MAKALAH
FISIOLOGI
REPRODUKSI
Disusun
Oleh :
SRI ODAYANTI
NIM. 13515
Kelas III.B
AKADEMI KEBIDANAN PUANGRIMAGGALATUNG
SENGKANG
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa karena atas segala rahmat, petunjuk, dan karunia-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Fisiologi Reproduksi.
Ucapan terima kasih saya ucapkan kepada semua pihak yang
namanya tidak bisa saya sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam
mempersiapkan, melaksanakan, dan menyelesaikan penulisan makalah ini. Segala
upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini, namun tidak mustahil
apabila dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena
itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang dapat dijadikan masukan dalam
menyempurnaan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk
menambah pengetahuan dan wawasan. Jangan segan bertanya jika pembaca menemui
kesulitan. Semoga keberhasilan selalu berpihak pada kita semua.
Sengkang, Februari 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................. i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A.
Latar Belakang ............................................................................... 1
B.
Tujuan Penulisan ............................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 4
A.
Sistem Reproduksi Pria .................................................................. 4
B.
Sistem Reproduksi Wanita ........................................................... 10
C.
Persalinan ..................................................................................... 15
D.
Laktasi .......................................................................................... 16
E.
Gangguan pada Sistem Reproduksi Wanita ................................. 17
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 19
A.
Kesimpulan .................................................................................. 19
B.
Saran ............................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan yang
baru. Tujuannya adalah untuk mempertahankan jenisnya dan melestarikan jenis
agar tidak punah. Pada manausia untuk mengahasilkan keturunan yang baru diawali
dengan peristiwa fertilisasi. sehingga dengan demikian reproduksi manusia
dilakukan dengan cara generative atau sexsual. untuk dapat mengetahui
reproduksi pada manusia, maka harus mengetahui terlebih dahulu
organ-organ kelamin yang terlibat serta proses yang berlangsung di dalamnya. Sistem
reproduksi pada manusia akan mulai berfungsi ketika seseorang akan mencapai
kedewasaan (pubertas) atau masa akil balik.
Pada seorang pria testisnya telah mampu menghasilkan sel kelamin jantan
(sperma) dan hormon testosteron. Hormon testosteron berfungsi mempengaruhi
timbulnya tanda-tanda kelamin sekunder pada pria, diantaranya suara
menjadi lebih besar, tumbuhnya rambut ditempat tertentu misalnya jambang,
kumis, jenggot, dan dada tumbuh menjadi bidang, jakun membesar. Sedangkan
seorang wanita ovariumnya telah mampu menghasilkan sel telur (ovum) dan hormon
wanita yaitu estrogen. hormon estrogen berfungsi mempengaruhi timbulnya tanda -
tanda kelamin skunder pada wanita, yaitu kulit menjadi semakin halus, suara
menjadi lebih tinggi, tumbuhnya payudara dan pinggul membesar.
Sistem reproduksi adalah sistem yang berfungsi untuk berkembang biak. Terdiri
dari testis, ovarium dan bagian alat kelamin lainnya. Reproduksi atau
perkembang biakan berupakan bagian dari ilmu faal (fisiologi). Reproduksi
secara fisiologis tidak vital bagi kehidupan individual dan meskipun siklus
reproduksi suatu manusia berhenti, manusia tersebut masih dapat bertahan hidup.
sebagai contoh manusia yang dilakukan vasektomi pada organ reproduksinya
(testes atau ovarium) atau mencapai menopause dan andropouse tidak akan
mati.
Pada umumnya reproduksi baru dapat berlangsung setelah manusia tersebut
mencapai masa pubertas atau dewasa kelamin, dan hal ini diatur oleh
kelenjar-kelenjar endokrin dan hormon yang dihasilkan dalam tubuh manusia.
Reproduksi juga merupakan bagian dari proses tubuh yang bertanggung jawab
terhadap kelangsungan suatu generasi. Untuk kehidupan makhluk hidup reproduksi
tidak bersifat vital artinya tanpa adanya proses reproduksi makhluk hidup tidak
mati. Akan tetapi bila makhluk hidup tidak dapat bereproduksi maka kelangsungan
generasi makhluk hidup tersebut terancam dan punah, karena tidak dapat
menghasilkan keturunan (anak) yang merupakan sarana untuk melanjutkan generasi.
