TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN
CARA MENYUSUI YANG BENAR PADA IBU POST PARTUM
DI PUSKESMAS TANASITOLO
A. Latar
Belakang
Menyusui pada bayi adalah
masa emas karena dalam ASI terkandung zat dan nutrisi penting bagi si bayi.
Bahkan, nutrisi itu bisa menyelamatkan si bayi dari kemungkinan meninggal pasca
kelahiran. Pemberian ASI pada satu jam pertama bisa mengurangi angka kematian
bayi hingga 22% (Utami Roesli, 2010)
ASI merupakan makanan yang paling tepat bagi bayi, karena mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan bayi, mudah dicerna dan
memberikan perlindungan terhadap infeksi, ASI selalu segar, bersih dan siap
diminum (Depkes RI, 2011).
Mengingat pentingnya menyusui bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik
maupun mental dan kecerdasan anak, maka perlu perhatian agar dapat terlaksana
dengan benar. Faktor keberhasilan dalam
menyusui adalah dengan menyusui secara dini dengan posisi yang benar, teratur
dan eksklusif.
1
|
Dipandang dari sudut ekonomi menyusui
eksklusif juga sangat menguntungkan baik bagi keluarga maupun untuk
negara. Krisis ekonomi yang
berkepanjangan telah berdampak buruk bagi kondisi kesehatan dan status gizi
masyarakat. Akhir-akhir ini banyak
dilaporkan kasus-kasus gizi buruk pada anak balita dari berbagai propinsi di
Indonesia, yang lebih memprihatinkan adalah bahwa 11,7% dari gizi buruk itu
terdapat pada bayi berumur kurang dari 6 bulan.
Hal ini di sebabkan
karena tingkat pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang benar.(Suradi Rulina, 2003).
Dari survei yang dilaksanakan pada tahun 2011 oleh Nutrition & Health Surveilance System (NSS) kerjasama dengan Balitbangkes dan Helen
Keller International di 4 perkotaan (Jakarta, Surabaya, Semarang, Makassar) dan
8 Pedesaan (Sumbar, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, NTB, Sul-Sel),
menunjukkan bahwa cakupan ASI eksklusif 4 - 5 bulan di perkotaan antara 4% - 12%, sedangkan di pedesaan 4% - 25 %.
Pencapaian ASI eksklusif 5 – 6 bulan di perkotaan berkisar antara 1% - 13 %
sedangkan di pedesaan 2% - 12%. (Dinas Kesehatan Kota Semarang).
Berdasarkan data Sub
Dinas Kesehatan Keluarga Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2012. cakupan menyusui
eksklusif di Propinsi Sulawesi selatan sebesar 58,76%, sedangkan cakupan posisi
menyusui yang benar di Kabupaten Wajo 63,59%. Hal ini belum mencapai target
Nasional yang diharapkan oleh Departemen Kesehatan RI dimana ditargetkan pada
tahun 2011 80% wanita Indonesia sudah menyusui dengan baik. (REFERENSI)
Data yang di peroleh dari
pencatatan dan pelaporan Puskesmas Tanasitolo, Jumlah ibu Post Partum pada
bulan Juli tahun 2014 sebanyak 23 ibu dan dari jumlah tersebut ibu yang post
partum yang mengetahui tentang cara menyusui yang benar sebanyak 15 orang. (REFERENSI)
Berdasarkan uraian latar belakang masalah
di atas, dan mengingat pentingnya untuk menyusui yang baik bagi tumbuh kembang yang
optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasan anak, maka peneliti tertarik
untuk melakukan suatu penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan cara menyusui yang benar di wilayah kerja Puskesmas Tanasitolo yang dibatasi pada faktor pendidikan, paritas dan umur ibu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut :
1.
Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu
dengan cara menyusui yang benar pada ibu post partum?
2.
Apakah ada hubungan antara paritas ibu dengan cara menyusui yang benar pada ibu post partum?
3.
Apakah ada hubungan antara umur dengan cara menyusui
yang benar pada ibu post partum
C. Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap
bu dengan cara menyusui di wilayah kerja Puskesmas Tanasitolo.
2.
Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat
pendidikan ibu dengan cara menyusui yang benar pada ibu post partum.
b. Untuk mengetahui hubungan paritas ibu dengan cara menyusui yang benar pada ibu post
partum.
c. Untuk mengetahui hubungan umur ibu dengan cara menyusui yang benar pada ibu post
partum.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan bahwa hasilnya dapat dimanfaatkan
sebagai berikut :
1.
