabila p (α) > 0,05 maka Ho diterima dan Ha
di tolak yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara dua variabel yang
diukur
7.
Etika
Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini menekankan
pada masalah etika yang meliputi ;
a.
Informed
Consent (Lembar Persetujuan)
Lembaran persetujuan
ini diberikan pada responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi
dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian, bila subjek menolak maka
peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-hak subjek.
b.
Anonymit
(Tanpa Nama)
Untuk
menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan nama responden tetapi
lembar tersebut diberikan kode.
c.
Confidentiality
(Kerahasiaan)
Kerahasiaan
informasi responden dijamin peneliti hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan sebagai hasil penelitian. Data ini hanya boleh diakses oleh peneliti
dan pembimbing dan data ini disimpan dengan aman oleh peneliti untuk jangka
waktu tidak kurang dari tiga tahun kemudian data ini akan dimusnahkan.
Blogger Comment
Facebook Comment