Sexualitas adalah sesuatu kekuatan dan dorongan hidup ada diantara manusia laki
– laki dan perempuan dimana kedua makhluk ini merupakan suatu system yang memungkinkan
terjadinya keturunan yang sambung – menyambung sehingga existensi manusia itu
tidak punah. Banyak peristiwa bahagia dan hidup gairah oleh adanya sex, tetapi
tidak sedikit pula adanya peristiwa sedih, malapetaka dan kehancuran disebabkan
oleh sex pula. Begitu pentingnya masalah sexualitas dalam kehidupan manusia
sehingga ada pendapat ahli yang ekstrim menyatakan bahwa semua tingkah laku
manusia pada hakekatnya dimotivasi dan di dorong oleh sex. maka tidaklah
mengherankan ada pendapat peneliti lain mengatakan bahwa kebanyakan gangguan
keperibadian, gangguan tingkah laku terjadi oleh adanya gangguan pola
perkembangan kehidupan psikosexsualnya. Oleh sebab itu, sangatlah penting bagi
kita untuk apa dan bagaimana itu sex dalam sistem reproduksi kita.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Agar mahasiswi mampu
memahami dan menjelaskan tentang sistem reproduksi pada manusi
2. Tujuan khusus
a.
Agar mahasiswi dapat mengetahui bagian-bagian
alat reproduksi pada manusia
b.
Agar mahasiswi dapat mngetahui tentang cara reproduksi
pada manusia
c.
Agar mahasiswi dapat mengetahui tentang
mekanisme reproduksi pada manusia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem Reproduksi Pria
Meliputi
organ - organ reproduksi, spermatogenesis, dan hormon pada pria. Organ
reproduksi pria terdiri atas organ reproduksi dalam dan organ reproduksi luar.
Organ Reproduksi Dalam Pria
Organ
reproduksi dalam pria terdiri atas testis, saluran pengeluaran dan
kelenjar asesoris.
1. Testis
Testis
adalah kelenjar kelamin jantan pada hewan dan manusia. manusia (pria) mempunyai
dua testis yang dibungkus dengan skrotum. Testis (gonad jantan) berbentuk oval
dan terletak didalam kantung penis (skrotum). testis berjumlah sepasang
(testes = jamak). testis terdapat dibagian tubuh sebelah kiri dan kanan, Testis
kiri dan kanan dibatasi oleh suatu sekat yang terdiri dari serat jaingan ikat
dan otot polos. fungsi testis secara umum merupakan alat untuk
memproduksi sperma dan hormon kelamin jantan yang disebut testoteron.
2. Saluran pengeluaran
Saluran pengeluaran pada
organ reproduksi pada pria terdiri dari epididimis, vas diferens, saluran
ejakulasi, dan uretra.
a.
Epididimis
Epididimis
adalah struktur didalam skrotum yang meletak di bagian belakang testis dan
memanjang sampai ke vas deverens. Epididimis merupakan saluran berkelok - kelok
didalam skrotum yang keluar dari testis. epididimis berjumlah sepasang
disebelah kanan dan kiri. Epididimis berfungsi sebagai tempat penyimpanan
sementara sperma menjadi matang dan bergerak menuju vas deferens. struktur
epididimis terdiri dari kaput (kepala), korpus (badan) dan kauda (ekor). Sperma
yang diproduksi testis masuk ke kaput epididimis melalui korpus dan berhenti di
kauda untuk di simpan. Ketika sperma keluar dan berjalan ke kauda, mereka belum
bisa berenang dan membuahi sel telur. Pada saat mencapai kauda, mereka telah
dapat membuahi sel telur. Sperma akan di transfer ke vesikula seminalis melalui
vas deferens. Sperma belum bisa berenang sehingga membutuhkan kontraksi otot
untuk mendorong mereka ke vesikula seminalis, di mana mereka mencapai kematangan
penuh.
b.
Vas deferens
Vas
deferens atau sperma (duktus deferens) merupakan saluran lurus yang mengarah ke
atas dan merupakan lanjutan dari epididimis. vas deferens tidak menempel pada
testis dan ujung daerah pinggang. Umumnya tiap ovarium menghasilkan ovum setiap
28 hari. ovum yang dihasilkan ovarium akan bergerak kesaluran reproduksi.
fungsi ovarium yakni menghasilkan ovum (sel telur) serta hormon estrogen
progesteron. Vas deferens berfungsi sebagai saluran tempat jalannya sperma dari
epididimis menuju kantung semen atau kantung mani (vesikula seminalis).
c.
Saluran ejukulasi
Saluran
ejukulasi merupakan saluran pendek yang menghubungkan kantung semen dengan
uretra. Saluran ini berfungsi untuk mengeluarkan sperma agar masuk ke dalam
uretra.
d.
Uretra
Uretra merupakan
saluran akhir reproduksi yang terdapat di dalam penis. Uretra berfungsi sebagai
saluran kelamin yang berasal dari kantung semen dan saluran untuk membuang urin
dari kantung kemih.
e.