Manfaat Praktis
Melengkapi infromasi bagi
pihak pengambil kebijakan dalam menyusun dan merencanakan berbagai program
tindakan yang lebih berdaya guna dalam upaya peningkatan cara menyusui.
2.
Manfaat bagi Peneliti
Sebagai aplikasi ilmu yang
didapat untuk menambah wawasan dalam memecahkan masalah kesehatan ibu dan anak
terutama berkaitan dengan gizi bayi.
E. Tinjauan
pustaka
1.
Tinjauan tentang Pengetahuan
2.
Tinjauan tentang Sikap
3.
Tinjauan Tentang ASI
a. Pengertian
Air susu ibu (ASI) adalah makanan terbaik dan alamiah
untuk bayi (Depkes RI, 2011)
b. Komposisi ASI
Komposisi ASI tidak konstan dan tidak sama dari waktu ke
waktu akan tetapi komposisi ASI tersebut sesuai dengan kebutuhan bayi. Adapun
komposisi ASI tersebut adalah ; Cukup mengandung asam lemak esensial (ALE), DHA
dan AA, mengandung lipase; protein dengan jumlah yang sesuai, rasio whey :
casein yaitu 65 ; 35 sehingga mudah dicerna; zat besi dalam jumlah kecil tapi
mudah dicerna; mengandung garam dan mineral yang lebih rendah dibanding susu
sapi; mengandung vitamin yang diperlukan bayi misalnya, vitamin K, vitamin E,
dan vitamin D; Mengandung zat protektif, laktobasilus bifidus, laktoferin,
lisozim, komplemen C3 dan C4, faktor antistreptokokus
(Depkes RI, 2010)
c. Keunggulan ASI (Depkes RI, 2010)
1) Mengandung Ig A untuk
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi khususnya diare.
2) ASI mudah dicerna, karena
selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga mengandung
enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI.
3)
ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang
berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi/anak.
4)
Mengandung protein yang tinggi, perbandingan antara
Whey dan Casein yang sesuai untuk bay i, Rasio Whey : Casein yaitu
65:35, komposisi ini menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap.
5) Mengandung Taurin yang
berfungsi sebagai neuro transmitter dan berperan penting untuk proses maturasi
sel otak.
6) Decosahexanoic Acid (DHA) dan
Arachidonic Acid (AA) diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal.
7) ASI bersih/bebas kontaminasi
d. Manfaat ASI (Suradi Rulina, 2013)
1) Nutrien (zat gizi) yang sesuai
untuk bayi, ASI mengandung asam lemak
esensial (ALE), DHA dan AA, lipase, protein dengan jumlah yang sesuai, rasio
whey : casein yaitu 65 ; 35, zat besi dalam jumlah kecil tapi mudah dicerna,
garam dan mineral yang lebih rendah dibanding susu sapi; vitamin yang
diperlukan bayi misalnya, vitamin K, vitamin E, dan vitamin D dan nutrisi yang
terkandung pada ASI sangat mudah diserap oleh bayi.
2) Mengandung zat protektif
(imunitas), Immunoglobulin terutama Ig.A yang berfungsi melumpuhkan bakteri
patogen, E.coli dan berbagai virus dalam saluran pencernaan; lysosim, enzim ini
aktif mengatasi bakteri E.coli dan salmonella; sel darah putih : Bronchus
Asosiated Lympocyte Tissue (BALT) yang menghasilkan antibody terhadap infeksi
saluran pernapasan, Gut Asosiated Lympocite Tissue (GALT) yang menghasilkan
antibody terhadap saluran pencernaan, Mammary Asosiated lympocite (MALT) yang
menyalurkan antibody melalui jaringan payudara ibu dan memproduksi Ig.A,
laktoferin, lisosim dan interferon; faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang
mengandung nitrogen, menunjang pertumbuhan bakteri lacto bacillus bifidus yang
menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat pertumbuhan
bakteri yang merugikan.
3) Mengurangi resiko diare,
infeksi jalan napas, alergi, infeksi saluran kencing, dan juga menurunkan
resiko kematian bayi mendadak
4) Menyebabkan pertumbuhan dan
perkembangan yang baik oleh karena komposisi nutrisi ASI sesuai dan mudah
diserap oleh bayi.
5) Mengurangi kejadian karies
dentis karena mengandung mineral selenium.