Kelenjar Asesoris
Selama
sperma melalui saluran pengeluaran, terjadi penambahan berbagai getah kelamin
yang dihasilkan oleh kelenjar asesoris. Getah-getah ini berfungsi untuk
mempertahankan kelangsungan hidup dan pergerakakan sperma. Kelenjar asesoris
merupakan kelenjar kelamin yang terdiri dari vesikula seminalis, kelenjar
prostat dan kelenjar Cowper.
f.
Vesikula seminalis
Vesikula
seminalis atau kantung semen (kantung mani) merupakan kelenjar berlekuk-lekuk
yang terletak di belakang kantung kemih. Dinding vesikula seminalis
menghasilkan zat makanan yang merupakan sumber makanan bagi sperma.
g.
Kelenjar prostat
Kelenjar
prostat melingkari bagian atas uretra dan terletak di bagian bawah kantung
kemih. Kelenjar prostat menghasilkan getah yang mengandung kolesterol, garam
dan fosfolipid yang berperan untuk kelangsungan hidup sperma.
h.
Kelenjar Cowper
Kelenjar
Cowper (kelenjar bulbouretra) merupakan kelenjar yang salurannya langsung
menuju uretra. Kelenjar Cowper menghasilkan getah yang bersifat alkali (basa).
Organ Reproduksi Luar Pria
Organ reproduksi luar pria
terdiri dari penis dan skrotum.
1. Penis
Penis terdiri dari tiga
rongga yang berisi jaringan spons. Dua rongga yang terletak di bagian atas
berupa jaringan spons korpus kavernosa. Satu rongga lagi berada di bagian bawah
yang membungkus uretra. Uretra pada penis di kelilingi oleh jaringan arektil
yang rongga-rongganya banyak mengandung pembuluh darah dan ujung-ujung saraf
parasa. Bila ada suatu rangsangan, rongga tersebut akan terisi penuh oleh darah
sehingga penis menjadi tegang dan mengembang (areksi).
2. Skrotum
Skrotum
(kantung pelir) merupakan kantung yang di dalamnya berisi testis. Skrotum
berjumlah sepasang, yaitu skrotum kanan dan skrotum kiri. Di antara skrotum
kanan dan skrotum kiri dibatasi oleh sekat yang berupa jaringan ikat dan otot
polos (otot dartos). Otot dartos berfungsi untuk menggerakkan skrotum
sehingga dapat mengerut dan mengendur. Di dalam skrotum juga terdapat
serat-serat otot yang berasal dari penerusan otot lurik dinding perut yang di
sebut otot kremaster. Otot ini bertindak sebagai pengatur suhu lingkungan
testis agar kondisinya stabil.
Proses
pembentukan sperma (spermatogenesis) membutuhkan suhu yang stabil, yaitu
beberapa derajat lebih rendah dari pada suhu tubuh.
Spermatogenesis
Spermatogenesis terjadi di dalam di dalam
testis, tepatnya pada tubulus seminiferus. Spermatogenesis mencakup pematangan
sel epitel germinal dengan melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang
mana bertujuan untuk membentu sperma fungsional. Pematangan sel terjadi di
tubulus seminiferus yang kemudian disimpan di epididimis.
Dinding tubulus seminiferus tersusun dari
jaringan ikat dan jaringan epitelium germinal (jaringan epitelium benih) yang
berfungsi pada saat spermatogenesis. Pintalan-pintalan tubulus seminiferus
terdapat di dalam ruang-ruang testis (lobulus testis). Satu testis umumnya
mengandung sekitar 250 lobulus testis. Tubulus seminiferus terdiri dari
sejumlah besar sel epitel germinal (sel epitel benih) yang disebut
spermatogonia (spermatogonium = tunggal). Spermatogonia terletak di dua sampai
tiga lapisan luar sel-sel epitel tubulus seminiferus. Spermatogonia
terus-menerus membelah untuk memperbanyak diri, sebagian dari spermatogonia
berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk sperma.
Pada tahap pertama spermatogenesis,
spermatogonia yang bersifat diploid (2n atau mengandung 23 kromosom
berpasangan), berkumpul di tepi membran epitel germinal yang disebut
spermatogonia tipe A. Spermatogenia tipe A membelah secara mitosis menjadi
spermatogonia tipe B. Kemudian, setelah beberapa kali membelah, sel-sel ini
akhirnya menjadi spermatosit primer yang masih bersifat diploid. Setelah
melewati beberapa minggu, setiap spermatosit primer membelah secara meiosis
membentuk dua buah spermatosit sekunder yang bersifat haploid. Spermatosit
sekunder kemudian membelah lagi secara meiosis membentuk empat buah spermatid.
Spermatid merupakan calon sperma yang belum memiliki ekor dan bersifat haploid
(n atau mengandung 23 kromosom yang tidak berpasangan). Setiap spermatid akan
berdiferensiasi menjadi spermatozoa (sperma). Proses perubahan spermatid
menjadi sperma disebut spermiasi.
Ketika spermatid dibentuk pertama kali,
spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel epitel. Namun, setelah spermatid
mulai memanjang menjadi sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri dari kepala
dan ekor.
Kepala sperma terdiri dari sel berinti tebal
dengan hanya sedikit sitoplasma. Pada bagian membran permukaan di ujung kepala
sperma terdapat selubung tebal yang disebut akrosom. Akrosom mengandung enzim
hialuronidase dan proteinase yang berfungsi untuk menembus lapisan pelindung
ovum.
Pada ekor sperma terdapat badan sperma yang
terletak di bagian tengah sperma. Badan sperma banyak mengandung mitokondria
yang berfungsi sebagai penghasil energi untuk pergerakan sperma.
Semua tahap spermatogenesis terjadi karena
adanya pengaruh sel-sel sertoli yang memiliki fungsi khusus untuk menyediakan
makanan dan mengatur proses spermatogenesis.
Hormon pada pria
Proses spermatogenesis distimulasi oleh sejumlah
hormon, yaitu testoteron, LH (Luteinizing Hormone), FSH (Follicle Stimulating
Hormone), estrogen dan hormon pertumbuhan.
Testoteron
Testoteron disekresi oleh sel-sel Leydig yang terdapat
di antara tubulus seminiferus. Hormon ini penting bagi tahap pembelahan sel-sel
germinal untuk membentuk sperma, terutama pembelahan meiosis untuk membentuk
spermatosit sekunder.
LH (Luteinizing Hormone)
LH disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior. LH
berfungsi menstimulasi sel-sel Leydig untuk mensekresi testoteron.
FSH (Follicle Stimulating Hormone)
FSH juga disekresi oleh sel-sel kelenjar hipofisis
anterior dan berfungsi menstimulasi sel-sel sertoli. Tanpa stimulasi ini,
pengubahan spermatid menjadi sperma (spermiasi) tidak akan terjadi.
Estrogen
Estrogen dibentuk oleh sel-sel sertoli ketika distimulasi
oleh FSH. Sel-sel sertoli juga mensekresi suatu protein pengikat androgen yang
mengikat testoteron dan estrogen serta membawa keduanya ke dalam cairan pada
tubulus seminiferus. Kedua hormon ini tersedia untuk pematangan sperma.
Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan diperlukan untuk mengatur fungsi
metabolisme testis. Hormon pertumbuhan secara khusus meningkatkan pembelahan
awal pada spermatogenesis.
Gangguan pada Sistem Reproduksi Pria
Hipogonadisme
Hipogonadisme adalah penurunan fungsi testis yang
disebabkan oleh gangguan interaksi hormon, seperti hormon androgen dan
testoteron. Gangguan ini menyebabkan infertilitas, impotensi dan tidak adanya
tanda-tanda kepriaan. Penanganan dapat dilakukan dngan terapi hormon.
Kriptorkidisme
Kriptorkidisme adalah kegagalan dari satu atau kedua
testis untuk turun dari rongga abdomen ke dalam skrotum pada waktu bayi. Hal
tersebut dapat ditangani dengan pemberian hormon human chorionic gonadotropin
untuk merangsang terstoteron. Jika belum turun juga, dilakukan pembedahan.
Uretritis
Uretritis adalah peradangan uretra dengan gejala rasa
gatal pada penis dan sering buang air kecil. Organisme yang paling sering
menyebabkan uretritis adalah Chlamydia trachomatis, Ureplasma urealyticum atau
virus herpes.
Prostatitis
Prostatitis adalah peradangan prostat. Penyebabnya
dapat berupa bakteri, seperti Escherichia coli maupun bukan bakteri.
Epididimitis
Epididimitis adalah infeksi yang sering terjadi pada
saluran reproduksi pria. Organisme penyebab epididimitis adalah E. coli dan
Chlamydia.
Orkitis
Orkitis adalah peradangan pada testis yang disebabkan
oleh virus parotitis. Jika terjadi pada pria dewasa dapat menyebabkan
infertilitas.
B. Sistem Reproduksi Wanita
Saluran reproduksi wanita
(saluran kelamin) terdiri dari oviduk, uterus dan vagina.
1. Oviduk
Oviduk
(toba falopi) atau saluran telur berjumlah sepasang (di kanan dan di kiri
ovarium) dengan panjang sekitar 10 cm. bagian pangkal ovarium berbentuk corong
yang disebut infundibulum. Pada infudibulum terdapat jumbai - jumbai (fimbrae).