6) Mengurangi kejadian maloklusi,
telah dibuktikan bahwa salah satu penyebab maloklusi rahang adalah kebiasaan
lidah yang mendorong kedepan akibat menyusu dengan botol dan dot.
4.
Menyusui Yang benar
a. Pengertian
Menyusui adalah pemberian air susu ke bayi atau anak kecil yang
dengan menggunakan refleksk hisap untuk mendapatkan putting ibu dan air susu
ibu ( ASI ) (Depkes RI, 2011).
Menyusui yang benar adalah pemberian ASI (air susu ibu) sedini mungkin
setelah persalinan, diberikan tanpa jadual dan tidak diberi makanan lain,
walaupun hanya air putihHubertin Sri Purwanti, 2013)
b. Fisiologi Laktasi
Payudara mulai dibentuk sejak
embrio berumur 18 – 19 minggu, dan baru selesai ketika mulai menstruasi, dengan
terbentuknya hormon estrogen dan progesteron yang berfungsi untuk maturasi
alveoli, sedangkan hormon prolaktin adalah hormon yang berfungsi untuk produksi
ASI disamping hormon lain seperti insulin, tiroksin dan sebagainya (Suradi
Rulina, 2010)
1) Anatomi payudara
Payudara (mammae, susu) adalah
kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada, dan fungsinya
memproduksi susu untuk nutrisi bayi.
Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, dengan berat kira-kira 200
gram, yang kiri umumnya lebih besar dari yang kanan. Pada waktu hamil payudara membesar, mencapai
600 gram dan pada waktu menyusui bisa mencapai 800 gram (Suradi Rulina, 2003)
Anatomi payudara dibedakan menurut struktur
internal dan struktur external. Struktur internal payudara terdiri dari: kulit,
jaringan dibawah kulit dan korpus. Korpus terdiri dari parenkim atau jaringan
kelenjar dan stroma atau jaringan penunjang. Parenkim merupakan struktur yang
terdiri dari: saluran kelenjar. Alveoli yang terdiri dari sel kelenjar yang
memproduksi ASI. Tiap duktus bercabang menjadi duktulus, tiap duktulus bercabang menjadi alveolus yang
semuanya merupakan satu kesatuan kelenjar. Duktus membentuk lobus sedangkan
duktulus dan alveolus membentuk lobulus. Duktus dan alveolus dilapisi epitel otot (myoephithel) yang dapat
berkontraksi. Alveolus juga dikelilingi pembuluh darah yang membawa zat gizi
kepada sel kelenjar untuk diproses sintesa menjadi ASI. Stroma terdiri dari :
jaringan ikat, jaringan lemak, pembuluh darah syaraf dan lymfa. Struktur
external payudara terdiri dari : puting dan areola yaitu bagian lebih hitam
sekitar puting, pada areola terdapat beberapa kelenjar montgomery yang
mengeluarkan cairan untuk membuat puting lunak dan lentur (Depkes RI, 2005).
Anatomi
payudara baru-baru ini sudah diperbaharui, karena ternyata ada temuan yang
tidak tepat mengenai Sinus Laktiferus. Dari alveoli ke putting hanya ada
“saluran susu”, menuju muara tempat bertemunya saluran-saluran itu, jadi tidak
ada istilah “Sinus laktiferus” sebagai “gudang susu”.
Intraglandular fat / lemak di bagian belakang payudara
|
Retromammary fat / lemak di bagian belakang payudara
Intraglandular fat / lemak di bagian belakang payudara
Subcutaneous fat /Lemak di bawah kulit
Areola
|
A.
Puting Susu
B. Sel Otot :
menyelubungi sel-sel pembuat susu, berfungsi untuk memerah susu keluar.
C. Pembentuk :
menghubungkan sel-sel pembuat susu menuju ke putting berfungsi seperti
selang air
D. Aerola :
bagian payudara yang berwarna gelap disekitar putting.
E. Muara Saluran ASI: bagian bawah (dalam) aerola, tempat bertemunya pembuluh-pembuluh
sebelum ASI mengalir melalui puting
F. Sel-sel pembuat susu : tempat susu dibuat.
|
Gambar : 1 Anatomi
Payudara (sumber : http://asipasti.blogspot. com/2008_04_01_archive.html
2)
Refleks pada laktasi
Pada seorang ibu yang menyusui dikenal dua refleks yang masing-masing
berperan sebagai pembentuk dan pengeluaran air susu yaitu refleks prolaktin dan
refleks oksitosin
a)
Refleks Prolaktin (reflex pembentukan ASI), dalam
puting susu terdapat banyak ujung saraf sensoris. Bila ini dirangsang, timbul impuls yang
menuju hipotalamus selanjutnya ke kelenjar hipofisis bagian depan sehingga
kelenjar ini mengeluarkan prolaktin.