Fimbrae berfungsi menangkap ovum yang dilepaskan oleh ovarium.
Ovum yang
di tangkap oleh infundibulum akan masuk ke oviduk. Oviduk berfungsi untuk
menyalurkan ovum dari ovarium menuju uterus.
2. Uterus
Uterus
(kantung peranakan) atau rahim merupakan rongga pertemuan oviduk kanan dan kiri
yang berbentuk seperti buah pir dan bagian bawahnya mengecil yang disebut
dengan serviks (leher rahim). Uterus manusia berfungsi sebagai tempat
perkembangan zigot apabila terjadi fertilisasi. Uterus terdiri dari dinding
berupa lapisan jaringan yang tersusun dari beberapa lapis otot polos dan
lapisan endometrium. Lapisan endometrium (dinding rahim) tersusun dari
sel - sel epitel dan membatasi uterus. Lapisan endometrium menghasilkan
banyak lendir dan pembuluh darah. Lapisan endometrium akan menebal pada saat
ovulasi (pelepasan ovum dari ovarium) dan akan meluruh pada pada saat
menstruasi.
3. Vagina
Vagina
merupakan saluran akhir dari saluran reproduksi bagian dalam pada wanita.
Vagina bermuara pada vulva. Vagina memiliki dinding yang berlipat - lipat
dengan bagian terluar berupa selaput berlendir, bagian tengah berupa lapisan
otot dan bagian terdalam berupa jaringan ikat berserat. Selaput berlendir
(membran mukosa) menghasilkan lendir pada saat terjadi rangsangan seksual ,
lendir tersebut dihasilkan oleh kelenjar bartholin. Jaringan otot dan jaringan
ikat berserat bersifat elastis yang berperan untuk melebarkan uterus saat janin
akan dilahirkan dan akan kembali ke kondisi semula setelah janin dikeluarkan .
Organ
reproduksi luar pada wanita berupa vulva. Vulva merupakan celah luar dari
organ kelamin wanita. Vulva terdiri mons pubis. Mons pubis (mons
veneris) merupakan daerah atas dan terluar dari vulva yang banyak mengandung
jaringan lemak. Pada masa pubertas daerah ini mulai ditumbuhi oleh rambut.
dibawah mons pubis terdapat lipatan labium mayor (bibir besar) yang berjumlah
sepasang. Didalam labium mayor terdapat terdapat lipatan labium minor (bibir
kecil) yang juga berjumlah sepasang. Labium mayor dan labium minor pada bagian
atas labium membentuk tonjolan kecil yang disebut klitoris. Klitoris merupakan
organ erektil yang dapat disamakan dengan penis pada pria Meskipun klitoris
secara struktural tidak sama persis dengan penis, namun klitoris juga
mengandung korpus kavernosa.
Pada
klitoris terdapat banyak pembuluh darah dan ujung-ujung saraf perasa. pada
vulva bermuara dua saluran, yaitu saluran uretra (saluran kencing) dan saluran
kelamin (vagina). pada daerah dekat saluran ujung vagina terdapat
himen atau selaput dara. Himen merupakan selaput mukosa yang banyak mengandung
pembuluh darah.
4. Oogenesis
Oogenesis
merupakan proses pembentukan ovum di dalam ovarium. didalam ovarium terdapat
oogonium (oogonia = jamak) atau sel indung telur. oogonium bersifat
diploid dengan 46 kromosom atau 23 pasang kromosom. Oogonium akan memperbanyak
diri dengan cara mitosis membentuk oosit primer. Oogenesis telah dimulai saat
bayi perempuan masih didalam kandungan, yaitu pada saat bayi berusia sekitar 5
bulan dalam kandungan. pada saat bayi perempuan berumur 6 bulan, oosit primer
akan membelah secara miosis. Namun, miosis pada tahap pertama pada oosit ini
tidak dilanjutkan sampai bayi perempuan tumbuh menjadi anak perempuan yang
mengalami pubertas.
Oosit
primer tersebut berada dalam keadaan istirahat (dorman). Pada saat bayi
perempuan lahir, didalam setiap ovariumnya mengandung sekitar 1 juta oosit
primer, ketika mencapai pubertas anak perempuan hanya memiliki sekitar 200 ribu
oosit primer saja, sedangkan oosit lainnya mengalami degenerasi selama
pertumbuhan nya. Saat memasuki masa pubertas anak perempuan akan mengalami
perubahan hormon yang menyebabkan oosit primer melanjutkan meiosis
tahap pertamanya. Oosit yang mengalami meiosis I akan menghasilkan dua sel
yang tidak sama ukurannya. Sel oosit pertama merupakan oosit yang berukuran
normal (besar)yang disebut oosit skunder, sedangkan sel yang berukuran lebih
kecil disebut badan polar pertama (polosit primer).
Selanjutnya
oosit skunder meneruskan tahap miosis II (meiosis kedua). namun pada mieosis II
oosit skunder tidak langsung diselesaikan sampai tahap akhir, melainkan
berhenti sampai terjadi ovulasi. jika tidak terjadi fertilisasi, oosit skunder
akan mengalami degenerasi. Namun, jika ada sperma masuk ke oviduk, mieosis II
pada oosit skunder akan dilanjutkan kembali . Akhirnya mieosis II pada oosit
skunder akan menghasilkan satu sel besar yang disebut ootid dan satu sel kecil
yang disebut badan polar kedua (polosi skunder). Badan polar pertama juga
membelah menjadi dua badan polar kedua . Akhirnya, ada tiga badan polar dan
satu ootid yang akan tumbuh menjadi ovum dari oogenesis setiap satu oogonium.
Oosit
dalam oogonium berada di dalam suatu folikel telur. folikel telur (folikel)
merupakan sel pembungkus penuh cairan yang mengelilingi ovum. Folikel berfungsi
untuk menyediakan sumber makanan bagi oosit. Folikel juga mengalami perubahan
seiring dengan perubahan oosit primer menjadi oosit skunder hingga terjadi
ovulasi. Folikel primer muncul pertama kali untuk menyelubungi oosit
primer. Selama tahap meiosis I pada oosit primer, folikel pembelahan
tersebut berupa sekelompok sel yang sama besarnya, dengan bentuk seperti buah
arbei yang disebut tahap morula. Morula akan terus membelah sampai terbentuk
blastosit. Tahap ini disebut blastula, dengan rongga di dalamnya yang disebut
blastocoel (blastosol). Blastosit terdiri dari sel-sel bagian luar dan sel-sel
bagian dalam.
a.
Sel-sel bagian luar blastosit
Sel-sel
bagian luar blastosit merupakan sel-sel trofoblas yang akan membantu implantasi
blastosit pada uterus. Sel - sel trofoblas membentuk tonjolan - tonjolan kearah
endometrium yang berfungsi sebagai kait. Sel - sel trofoblas juga mensekresikan
enzim proteolitik yang berfungsi untuk mencerna serta mencairkan sel-sel
endometrium. Cairan dan nutrien tersebut kemudian dilepaskan dan ditranspor
secara aktif oleh sel -sel trofoblas agar zigot berkembang lebih lnjut.
Kemudian, trofoblas beserta sel - sel lain di bawahnya akan membelah
(berproliferasi) dengan cepat membentuk plasenta dan berbagai membran
kehamilan.
Berbagai
macam membran kehamilan berfungsi untuk membantu proses transportasi,
respirasi, ekskresi dan fungsi - fungsi penting lainnya selama embrio hidup
dalam uterus. selain itu, adanya lapisan - lapisan membran melindungi embrio
terhadap tekanan mekanis dari luar, termasuk kekeringan.
1.
Sakus vitelinus
Sakus vitelius (kantung
telur) adalah membran membentuk kantung yang pertama kali dibentuk dari
perluasan lapisan endoderm (lapisan terdalam pada blastosit). Sakus vitelinus
merupakan tempat pembentukan sel - sel darah dan pembuluh - pembuluh darah
prtama embrio. Sakus vitelinus berinteraksi dengan trofoblas membentuk korion
2.
Korion
Korion merupakan membran
terluar yang tumbuh melingkupi embrio. Korion membentuk vili korion didalam
endometrium. vili korion berisi pembuluh darah embrio yang berhubungan dengan
pembuluh darah ibu yang banyak terdapat di dalam endometrium uterus. korion
dengan jaringan endometrium uterus membentuk plasenta yang merupakan ogan
pemberi nutrisi bagi embrio.
3.
Amnion
Amnion (cairan ketuban)
adalah cairan yang bening agak ke kuning - kuningan yang mengelilingi bayi yang
belum lahir (janin) selama kehamilan. Amnion merupakan membran yang langsung
melingkupi embrio dalam satu ruang yang berisi cairan emnion (ketuban). Cairan
amnion dihasilkan oleh membran amnion. Cairan amnion berfungsi untuk menjaga
embrio agar dapat bergerak dengan bebas, juga melindungi embrio dari perubahan
suhu yang drastis serta guncangan dari luar. Cairan ketuban juga membantu
perkembangan gerakan bayi di dalam rahim, yang memungkinkan untuk pertumbuhan
tulang yang tepat. Cairan ketuban yang terlalu sedikit atau terlalu banyak dapt
berbahaya bagi ibu dan bayinya.