Hormon inilah yang berperan dalam produksi ASI di tingkat alveoli. Dengan demikian mudah dipahami bahwa makin
sering rangsangan penyusuan makin banyak pula produksi ASI.
Gambar 2 Refleks Prolaktin
(sumber : Depkes
RI, 2010. Manajemen
Laktasi.
Hal. 18)
|
b)
Refleks oksitosin (refleks pengaliran ASI),
rangsangan isapan bayi melalui serabut saraf memacu hipofise posterior untuk
melepas hormon oksitosin dalam darah. Hormon ini berfungsi memacu sel-sel
myoepithel yang mengelilingi alveoli dan duktus untuk berkontraksi, sehingga
mengalirkan ASI dari alveoli ke duktus menuju sinus dan putting. Dengan
demikian sering menyusui penting untuk pengosongan payudara agar tidak terjadi
engorgement (payudara bengkak), tetapi justru memperlancar pengaliran ASI
(Depkes RI, 2009)
Mekanisme alamiah untuk
kembalinya rahim kebentuk semula.
Gambar 3 Cara menyusui yang benar
(Sumber : Depkes
RI, 2009. Manajemen
Laktasi.
Hal. 20)
|
Pada proses menyusui juga
dipengaruhi oleh refleks-refleks dari bayi yaitu :
a) Refleks mencari puting
(rooting reflex)
Timbul bila bayi baru lahir
tersentuh pipinya, bayi akan menoleh ke arah sentuhan. Dan bila bibirnya
dirangsang dengan papilla mammae, maka bayi akan membuka mulut dan berusaha
untuk menangkap puting susu.
b) Refleks mengisap (Suckling reflex)
Refleks ini timbul apabila
langit-langit mulut bayi tersentuh, biasanya oleh puting. Supaya puting mencapai bagian belakang
palatum, maka sebagian besar areola harus tertangkap mulut bayi. Dengan
demikian, maka sinus laktiferus yang berada di bawah areola akan tertekan
antara gusi, lidah dan palatum sehingga ASI terperas keluar.
c) Refleks menelan (Swallowing
reflex)
ASI dalam mulut bayi
menyebabkan gerakan otot menelan
MILK IS EXPRESSED BY THE TONGUE
Gambar : 4 Teknik
mengisap (sumber : WHO)
5.
Posisi dan Perlekatan Menyusui
Cara meletakkan bayi atau
posisi bayi terhadap tubuh ibu yaitu bayi dekat dan menghadap ibu, perut bayi
menempel ke perut ibu dan telinga bayi
segaris dengan lengan. Sedangkan cara melekatkan atau posisi mulut bayi pada
payudara (attachment) yaitu mulut bayi terbuka lebar, bibir lengkung keluar,
dagu menempel pada payudara, sebagian besar areola tak kelihatan, pipi tidak
cekung, irama hisap menelan dalam.
Ada berbagai macam posisi
menyusui. Cara menyusui yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk,
berdiri, atau berbaring. Ada posisi
khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti ibu pasca operasi
besar. Bayi diletakkan di samping kepala
ibu dengan kaki di atas. Menyusui bayi
kembar dilakukan dengan cara seperti memegang bola. Kedua bayi disusui bersamaan, dipayudara kiri
dan kanan. Pada ASI yang memancar (penuh), bayi ditelungkupkan di atas dada
ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi, dengan posisi ini maka bayi tidak
akan tersedak.
Gambar : 5 Berbagai macam posisi menyusui (Sumber : WHO).
6.
Cara menyusui yang baik dan benar (Depkes RI, 2012)
a.
Posisi badan ibu dan badan bayi
Ibu duduk atau berbaring dengan santai; pegang bayi
pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala; badan bayi menghadap kebadan
ibu; rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara ibu;
tempelkan dagu bayi pada payudara ibu, dengan posisi ini maka telinga bayi akan
berada dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi; jauhkan hidung bayi dari
payudara ibu dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu.
Gambar :
6 Cara Perlekatan Menyusui (Sumber : WHO)
b.