4.
Alantois
Alantois merupakan membran
pembentuk tali pusar (ari - ari). Tali pusar menghubungkan embrio dengan
plasenta pada endometrium uterus ibu. Di dalam alantois terdapat pembuluh darah
yang menyalurkan zat - zat makanan dan oksigen dari ibu dan mengeluarkan sisa
metabolisme, seperti karbon dioksida dan urea untuk dibuang oleh ibu.
b.
Sel-sel bagian dalam blastosit
Sel - sel
bagian dalam blastosit akan berkembang menjadi bakalembrio (embrioblas). Pada
embrioblas terdapat lapisan jaringan dasar yang terdiri dari lapisan luar
(ektoderm) dan lapisan dalam (endoderm). Permukaan ektoderm melekuk ke dalam
sehingga membentuk lapisan tengah (mesoderm). Selanjutnya ketiga lapisan
tersebut akan berkembang menjadi berbagai organ (organesis) pada minggu ke-4
sampai minggu ke-8. Endoderm akan membentuk organ-organ yang berhubungan
langsung dengan sistem pencernaan dan pernapasan. Selanjutnya mulai minggu ke
-9 sampai beberapa saat sebelum kelahiran, terjadi penyempurnaan berbagi organ
dan pertumbuhan tubuh yang pesat Masa ini disebut masa janin atau masa fetus.
C. Persalinan
Persalinan
merupakan proses kelahiran bayi. Pada persalinan, uterus secara perlahan
menjadi lebih peka sampai akhirnya berkontraksi secara berkala hingga bayi
dilahirkan. Penyebab peningkatan kepekaan dan aktifitas uterus sehingga terjadi
kontraksi yang dipengaruhi faktor-faktor hormonal dan faktor-faktor mekanis.
Hormon-hormon yang berpengaruh terhadap kontraksi uterus, yaitu estrogen,
oksitosin, prostaglandin dan relaksin.
1. Estrogen
Estrogen dihasilkan oleh
plasenta yang konsentrasinya meningkat pada saat persalinan. Estrogen
berfungsi untuk kontraksi uterus.
2. Oksitosin
Oksitosin adalah hormon
yang bertanggung jawab untuk merangsang kontraksi pada rahim saat proses
persalinan. Bagi perempuan yang mengalami kontraksi lambat, tetesan oksitison
dapat digunakan untuk membantu kontraksi lebih kuat dan teratur. Oksitosin dihasilkan
oleh hipofisis ibu dan janin. hipofisis berfungsi untuk kontraksi uterus.
3. Prostaglandin
Prostaglandin dihasilkan
oleh membran pada janin. Prostaglandin berfungsi untuk meningkatkan
intensitas kontraksi uterus.
4. Relaksin
Relaksin dihasilkan oleh
korpus luteum pada ovarium dan plasenta. Relaksin berfungsi untuk relaksasi
atau melunakkan serviks dan melonggarkan tulang panggul sehingga mempermudah
persalinan.
D. Laktasi
Kelangsungan
bayi yang baru lahir tergantung pada persediaan susu dari ibu. Produksi air susu
(laktasi) berasal dari sepasang kelenjar sus (payudara) ibu. Sebelum kehamilan
payudara hanya terdiri dari jaringan adiposa (jaringan lemak) serta suatu
sistem berupa kelenjar susu dan saluran-saluran kelenjar (duktus kelenjar) yang
belum berkembang.
Pada masa
kehamilan, pertumbuhan awal kelenjar susu dirancang oleh mammotropin.
Mammotropin merupakan hormon yang dihasilkan dari hipofisis ibu dan plasenta
janin. Selain mammotropin, ada juga sejumlah besar estrogen dan progesteron
yang dikeluarkan oleh plasenta, sehingga sistem saluran-saluran kelenjar
payudara tumbuh dan bercabang. secara bersamaan kelenjar payudara dan jaringan
leak disekitarnya juga bertambah besar.
Walaupun
estrogen dan progesteron penting untuk perkembangan fisik kelenjar payudara selama
kehamilan, pengaruh khusus dari kedua hormon ini adalah untuk mencegah sekresi
dari air susu. Sebaliknya, hormon prolaktin memiliki efek yang berlawanan
yaitu, sekresi air susu. Hormon ini disekresikan oleh kelenjar hipofisis ibu
dan konsentrasinya dalam darah ibu meningkat dari minggu ke -5 kehamilan sampai
kelahiran bayi. Selain itu, plasenta mensekresi sejumlah besar somatomamotropin
korion manusia yang juga memiliki sifat aktogenik ringan sehingga menyokong
prolaktin dari hipofisis ibu.
E. Gangguan pada Sistem Reproduksi Wanita
1. Gangguan menstruasi
Gangguan
menstruasi pada wanita dibedakan menjadi dua jenis, yaitu amenore primer dan
amenore sekunder. Amenore primer adalah tidak terjadinya menstruasi sampai
usia 17 tahun dengan atau tanpa perkembangan seksual. Amenore sekunder adalah
tidak terjadinya menstruasi selama 3 – 6 bulan atau lebih pada orang yang
tengah mengalami siklus menstruasi.
2. Kanker ginitalia
Kanker
genitalia pada wanita dapat terjadi pada vagina, serviks danovarium.
3. Kanker vagina
Kanker
vagina tidak diketahui penyebabnya tetapi kemungkinan terjadi iritasi yang
diantaranya disebabkan oleh virus. pengobatan nya antara lain dengan kemoterapi
atau bedah laser.
4. Kanker serviks
Kanker
serviks adalah keadaan dimana sel-sel abnormal tumbuh diseluruh lapisan epitel
serviks. Penanganannya dilakukan dengan mengangkat uterus, oviduk, ovarium,
sepertiga bagian atas vagina dan kelenjar limfe panggul.
5. Kanker ovarium
Kanker ovarium merupakan suatu bentuk kanker yang
menyerang ovarium. Beberapa
gejala umum kanker ovarium yaitu,
sering merasakan nyeri di perut, ukuran
perut semakin membesar, susah makan atau tidak
nafsu makan, sering merasa kekenyangan, sering muntah dan buang air besar. Penanganan
dapat dilakukan dengan pembedahan dan kemoterapi.
6. Endometriosis
Endometriosis
adalah keadaan dimana jaringan endometrium terdapat di luar uterus yaitu dapat
tumbuh di sekitar ovarium, oviduk atau jauh di luar uterus, misalnya di
paru-paru. Gejala endometriosis berupa nyeri perut, pinggang terasa sakit dan
nyeri pada saat menstruasi. Jika tidak ditangani, endometriosis dapat
menyebabkan kulit terjadi kehamilan. penanganannya dapat dilakukan dengan
pemberian obat-obatan, laparoskopi atau bedah laser.
7. Infeksi vagina
Gejala
awal infeksi vagina berupa keputihan dan timbul gatal-gatal. Infeksi vagina
menyerang wanita usia produktif. Penyebab lain infeksi jamur pada vagina
adalah tingkat estrogen yang meningkat drastis. Estrogen
sendiri biasanya meningkat selama kehamilan atau kelahiran. Mencuci alat
kelamin menggunakan sabun dengan aroma kuat dan kandungan kimia berbahaya
adalah penyebab terakhir dari munculnya infeksi jamur vagina. Sebab aroma yang
berlebihan dapat menyebabkan pertumbuhan berlebihan pada bakteri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem reproduksi
pria dan wanita berbeda. Pada reproduksi pria memiliki penis dan kelenjar
testis untuk menghasilkan sperma, kematangan sel sperma ditandai dengan mimpi
basah. Pada usia pubertas Pada system reproduksi wanitamemiliki vagina dan
ovarium untuk menghasilkan ovum. Kematangan sel telur atuovum ditandai menarche
pada usia antara 13-16 tahun. Apabila terjadi pertemuan antara sel sperma dan
sel ovum akan terjadi kehamilan dan akan berkembang menjadi janin.
B. Saran
Pengetahuan
mengenai seks dan seksualitas hendaknya dimiliki oleh semua orang. Dengan
pengetahuan yang dimiliki diharapkan orang tersebut akan dapat menjaga alat
reproduksinya untuk tidak digunakan secar bebas tanpa mengatahui dampaknya,
Pengetahuan yang diberikan harus mudah dipahami, tepat sasaran dan tidak
menyesatkan. dengan demikian orang tersebut akan tetap menghadapi rangsangan
dari luar dengan cara yang sehat, matang dan bertanggung jawab.
DAFTAR PUSTAKA
Firman. (2009).
Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Pria dan Wanita. [Online]. Tersedia: http://hendyuuk.blogspot.com/2009/12/anatomi-fisiologi-sistem-reproduksi.html.
Nopiana, Helse.
(2011). Anatomi Fisiologi Organ Reproduksi Wanita. [Online]. Tersedia: http://bidansuper.blogspot.com/2011/02/anatomi-fisiologi-organ-reproduksi.html.
Riani, Intan. (2009).
Siklus Menstruasi. [Online]. Tersedia:
http://intanriani.wordpress.com/siklus-menstruasi-pada-wanita/.
Blogger Comment
Facebook Comment