Posisi mulut bayi dan puting susu ibu
Payudara dipegang dengan ibu jari diatas, jari yang
lain menopang dibawah (bentuk C); bayi diberi rangsangan agar membuka mulut
(rooting reflex) dengan cara : menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh
sisi mulut dengan puting susu; tunggu sampai bayi bereaksi dengan membuka
mulutnya lebar dan lidah ke bawah; dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu
dengan cara menekan bahu belakang bayi, bukan belakang kepala; posisikan puting
susu diatas bibir atas bayi dan berhadap-hadapan dengan hidung bayi; kemudian
masukkan puting susu ibu menelusuri langit-langit mulut bayi; usahakan sebagian
areola (kalang payudara) masuk kemulut bayi, sehingga puting susu berada
diantara petemuan langit-langit yang keras (palatum durum) dan langit-langit
yang lunak (palatum molle); lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara
dengan gerakan memerah sehingga ASI akan keluar dari sinus laktiferus yang
terletak dibawah kalang payudara; setelah bayi menyusu atau menghisap payudara
dengan baik, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi; dianjurkan
tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk mengelus-elus bayi.
Gambar : 7 Posisi mulut bayi dan puting
susu ibu (Sumber : WHO)
c.
Tanda-tanda posisi menyusui yang benar
Tubuh bagian depan bayi menempel pada tubuh ibu; dagu bayi menempel pada
payudara; dada bayi menempel pada dada ibu yang berada di dasar payudara
(payudara bagian bawah); telinga bayi berada dalam satu garis dengan leher dan
lengan bayi; mulut bayi terbuka lebar dengan bibir bawah yang terbuka; sebagian
besar areola tidak tampak; bayi menghisap dalam dan perlahan; bayi puas dan
tenang pada akhir menyusui; terkadang terdengar suara bayi menelan; puting susu
tidak terasa sakit atau lecet.
d.
Tanda-tanda posisi menyusui yang salah
Mulut tidak terbuka lebar, dagu tidak menempel pada payudara;
dada bayi tidak menempel pada dada ibu, sehingga leher bayi terputar; sebagian
besar daerah areola masih terlihat; bayi mengisap sebentar-sebentar; bayi tetap
gelisah pada akhir menyusu; kadang-kadang bayi minum berjam-jam; puting susu
ibu lecet dan sakit.
e.
Menyendawakan bayi
Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara
dari lambung supaya bayi tidak muntah(gumoh) setelah menyusui. Cara
menyendawakan bayi :
1)
Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu
kemudian punggung ditepuk perlahan-lahan atau,
2)
Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu, kemudian
punggungnya ditepuk perlahan-lahan.
Gambar 8. Menyendawakan bayi (Sumber : Depkes RI, 2011. Manajemen Laktasi. Hal. 20)
7.
Lama dan Frekuensi Menyusui
Sebaiknya bayi disusui secara
nir-jadwal (on demand), karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis
bukan karena sebab lain (kencing, kepanasan/ kedinginan, atau sekedar ingin
didekap) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya.
Menyusui yang dijadwal akan
berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan
produksi ASI selanjutnya. Dengan
menyusui nir jadwal, sesuai kebutuhan bayi, akan mencegah timbulnya masalah menyusui.
Untuk menjaga keseimbangan
besarnya kedua payudara maka sebaiknya setiap kali menyusui harus dengan kedua
payudara. Pesankan kepada ibu agar
berusaha menyusui sampai payudara terasa kosong, agar produksi ASI menjadi lebih
baik. Setiap kali menyusui, dimulai
dengan payudara yang terakhir disusukan (Suradi Rulina, 2013)
8.
Manfaat Menyusui
a.
Manfaat menyusui bagi bayi (Depkes RI, 2012)
1)
Pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi
tergantung pada kesatuan ikatan bayi dan ibu.
2)
Bayi merasa aman dan puas karena melalui sentuhan
kulit dapat merasakan kehangatan tubuh ibu dan dapat mendengar denyut jantung
ibu, yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim.
3)
Interaksi
antara ibu dan bayi dan kandungan nilai gizi ASI yang dibutuhkan untuk
perkembangan sistem saraf otak dapat meningkatkan kecerdasan bayi.
4)
Membantu proses penyempurnaan koordinasi saraf
menelan, menghisap dan bernafas pada bayi baru lahir.
b.
Manfaat menyusui bagi ibu (Suradi Rulina, 2003)
1) Aspek Kesehatan Ibu,
mengurangi perdarahan pasca persalinan, mengurangi resiko kanker payudara dan
indung telur, mengurangi anemia.
2) Aspek Keluarga Berencana,
dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan
3) Aspek Psikologis, Rasa percaya
diri bahwa ibu mampu menyusui ataupun memproduksi ASI yang mencukupi untuk bayi
besar pengaruhnya bagi keberhasilan menyusui.
c.
Manfaat Menyusui bagi Keluarga (Suradi Rulina 2003)
1) Aspek Ekonomi
ASI tidak perlu dibeli,
sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk membeli susu formula dapat
digunakan untuk keperluan lain. Kecuali
itu, penghematan juga disebabkan karena bayi yang mendapat ASI lebih jarang
sakit sehingga mengurangi biaya berobat.
2) Aspek Psikologis
Kebahagiaan keluarga
bertambah, karena kelahiran lebih jarang, sehingga suasana kejiwaan ibu baik
dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga
3) Aspek Kemudahan
Menyusui sangat prkatis,
karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja. Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air
masak, botol dan dot yang harus selalu dibersihkan, tidak perlu minta
pertolongan orang lain.
d.
Manfaat Menyusui bagi Negara (Suradi Rulina, 2013)
1)
Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak
Adanya faktor protektif dan nutrien yang sesuai
dalam ASI menjamin status gizi bayi baik serta kesakitan dan kematian anak
menurun.
2)
Mengurangi subsidi untuk rumah sakit
Anak yang mendapat ASI lebih jarang dirawat di
rumah sakit dibandingkan anak yang mendapat susu formula.
3)
Mengurangi devisa untuk membeli susu formula
ASI dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua
ibu menyusui, diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar Rp. 8.6 milyar yang seharusnya
dipakai untuk membeli susu formula.
4)
Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa
Anak yang mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara
optimal, sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin.
9.
Mitos Menyusui (Suradi Rulina, 2012)
a.
Menyusui dan berat badan ibu
Menyusui dikhawatirkan akan
membuat tubuh ibu sukar kembali ke bentuk aslinya yang langsing. Padahal, timbunan lemak yang terjadi selama
masa kehamilan, yang dicemaskan akan sulit menghilang itu justru lebih mudah
lenyap karena digunakan dalam proses menyusui. Timbunan lemak itu memang
disiapkan agar ibu bisa menyusui lagi pula, menyusui toh tidak berlangsung
lama, paling-paling dua tahun. Sesudah
itu bisa kembali pada pola hidup yang lama untuk dapat kembali pada ukuran
tubuh yang didambakan). Justru kalau
tidak menyusui timbunan lemak ini akan menetap.
b.
ASI tak cukup
Ada ibu yang beranggapan bahwa
ASI nya tidak cukup. Padahal, ASI
diproduksi sesuai permintaan. Makin
sering bayi menyusu, makin banyak produksi yang dihasilkan. Kalau bayi bisa mengisap dengan benar, yang
dimungkinkan oleh posisi menyusui yang benar, yaitu posisi mulut bayi pada
puting ibu membuatnya bisa mengisap dengan leluasa, produksi ASI bisa
dihasilkan sebanyak kebutuhan bayi. Jadi
kalau bayi pandai mengisap, berapapun yang dibutuhkannya akan terpenuhi karena
selama dia mengisap, ASI pun diproduksi.
ASI memang mudah dicerna dan diserap sehingga bayi menjadi cepat
lapar. Karena itu menyusui harus sering
sesuai kemauan bayi.
c.
Ukuran Payudara
Ukuran payudara yang “kecil”
sering dicemaskan sebagai penyebab kegagalan pemberian ASI. Padahal, besar
kecilnya payudara tidak berkaitan dengan kemampuan memberikan ASI. Air susu ibu dibentuk oleh jaringan kelenjar
alveoli (pembentuk ASI). Payudara besar
mengandung lebih banyak jaringan lemak.
Jadi yang penting, semua perangkat menyusui termasuk normal. Besar atau kecilnya payudara tidak menjadi
ukuran keberhasilan menyusui.
d. Susu Pertama
Anggapan ibu susu jolong yang
berwarna kuning itu tidak baik. Padahal ASI yang keluar pada hari pertama
sampai hari ke lima atau ke tujuh memang jernih dan merupakan cairan yang
berwarna kekuningan. Cairan ini
mengandung zat putih telur atau protein yang kadarnya tinggi dan zat anti
infeksi atau kekebalan. Kolostrum sangat
sesuai dengan kondisi bayi di hari-hari pertama sejak kelahirannya karena ia
belum pantas menerima beban yang akan memberatkan kerja ginjal. Kolostrum mengandung laktosa dan lemak dalam
kadar rendah sehingga mudah dicerna.
e. ASI dan Payudara Ibu
Yang mengubah penampilan
payudara bukanlah menyusui tetapi kehamilan.
Ketika hamil, tubuh ibu mengeluarkan hormon yang nantinya akan membentuk
air susu. Selama kehamilan, payudara pun
menjadi lebih besar dari ukuran biasanya karena sedang diisapkan untuk
menyusui. “Bagus” atau tidaknya payudara lebih berkaitan dengan faktor
keturunan dan usia. Menyusui atau tidak
menyusui akan terjadi perubahan pada payudara, antara lain sejalan dengan
pertambahan usia. Cobalah lihat di sekitar, adakah yang payudaranya terus bagus karena
tidak pernah menyusui ?. Lagi pula, apakah cinta suami akan berenti dibentuk
payudara yang berubah sesudah punya anak ?
f. Menyusui itu Repot
Takut repot karena terikat
terus pada bayinya, makan tidak bisa sembarangan. Padahal, jika dibandingkan lebih repot mana,
menyusui atau tidak menyusui ? kalau menyusui, ibu bisa memberikannya kapan
saja dan di mana saja. Tidak perlu
membersihkan botol dan perangkatnya, tidak perlu menakar, tidak perlu repot
menjinjing semua perlengkapan, dan tidak memerlukan waktu lama untuk
menyiapkan. ASI justru sangat praktis.
Kapan saja anak membutuhkan, ibu tinggal membuka payudara dan menyodorkan
puting ke mulutnya. Suhunya pasti pas.
Takarannya juga pas. Ibu juga tidak
perlu menjinjing apa-apa untuk membawa berbagai perlengkapan untuk membuat susu
formula. Kalau ibu merasa kurang nyaman
menyusui di tempat umum, buat model baju yang memungkinkan ibu bisa menyusui
tanpa harus mempertontonkan payudara.
10. Sepuluh Langkah Menuju
Keberhasilan Menyusui (LMKM)
1) Mempunyai kebijakan tertulis
tentang menyusui.
2) Melatih semua staf pelayanan
kesehatan dengan keterampilan.
3) Menjelaskan pada ibu hamil
tentang manfaat menyusui dan penatalaksanaannya, melalui unit rawat jalan
kebidanan dengan memebrikan penyuluhan manfaat ASI, KB, senam hamil dan senam
payudara.
4) Membantu ibu-ibu menyusui
bayinya dalam waktu 30 menit setelah melahirkan, yang dilakukan di ruang
bersalin. Apabila ibu mendapat narkose
umum, bayi disusui setelah ibu sadar.
5) Mempelihatkan kepada ibu-ibu bagaimana
cara menyusui dan cara mempertahankannya, melalui penyuluhan yang dilakukan di
ruang perawatan.
6) Tidak memberikan makanan atau
minuman apapun selain ASI kepada bayi baru lahir.
g.
Melaksanakan rawat gabung yang merupakan tanggung
jawab bersama antara dokter, bidan, perawat dan ibu.
h.
Memberikan ASI pada bayi tanpa di jadwal (on
demand)
i.
Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi
j.
Membentuk dan membantu pengembangan kelompok
pendukung ibu menyusui, seperti adanya pojok laktasi yang memantau keadan ibu nifas
dan bayi, payudara, dan lain-lain
F. Kerangka Konsep
1.
Dasar Pemikiran
Pentingnya menyusui yang benar bagi tumbuh kembang yang
optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasannya, maka perlu perhatian agar
dapat terlaksana dengan benar. Faktor
keberhasilan dalam menyusui adalah dengan menyusui secara dini dengan posisi
yang benar, teratur.
ASI mempunyai banyak keunggulan dan manfaat dibanding dengan susu sapi
antara lain Mengandung Ig A untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit
infeksi khususnya diare, mudah dicerna,
mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan
dan perkembangan kecerdasan bayi/anak, mengandung protein yang tinggi,
perbandingan antara Whey dan Casein yang sesuai untuk bayi, mengandung Taurin
yang berfungsi sebagai neuro transmitter dan berperan penting untuk proses
maturasi sel otak, Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) yang
diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal.
Dipandang dari sudut ekonomi menyusui benar yang juga sangat menguntungkan baik bagi keluarga maupun untuk
negara. Krisis ekonomi yang
berkepanjangan telah berdampak buruk bagi kondisi kesehatan dan status gizi
masyarakat. Akhir-akhir ini banyak
dilaporkan kasus-kasus gizi buruk pada anak balita dari berbagai propinsi di
Indonesia, yang lebih memprihatinkan adalah bahwa 11,7% dari gizi buruk itu
terdapat pada bayi berumur kurang dari 6 bulan.
Hal ini tidak perlu terjadi jika ASI diberikan secara baik dan benar
oleh karena ASI saja dapat mencukupi seluruh kebutuhan bayi sampai bayi. Namun
demikian pada kenyataannya di Indonesia meskipun berbagai upaya sudah dilakukan
oleh pemerintah seperti penyuluhan di puskesmas dan rumah sakit, hingga saat
ini pencapaian pemberian ASI
yang benar, masih relatif sangat rendah. Menyusui yang benar dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain faktor dari
ibu yaitu tingkat pendidikan, pengetahuan dan umur ibu.
2.
Bagan Kerangka Konsep Pemikiran
Pendidikan
|
Paritas
|
Umur
|
Menyusui
Ekslusif
|
Keterangan :
: Variabel
Independen
: Variabel Dependen
: Variabel yang ditelit
i
3.
Defenisi Operasional dan
Kriteria Obyektif
a.
Menyusui yang
benar
Menyusui yang benar adalah pemberian ASI sedini
mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dengan cara memberikan ASI
kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar.
b.
Tingkat pendidikan Ibu
Tingkat pendidikan ibu adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang
ditamatkan oleh ibu dan memiliki ijazah dari pendidikan tersebut, sebagaimana
ditunjukkan atau dinyatakan melalui wawancara pada saat penelitian ini
dilaksanakan dengan kriteria
obyektif :
1.
Tinggi : Jika tingkat pendidikan responden SLTA / PT.
2.
Rendah : Jika tingkat pendidikan responden SMP ke bawah.
c.
Pengetahuan
????
Kriteria Obyektif :
Rendah : Tahu
Tinggi : Tidak tahu
d.
Sikap
???????.
1.
Baik : Bila umur
ibu kurang dari 20 tahun
2.
Tidak Baik : Bila umurn ibu 20 – 35 Tahun
G. Hipotesis
Penelitian
Hipotesis yang akan diuji
dalam Penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Hipotesis Nol (Ho) dengan rumusan sebagai berikut :
a.
Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu
dengan menyusui yang benar
b.
Tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan
menyusui yang benar
c.
Tidak ada hubungan antara sikap ibu dengan menyusui
yang benar
2.
Hipotesis
Alternatif (Ha)
a.
Ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan
menyusui yang benar
b.
Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan menyusui
yang benar
c.
Ada hubungan antara sikap ibu dengan menyusui yang benar
H. Metode Penelitian
1.
Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian observasional dengan pendekatan cross
sectional, yang menggunakan data primer dimana varibel dependen dan
independen dikumpulkan secara bersamaan dalam waktu yang sama dengan rancangan penelitian
2.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di
Puskesmas Tanasitolo Kabupaten Wajo, yang dilaksanakan mulai tanggal - Juli 2014.
3.
Populasi dan Sampel
a.
Populasi
Populasi dalam penelitian ini
adalah semua ibu post partum di Puskesmas Tanasitolo Kabupaten Wajo.
b.
Sampel
Sampel adalah ibu yang post partum yang bisa menyusui bayinya dengan
benar di puskesmas Tanasitolo Kabupaten Wajo sebanyak 20 orang.
4.
Cara Pengumpulan Data
a.
Data Primer
Data primer diambil secara
langsung di Puskesmas Tanasitolo dengan menggunakan kuisioner
pada ibu post partum
b.
Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari
registrasi post partum di Puskesmas Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo.
5.
Pengolahan
Pengolahan data yang diperoleh dari hasil kuisioner
disusun berdasarkan variabel yang ada, diolah dengan menggunakan komputer, yang
disajikan dalam bentuk tabel yang disertai penjelasan.
6.
Analisa Data
Data
yang telah diolah, selanjutnya dianalisis baik deskriptif maupun analitik untuk
melihat signifikasi hubungan anatara variabel independen dan variabel dependen.
Blogger Comment
Facebook Comment